Semua Bab DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA: Bab 321 - Bab 330

375 Bab

BAB 217

Ken duduk di dalam mobilnya sambil menekan ponselnya dengan erat. Suara Ridho dari telepon barusan masih terus terngiang di kepalanya."Tiga CCTV di arena kecelakaan Hanum rusak semua, Mas. Sepertinya sengaja dirusak sebelum kejadian agar tak meninggalkan jejak. Nggak mungkin juga rusak bersamaan begitu kan?"Ken mengetukkan jemarinya ke setir, berusaha menenangkan diri. Ini jelas bukan kecelakaan biasa. Ada yang sengaja menghapus jejak. Tapi siapa dan yang lebih penting, kenapa? Kenapa harus Hanum yang jadi incaran? Benarkah ada hubungannya dengan pesan-pesan nggak jelas yang akhir-akhir ini menerornya? Benarkah ada hubungannya dengan Galih, anak Juragan Gino itu? Apalagi, foto-foto Hanum dan Galih itu jelas sengaja dikirimkan untuknya. Ken terus bertanya-tanya dalam hati. [Mas, saya sudah di cafe langganan]Pesan dari Ridho muncul kembali. Ken menghela napas panjang lalu langsung menginjak gas menuju sebuah kafe kecil tempat dia janjian bertemu Ridho. Ken tak menyerah. Dia ingin t
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-07
Baca selengkapnya

BAB 218

Tak ingin mampir ke rumah mertuanya lebih dulu, Ken langsung meluncur ke rumah Juragan Gino. Wajahnya menegang, pikirannya penuh dengan kemarahan."Aku sudah curiga dari awal sama si Galih. Dia pasti yang menerorku akhir-akhir ini, apalagi foto-fotonya bersama Hanum kemarin. Jelas-jelas sengaja ditujukan padaku. Kalau bukan dia, siapa lagi pelakunya?" gumam Ken sambil mengepalkan jemari-jemarinya lalu memukul stir. "Sejak awal dia memang tak peduli dengan status Hanum yang sudah menjadi istri orang. Seolah, Hanum miliknya dan tak boleh dimiliki siapapun kecuali dia." Ken terus bermonolog. Dia kembali melirik ke arah spion luar. Di sana tampak Ridho masih mengikutinya dengan motor. "Tapi ... bukti rekaman video itu juga belum terlalu kuat sebab tak menampakkan wajah Galih di sana. Rakamannya hanya terlihat sekilas dan itupun dari belakang. Galih pasti mencari banyak alasan untuk mengelak." Ken kembali menggumam dan berpikir jika terjadi hal yang tak diinginkan nanti. "Nggak mau ta
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

BAB 219

"Sudah sholat subuhnya, Sayang?" tanya Ken yang kembali masuk kamar. Hanum mengangguk lalu melipat mukena dan sajadahnya. Setelah itu meletakkan kembali ke tempat semula. "Kenapa, Mas? Mau jalan-jalan pagi?" tanya Hanum dengan senyum tipis. Dia melangkah ke pintu, mendekati suaminya yang masih berdiri di sama. Ken menggeleng pelan sembari tersenyum lalu mengusap pelan puncak kepala istrinya."Nggak, Sayang. Mau bikin sesuatu," balas Ken sembari menaik turunkan kedua alisnya. Hanum mengernyit. "Apaan itu?" balasnya penasaran. "Pokoknya kamu pasti suka. Ayo ikut." Ken menarik pelan tangan istrinya menuju dapur. Hanum masih saja bertanya-tanya apa yang akan dilakukan suaminya nanti. Suasana di rumah masih terasa tenang. Jarum jam menunjuk angka lima lebih sepuluh menit. Kedua orang tua Hanum sejak kemarin memang tak di rumah. Mereka menginap di rumah saudara jauh karena ada acara di sana. Hanum sengaja tak ikut karena belum terlalu pulih pasca keluar dari rumah sakit tiga hari lalu.
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-08
Baca selengkapnya

BAB 220

Di ruang tengah yang masih dipenuhi aroma kopi. Rena duduk di sofa dengan wajah merah padam menahan emosi. Awal bulan yang biasanya dia tunggu karena musim gajian, kali ini justru membuatnya muak setelah Aziz suaminya meletakkan amplop cokelat kecil di meja."Jadi, jatahku bulan ini cuma sejuta, Mas?" sentak Rena lagi. Suaranya makin meninggi dibandingkan sebelumnya. Wanita itu kembali menatap Aziz yang kini hanya mengangguk santai lalu menyeruput kopi dengan tenang. Di sudut lain, Dara-- sepupu Rena yang baru keluar dari kamar mandi buru-buru duduk di kursi makan. Dia tak melanjutkan langkahnya ke ruang keluarga setelah mendengar suara Rena yang tak enak di telinga. Rencananya pagi ini mereka akan jogging bersama sambil kulineran. Agak siang mau shopping ke mall karena Rena kira akan dapat jatah bulanan lebih dari suaminya. Tapi, sepertinya semua gagal total karena tak sesuai dengan rencana. "Gila! Sejuta sebulan dapat apa, Mas? Yakin kamu cuma ngasih aku segini bulan ini?!" tanya
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-09
Baca selengkapnya

BAB 221

Satu jam kemudian. Rena masih duduk di sofa dengan wajah masam. Aziz sudah pergi katanya mau cari pekerjaan sampingan. Entahlah. Sepertinya dia hanya menghindari raut masam istrinya saja. Sengaja meninggalkan Rena dengan segudang kekesalan yang belum tuntas. Dara, yang sejak tadi ikut menyaksikan pertengkaran itu, akhirnya angkat bicara lagi."Serius, Mbak? Jatah nafkah Mbak Rena cuma sejuta sebulan? Itu beneran keterlaluan!" Dara kembali ikut campur setelah melihat suami sepupunya itu pergi. Rena mengangguk lemas. "Makanya aku kesel, Dar. Aku tuh pengen tetap bisa shopping sama teman-teman. Masa aku harus nunggu setahun buat bisa beli barang-barang yang aku mau? Masa aku nggak bisa menggunakan gajiku sendiri untuk beli ini-itu?!" balas Rena masih dengan wajah ditekuk. Dara mendengkus, lalu duduk di sebelah Rena. "Terus gimana dengan cicilan mobilnya, Mbak? Mas Aziz beneran nggak mau bantu sedikitpun? Memangnya berapa bayar cicilannya per bulan?" tanya Dara semakin penasaran. Rena m
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-10
Baca selengkapnya

BAB 222

Cafe sore itu terasa nyaman dengan alunan musik jazz pelan yang mengalun di latar belakang. Rena duduk di seberang Ike, menatap cappuccino yang sudah mulai dingin. Dari tadi ia hanya memainkan sendok kecil di tangannya, tampak ragu untuk memulai pembicaraan."Kamu kenapa sih, Ren? Akhir-akhir ini kulihat selalu murung. Nggak seceria biasanya." Ike-- teman kantor Rena mulai pembicaraan. Dia yakin ada sesuatu yang dialami rekan kerjanya ini. Mungkin masalah cukup serius yang membuatnya berubah beberapa hari belakangan. "Aku capek, Ke. Rasanya benar-benar lelah." Rena berucap pelan.Ike yang sedang sibuk menyesap minuman dinginnya langsung menoleh. "Capek kenapa lagi? Jangan bilang ini soal suamimu?" tebak Ike kemudian. Rena menghela napas panjang. Ada banyak beban pikiran yang kini dirasakannya. "Ya soal siapa lagi?" balasnya pendek."Kenapa lagi sama suamimu, Ren? Dari awal nikah sepertinya kalian selalu ada masalah. Mulai dari honeymoon ke Bali yang gagal sampai soal hutang suamim
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

BAB 223

Seorang laki-laki paruh baya melangkah masuk, mengenakan kemeja biru muda dengan jas abu-abu. Rambutnya tertata rapi dan ada aura wibawa yang sulit diabaikan."Siapa?" bisik Rena."Om Pramono!" Ike berseru pelan. "Beliau sahabat almarhum papaku!" balas Ike dengan senyum lebar. Dia menatap Rena lalu mengedipkan sebelah matanya. Entah apa maksudnya, Rena pun tak paham. Laki-laki itu tampak melirik ke arah mereka beberapa kali sebelum akhirnya berjalan mendekat."Ike? Lama nggak ketemu," sapa Om Pramono dengan suara berat dan berwibawa."Om!" Ike langsung berdiri dan menyalami pria itu dengan antusias. "Ya ampun, Om sehat?" sapanya begitu semringah. "Alhamdulillah. Kamu gimana?""Sehat, Om. Lihat saja, makin segar dan cantik." Ike tertawa kecil sembari menunjuk dirinya sendiri. Om Pramono pun terkekeh. "Masih di kantor yang sama?" tanya laki-laki paruh baya itu sembari melirik Rena yang sedari tadi hanya diam. "Masih, Om. Umur sudah segini, mau kemana lagi coba? Ohya, Om ke sini se
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-11
Baca selengkapnya

BAB 224

Seorang wanita berambut panjang kecokelatan dengan dress merah elegan sudah menunggu di salah satu bangku cafe. Rena melangkah mendekati saat melihat perempuan itu menerima panggilannya. Keduanya saling tatap lalu sama-sama tersenyum. "Rena, ya?" Suara perempuan itu terdengar lembut, tapi ada sesuatu yang tajam dalam sorot matanya. Rena mengangguk, mengambil tempat di seberang perempuan itu. "Maaf telat, tadi agak sedikit macet. Sudah menunggu lama?" tanya Rena setelah menjatuhkan bobotnya di kursi. Perempuan itu tersenyum, lalu menggeleng prlan. Setelahnya, mengulurkan tangan pada Rena yang kini menatapnya. "Baru sampai kok. Perkenalkan, aku Clarissa." Rena pun mengangguk pelan lalu menyambut uluran tangan perempuan di depannya. "Rena." "Aku panggil Rena atau pakai embel-embel Mbak?" tanya Clarissa dengan senyum tipis. "Rena saja." Keduanya pun kembali saling senyum. "Mau pesan apa, Ren? Pesan dulu saja buat teman kita ngobrol nanti." Clarissa mengangsurkan buku menu. Tak
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-12
Baca selengkapnya

BAB 225

"Aku nggak mau kalah sama Hanum. Kalau memang nggak bisa lebih, dia juga harus hancur. Setidaknya biar sama-sama sengsara. Rugi dong usahaku selama ini untuk merebut Mas Azziz darinya kalau sekarang dia justru mendapatkan pengganti yang lebih kaya. Sialan! Bisa-bisanya Hanum seberuntung itu!" gumam Rena masih dengan kekesalan tingkat tinggi. Clarissa baru saja pamit ke toilet, sementara Rena masih menunggunya di tempat semula. Dia kembali menghela napas panjang, membayangkan beberapa mobil yang sempat dibawa ke rumah. Mobil yang dia bilang cuma inventaris kantor itu ternyata miliknya sendiri. Rena kembali geleng-geleng kepala lalu memejamkan mata beberapa saat. Dia benar-benar shock setelah Clarissa menceritakan beberapa proyek Ken, termasuk deretan ruko yang bersebelahan dengan cafe Hanum itu. Tak menyangka jika penjelasan Ken waktu itu memang benar. "Benar-benar gila. Bisa-bisanya dia sekaya itu. Aku heran kenapa dia mau menikah dengan Hanum. Apa benar karena cinta pada pandanga
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-14
Baca selengkapnya

BAB 226

Ken tengah duduk di teras rumah ketika notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Begitu dia membuka layar, sebuah pesan dari Bara muncul di sana. Ken gegas membuka pesan dari sahabatnya semasa kuliah itu. Bara yang memang dia tugaskan untuk menyelidiki nomor asing yang sering meneror keluarganya akhir-akhir ini. [Bro, Gue udah cek lima nomor yang Lo kasih. Empat masih kosong, tapi salah satu nomornya barusan aktif. Lokasinya nggak terlalu jauh dari rumah Lo. Lima menit lalu masih di Sanjaya Cafe. Lo di mana sekarang? Kalau bisa, ke sana secepatnya biar kita tahu siapa peneror itu]Jantung Ken berdegup kencang. Sudah berminggu-minggu rumah tangganya dengan Hanum diteror oleh pesan misterius dan panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Beragam kecurigaan muncul sampai akhirnya meminta Bara untuk menyelesaikan ini semua. Ken bersyukur karena sekarang ada titik terang.Ken segera menelepon Fattah, tetangganya yang berprofesi sebagai anggota polisi."Bro, ada perkembangan! Satu nomor peneror
last updateTerakhir Diperbarui : 2025-02-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
3132333435
...
38
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status