Share

BAB 221

Penulis: NawankWulan
last update Terakhir Diperbarui: 2025-02-10 00:45:46

Satu jam kemudian. Rena masih duduk di sofa dengan wajah masam. Aziz sudah pergi katanya mau cari pekerjaan sampingan. Entahlah. Sepertinya dia hanya menghindari raut masam istrinya saja. Sengaja meninggalkan Rena dengan segudang kekesalan yang belum tuntas. Dara, yang sejak tadi ikut menyaksikan pertengkaran itu, akhirnya angkat bicara lagi.

"Serius, Mbak? Jatah nafkah Mbak Rena cuma sejuta sebulan? Itu beneran keterlaluan!" Dara kembali ikut campur setelah melihat suami sepupunya itu pergi. Rena mengangguk lemas.

"Makanya aku kesel, Dar. Aku tuh pengen tetap bisa shopping sama teman-teman. Masa aku harus nunggu setahun buat bisa beli barang-barang yang aku mau? Masa aku nggak bisa menggunakan gajiku sendiri untuk beli ini-itu?!" balas Rena masih dengan wajah ditekuk. Dara mendengkus, lalu duduk di sebelah Rena.

"Terus gimana dengan cicilan mobilnya, Mbak? Mas Aziz beneran nggak mau bantu sedikitpun? Memangnya berapa bayar cicilannya per bulan?" tanya Dara semakin penasaran. Rena m
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Samsung
rasain aziz kena batunya
goodnovel comment avatar
Erni Ruhiyani
wanita baik seperti hanum memang mendapat suami baik sprti ken .
goodnovel comment avatar
Hazwani Umira Kasim
setuju bg ko jela tokoh galih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 222

    Cafe sore itu terasa nyaman dengan alunan musik jazz pelan yang mengalun di latar belakang. Rena duduk di seberang Ike, menatap cappuccino yang sudah mulai dingin. Dari tadi ia hanya memainkan sendok kecil di tangannya, tampak ragu untuk memulai pembicaraan."Kamu kenapa sih, Ren? Akhir-akhir ini kulihat selalu murung. Nggak seceria biasanya." Ike-- teman kantor Rena mulai pembicaraan. Dia yakin ada sesuatu yang dialami rekan kerjanya ini. Mungkin masalah cukup serius yang membuatnya berubah beberapa hari belakangan. "Aku capek, Ke. Rasanya benar-benar lelah." Rena berucap pelan.Ike yang sedang sibuk menyesap minuman dinginnya langsung menoleh. "Capek kenapa lagi? Jangan bilang ini soal suamimu?" tebak Ike kemudian. Rena menghela napas panjang. Ada banyak beban pikiran yang kini dirasakannya. "Ya soal siapa lagi?" balasnya pendek."Kenapa lagi sama suamimu, Ren? Dari awal nikah sepertinya kalian selalu ada masalah. Mulai dari honeymoon ke Bali yang gagal sampai soal hutang suamim

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 223

    Seorang laki-laki paruh baya melangkah masuk, mengenakan kemeja biru muda dengan jas abu-abu. Rambutnya tertata rapi dan ada aura wibawa yang sulit diabaikan."Siapa?" bisik Rena."Om Pramono!" Ike berseru pelan. "Beliau sahabat almarhum papaku!" balas Ike dengan senyum lebar. Dia menatap Rena lalu mengedipkan sebelah matanya. Entah apa maksudnya, Rena pun tak paham. Laki-laki itu tampak melirik ke arah mereka beberapa kali sebelum akhirnya berjalan mendekat."Ike? Lama nggak ketemu," sapa Om Pramono dengan suara berat dan berwibawa."Om!" Ike langsung berdiri dan menyalami pria itu dengan antusias. "Ya ampun, Om sehat?" sapanya begitu semringah. "Alhamdulillah. Kamu gimana?""Sehat, Om. Lihat saja, makin segar dan cantik." Ike tertawa kecil sembari menunjuk dirinya sendiri. Om Pramono pun terkekeh. "Masih di kantor yang sama?" tanya laki-laki paruh baya itu sembari melirik Rena yang sedari tadi hanya diam. "Masih, Om. Umur sudah segini, mau kemana lagi coba? Ohya, Om ke sini se

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-11
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 224

    Seorang wanita berambut panjang kecokelatan dengan dress merah elegan sudah menunggu di salah satu bangku cafe. Rena melangkah mendekati saat melihat perempuan itu menerima panggilannya. Keduanya saling tatap lalu sama-sama tersenyum. "Rena, ya?" Suara perempuan itu terdengar lembut, tapi ada sesuatu yang tajam dalam sorot matanya. Rena mengangguk, mengambil tempat di seberang perempuan itu. "Maaf telat, tadi agak sedikit macet. Sudah menunggu lama?" tanya Rena setelah menjatuhkan bobotnya di kursi. Perempuan itu tersenyum, lalu menggeleng prlan. Setelahnya, mengulurkan tangan pada Rena yang kini menatapnya. "Baru sampai kok. Perkenalkan, aku Clarissa." Rena pun mengangguk pelan lalu menyambut uluran tangan perempuan di depannya. "Rena." "Aku panggil Rena atau pakai embel-embel Mbak?" tanya Clarissa dengan senyum tipis. "Rena saja." Keduanya pun kembali saling senyum. "Mau pesan apa, Ren? Pesan dulu saja buat teman kita ngobrol nanti." Clarissa mengangsurkan buku menu. Tak

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-12
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 225

    "Aku nggak mau kalah sama Hanum. Kalau memang nggak bisa lebih, dia juga harus hancur. Setidaknya biar sama-sama sengsara. Rugi dong usahaku selama ini untuk merebut Mas Azziz darinya kalau sekarang dia justru mendapatkan pengganti yang lebih kaya. Sialan! Bisa-bisanya Hanum seberuntung itu!" gumam Rena masih dengan kekesalan tingkat tinggi. Clarissa baru saja pamit ke toilet, sementara Rena masih menunggunya di tempat semula. Dia kembali menghela napas panjang, membayangkan beberapa mobil yang sempat dibawa ke rumah. Mobil yang dia bilang cuma inventaris kantor itu ternyata miliknya sendiri. Rena kembali geleng-geleng kepala lalu memejamkan mata beberapa saat. Dia benar-benar shock setelah Clarissa menceritakan beberapa proyek Ken, termasuk deretan ruko yang bersebelahan dengan cafe Hanum itu. Tak menyangka jika penjelasan Ken waktu itu memang benar. "Benar-benar gila. Bisa-bisanya dia sekaya itu. Aku heran kenapa dia mau menikah dengan Hanum. Apa benar karena cinta pada pandanga

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-14
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 226

    Ken tengah duduk di teras rumah ketika notifikasi pesan masuk ke ponselnya. Begitu dia membuka layar, sebuah pesan dari Bara muncul di sana. Ken gegas membuka pesan dari sahabatnya semasa kuliah itu. Bara yang memang dia tugaskan untuk menyelidiki nomor asing yang sering meneror keluarganya akhir-akhir ini. [Bro, Gue udah cek lima nomor yang Lo kasih. Empat masih kosong, tapi salah satu nomornya barusan aktif. Lokasinya nggak terlalu jauh dari rumah Lo. Lima menit lalu masih di Sanjaya Cafe. Lo di mana sekarang? Kalau bisa, ke sana secepatnya biar kita tahu siapa peneror itu]Jantung Ken berdegup kencang. Sudah berminggu-minggu rumah tangganya dengan Hanum diteror oleh pesan misterius dan panggilan telepon dari nomor tak dikenal. Beragam kecurigaan muncul sampai akhirnya meminta Bara untuk menyelesaikan ini semua. Ken bersyukur karena sekarang ada titik terang.Ken segera menelepon Fattah, tetangganya yang berprofesi sebagai anggota polisi."Bro, ada perkembangan! Satu nomor peneror

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 227

    Ponsel Hanum di saku gamisnya berdering. Dia yang masih memeriksa stok bahan baku di cafenya, buru-buru mengambil benda pipih hitam itu lalu melihat nama yang muncul di layar. Senyumnya mengembang saat melihat nama kakak iparnya di sana. "Assalamualaikum, Mbak Meira. Gimana kabarnya?" tanya Hanum semringah lalu duduk di kursi samping kasir. "Waalaikumsalam, Hanum. Alhamdulillah baik dan sehat. Mama sama papa juga sehat semua. Kamu sama Ken gimana?" "Alhamdulillah sehat juga, Mbak. Aldo sama Dee gimana? Duh jadi kangen." Hanum kembali tersenyum. "MasyaAllah mereka makin pintar, Num. Kamu sih, susah banget ditelepon. Dari tadi Mbak telepon baru kali ini diangkat loh. Sibuk banget kayanya ya?" Hanum tertawa kecil. "Sebenarnya nggak terlalu sibuk juga, Mbak. Cuma lagi banyak yang harus diurus di cafe. Maklum masih dalam proses ini, belum bisa dilepas sendiri. Maaf tadi nggak dengar ada telepon masuk, soalnya lagi bantu-bantu karyawan, Mbak. Kebetulan tadi agak ramai. Maaf ya," uja

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-15
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 228

    "Sayang, aku ke Bandung seminggu ya? Urus proyek yang baru jalan itu. Pokoknya nanti ada Ridho yang temani kamu di cafe. Bagas biar ikut aku aja ke Bandung." Ken kembali mengingatkan tentang rencananya hari ini pada istrinya. Rencana yang sudah tiga hari belakangan dia bahas."Iya, Mas. Tenang saja. Nanti bapak ikut jemput ke cafe kalau mau pulang. Katanya takut kejadian waktu itu terulang." Hanum tersenyum tipis sembari menyiapkan sarapan di meja makan. Ada roti panggang dengan selai coklat, kacang dan nanas di sana. Tak lupa dua gelas susu untuknya dan Ken. "Makan dulu, Mas. Nanti dijemput Mas Ridho?" tanya Hanum lagi. "Iya, Sayang. Kan mobilnya kemarin dia yang bawa. Jadi, nanti dia ke sini dulu."Ken menatap Hanum lembut lalu tersenyum tipis. Dia pun menarik kursi makan dan mendudukinya. Setelah selesai memanggang roti, Hanum ikut duduk di samping suaminya. Mereka pun menikmati sarapan sederhana itu bersama. "Wah, enak nih sarapan berdua. Masih ada sisa rotinya nggak, Num?!" T

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-16
  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 229

    "Jaga bicaramu, Rena! Makin hari kamu makin ngelunjak sebagai istri!" sentak Azziz tak terima dengan ucapan istrinya. "Memangnya selama ini aku mengabaikan tugasku sebagai suami? Sejak belum menikah, kamu sudah minta ini itu dan aku belikan semuanya. Kamu bilang nggak bisa jadi donatur?!" sambung Azziz lagi. "Kamu bilang aku harus cari kerja sampingan dan aku juga menuruti permintaanmu. Berangkat pagi pulang sampai malam semua demi dirimu. Uang hasil kerja sampingan juga kamu kuasai dan sekarang kamu menuduhku macam-macam hanya karena dapat pelanggan tetap? Bukannya kamu yang menikmati hasilnya, kenapa sekarang sok merasa paling terdzalimi?!" tukas Azziz lagi. Dia benar-benar kesal dengan sikap Rena yang mau menang sendiri dan nggak pernah mengerti posisinya saat ini. "Kalau aku nggak dapat duit sampingan, bukannya kamu juga yang mencak-mencak?!" "Stop, Mas! Nggak perlu menceritakan semuanya. Aku nggak butuh semua itu. Yang aku pengin sekarang, kamu berhenti antar jemput perempua

    Terakhir Diperbarui : 2025-02-17

Bab terbaru

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 273

    "Berhari-hari nggak pulang, apa harus seperti ini sikapmu sama istri sendiri?!" sentak Rena lagi sembari membuka pintu utama dengan kasar lalu membantingnya. Ken yang akan beranjak dari tepi ranjang pun mengurungkan niatnya. Hanum menarik lengan suaminya agar duduk kembali. Mereka sepakat untuk tak ikut mencampuri urusan rumah tangga Rena dan Azziz. Membiarkan mereka menyelesaikan masalahnya sendiri. Kecuali jika ada kekerasan, barulah mereka akan turun tangan. "Istri? Kamu masih begitu luwes menyebut diri sendiri sebagai istri, Ren? Setelah apa yang kamu lakukan selama ini, hah?!" sentak Azziz dengan mata memerah. "Apa seperti itu sikap seorang istri yang wajib dinafkahi, diberikan kasih sayang, cinta dan diperjuangkan hidupnya? Kamu nggak buta dan nggak tuli kan? Namamu sudah buruk di mata banyak orang setelah video itu viral, Rena. Sadar!" bentak Azziz lagi sembari memukul meja ruang tengah. Beberapa barang di atas meja itu berhamburan ke lantai. Di dalam kamar, Hanum mengucap

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 272

    "Sayang, aku punya sesuatu," ujar Ken saat masuk ke kamarnya. Hanum sudah ada di kamar sejak satu jam sebelumnya. Dia tengah menikmati senja di kamar sembari membaca novel online favoritnya. "Punya apa, Mas?" tanya Hanum saat menoleh ke arah pintu. Ken tersenyum lalu menyerahkan benda kecil ke tangan Hanum. "Apa ini, Mas?" tanya Hanum lagi sembari membolak-balik benda kecil itu. Ken duduk di tepi ranjang sembari menatap lekat istrinya yang terlihat penasaran dengan benda di tangannya. "Perekam suara ya, Mas?" tebaknya kemudian. Ken tersenyum lalu mengangguk. "Benar, Sayang. Itu alat perekam suara," balas laki-laki itu yakin. Hanum manggut-manggut lalu menatap suaminya. "Apa ada rekaman suaranya di dalam?" Lagi-lagi Ken mengangguk. "Suara siapa, Mas?" tanya Hanum lagi. Ken mengambil kembali alat perekam mini itu lalu menyambungkannya dengan USB di laptop. Hanum mendengarkan isi percakapan yang terekam di sana. "Suara Mbak Rena?" lirihnya seolah bertanya pada diri sendiri. Ken

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 271

    Dua hari setelah penyelidikan diam-diam Hanum dan Ken di butik Clarissa, Ken duduk di warung kopi kecil dengan Bara. Pria berkacamata itu tampak serius sambil mengeluarkan benda kecil seukuran kancing dari tasnya."Ini alat perekam suara. Ukurannya kecil banget, bisa kamu selipin di tas, mobil atau kantong celana mereka. Baterainya tahan tiga hari, dan otomatis nyimpan suara kalau ada pembicaraan di radius 3 meter," ujar Bara menjelaskan. Ken mengangguk."Pas banget. Kita cuma butuh satu rekaman jelas buat Hanum tahu pasti niat buruk mereka berdua. Hanum masih nggak percaya kalau kakak tirinya bisa sejahat itu, sampai sekongkol dengan perempuan yang ingin menghancurkan rumah tangga kami." Ken menghela napas. "Soal foto-foto di hotel gimana, Bro? Kamu nggak langsung seret Rissa ke penjara?" tanya Bara sembari menatap Ken serius. "Sebenarnya aku masih kasih dia kesempatan untuk berubah, Bar. Aku masih lihat kebaikan mamanya selama ini dan hubungan kekerabatan kami. Tapi kalau dia maki

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 270

    Malam itu, Hanum duduk di ruang tengah sambil menatap layar ponsel. Ken duduk di sebelahnya sembari menyeruput teh hangat buatan istrinya. Potongan bolu terhidang di piring kecil sebagai pendamping. "Mbak Rena bilang mau ke butik bareng Clarissa, Mas. Tapi butik mana?" Hanum bergumam sambil membuka media sosial milik saudara tirinya itu. "Mbak Rena itu orangnya narsis. Biasanya dia update story tiap lima menit. Meski perempuan di sampingnya sengaja diblur, tapi Hanum yakin itu Rissa." Hanum kembali berujar lirih. Ken ikut melongok."Apa ada yang aneh, Sayang?" tanya Ken sembari menikmati sepotong bolu. Hanum menggulir layar ponselnya."Lihat deh, Mas. Tiga puluh menit lalu, Mbak Rena upload video di mobil bareng Clarissa. Meski wajahnya diblur, Hanum yakin itu style Rissa. Captionnya itu makin membuat Hanum bertanya-tanya," ujar Hanum lagi. "Memangnya dia bikin caption apa, Sayang?" Lagi-lagi Ken terlihat cukup tenang dan tak sepanik Hanum."Dia bilang persiapan untuk kejutan spesi

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 269

    "Sayang, kamu siap?" Ken berseru dari ruang tamu sambil merapikan kerah kemejanya. Rambutnya disisir rapi ke samping, dan aroma parfumnya menyusup masuk ke kamar.Hanum keluar dari kamar sambil tersenyum, membawa tas tangan kecil warna krem yang matching dengan gamis biru lembut yang dikenakannya."Siap! Kamu ganteng banget hari ini, Mas," godanya sambil menyentuh dagu Ken pelan. Ken nyengir. "Harus dong. Istri aku cantik, masa suaminya nggak pantes disandingin. Memangnya cuma hari ini aja gantengnya? Hari biasanya buruk rupa ya?" balas Ken sembari menjawil balik dagu istrinya. Hanum tertawa kecil dan mereka pun keluar rumah menuju mobil Ken yang terparkir di halaman. Rencananya mereka ingin jalan-jalan sekalian belanja di mall. Angin siang ini menampar wajah mereka, tapi suasana hati keduanya hangat. Keduanya masuk ke mobil dan memasang seat belt masing-masing. Perjalanan ke mall tak membutuhkan waktu lama. Sekitar setengah jam mereka sudah sampai mall yang dituju. Di mall, mereka

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 268

    "Ya Allah, Rena! Ternyata semua gosip yang beredar itu benar!" pekik seseorang diantara kerumunan pengunjung. Ren amendelik saat tahu siapa yang berteriak dan kini jatuh pingsan di depan matanya itu. "Ibu! Ngapain ibu ke sini?!" teriaknya sembari berhamburan ke arah ibunya yang limbung. Azziz yang kini berdiri di sampingnya menatap tajam. Rahangnya mengeras. Dia benar-benar emosi melihat sepak terjang istrinya. Seolah tak ada kesempatan lagi, Azziz sudah muak dan tak ingin berkompromi lagi. Dia menyerah, apalagi saat tekad kuatnya untuk melunasi hutang demi membahagiakan istri justru dibalas dengan pengkhianatan demi pengkhianatan seperti ini. Harga dirinya sebagai suami dan kepala rumah tangga seakan mati. Azziz benar-benar melambaikan tangan ke kamera. Dia menyerah di pernikahannya yang menginjak di bulan ke enam. "Mau dibawa kemana, Mas?!" tukas Rena saat melihat Azziz membopong ibu mertuanya. "Minggir kamu! Urus saja bahagiamu sendiri! Puas-puasin sebelum kamu menyesal di kem

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 267

    "Papa! Gila, ini selingkuhan papa?!" sentak perempuan bernama Tamara itu sembari menunjuk wajah Rena yang kini mulai memerah. Beberapa pengunjung mall mulai merekam keributan itu dengan handphone masing-masing. Rena benar-benar benci hal ini. Nyaris tiga bulan berhubungan dengan Pramono, tak pernah terbesit sedikit pun di benaknya akan mengalami hal memalukan seperti ini. "Papa benar-benar kelewatan. Lihat usianya, Pa! Seumuran aku!" oceh Tamara lagi. Dia menggeleng-geleng tak percaya. "Tamara ... dengerin papa dulu," ujar Pramono sembari menenangkan putri bungsunya. Pramono memiliki dua orang putri bernama Salsa dan Tamara. Saat ini istrinya terbaring di rumah karena stroke yang dideritanya selama setahun belakangan. "Dengerin apalagi, Pa? Papa mau beralasan apa? Jelas-jelas papa begitu mesra dengan perempuan jalang itu!" sentak Tamara lagi. "Tutup mulutmu!" tukas Rena menepis telunjuk Tamara yang tepat di depan wajahnya. "Heh! Tutup mulutku apa?! Jelas-jelas Lo cuma manfaati

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 266

    Rena melirik jam tangannya yang berkilau di bawah cahaya lampu cafe. Dia duduk manis di pojokan, memainkan sedotan dalam segelas mocktail warna pink sambil sesekali membetulkan rambutnya."Maaf lama, Ren. Tadi agak macet." Suara berat dan dewasa terdengar dari belakang. Pramono, pria paruh baya dengan jas abu-abu yang necis, menyapa dengan senyum genit. Seperti biasa, mereka pun cipika-cipiki tiap kali bertemu. "Kamu telat dua puluh menit, Om. Aku sampai jamuran nunggu di sini." Rena merajuk, bibirnya manyun manja."Maaf dong, jalanan macet. Tapi lihat deh ... masa Om telat masih disambut sama wajah secantik ini?" Pram mencubit dagu Rena lembut. Rena hanya tertawa kecil.Mereka menikmati hidangan sambil sesekali beradu pandang. Beberapa pasang mata mulai melirik ke arah mereka. Usia mereka terlalu jauh dan kemesraan itu terasa janggal. Meski tak ada yang menegur dan seolah tak peduli, tapi tetap saja pandangan aneh dan tak biasa terlihat. Namun, Rena cuek saja. Dia tak peduli dengan

  • DITALAK LEWAT WA DINIKAHI DUDA KAYA   BAB 265

    "Sayang, bubur kacang hijaunya dihabisin ya? Biar kamu nggak mual-mual lagi." Ken menyiapkan bubur di mangkok untuk istrinya. "Iya, Mas. Temani makan ya?" balas Hanum dengan senyum tipis. Hanum berusaha tetap tenang, meski beberapa menit lalu hatinya bergemuruh kesal, emosi dan muak. Beragam pesan yang dikirimkan oleh Clarissa benar-benar membuat moodnya nggak karuan. Namun, di depan Ken dia berusaha untuk tetap tersenyum seolah tak terjadi apa-apa. "Sini, duduk!" pinta Ken sembari menarik kursi di sampingnya. Hanum mendekat lalu duduk di samping suaminya. "Habiskan selagi masih hangat." Lagi-lagi Hanum mengangguk. "Kamu juga ikut makan, Mas. Ayo." Hanum membuka sebungkus bubur lalu menyiapkannya untuk Ken. "Tadinya mau barengan aja sekalian nyuapin kamu, Sayang." "Barengan juga boleh. Sini Hanum yang nyuapin." Sepasang suami istri itu saling melempar senyum. Hanum menyuapi Ken dengan semangkok buburnya, sementara Ken menyuapi Hanum dengan bubur miliknya. Setelah bubur habis,

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status