Home / Romansa / CHAT NAKAL ISTRIKU / Chapter 61 - Chapter 70

All Chapters of CHAT NAKAL ISTRIKU: Chapter 61 - Chapter 70

95 Chapters

Sebuah Rencana

Seketika, Annisa mendongak. Matanya mengerjap, dengan degup jantung yang berdebar.'mau apa dia?' batinnya.“Em, a--apa, mandi?”"Iya, memangnya kamu tidak gerah berpakaian seperti itu seharian? Apa tubuhku tidak lengket?”Bukannya mengerti, Annisa malah semakin membulatkan matanya. “Iya, aku tau. La--lalu, setelah itu ... ngapain?”Arsya terdiam, kemudian melangkah maju ke arah dimana Annisa berada. Sudut bibirnya terangkat, ternyata wanita yang beberapa jam lalu sah menjadi istrinya itu sangat lucu.Melihat hal itu membuat Annisa sedikit ketakutan. Degup jantungnya tak beraturan. Sedangkan Arsya malah semakin dekat, ia mencondongkan wajahnya kedepan, membungkuk di hadapan Annisa. “Apa kamu mau melakukannya? Aku sama sekali tak keberatan. Meskipun, aku belum mencintaimu. Aku bisa melakukannya dengan lembut.”Mata Annisa menatap lekat lelaki tampan dengan rahang tegas di depannya. “Ah, ti--tidak! Aku belum siap. Kumohon jamban memaksaku untuk melakukan itu sekarang.” ucapnya, dengan
last updateLast Updated : 2024-10-16
Read more

Petunjuk

Setelah bertemu dengan Reno, Safira pulang dengan hati yang hampa. Dia merasa sebagai wanita yang paling bod*h. Entah siapa pria di malam itu, bahkan dia tak tau sedikitpun bentuk wajahnya. Safira hanya mengingat sedikit potongan-potongan adegan panas itu, dan kini membuat darahnya sedikit berdesir.Dia mendesah pelan, kemudian mencari taksi di pinggir jalan. Suasana mulai gelap, tak ada bulan dan juga bintang di langit, awan hitam mulai terlihat. Sepertinya, sebentar lagi akan turun hujan. Dia segera mencegat taksi yang lewat, namun beberapa di antaranya tak ada satupun berhenti.Safira tergugu di tempat, dia segera mengaktifkan kembali ponselnya yang sempat di matikan tadi. Baru saja ponsel itu menyala, sudah ada notifikasi beberapa panggilan tak terjawab dari ibunya.“Huh, Mama ....,”Safira lekas pergi dari sana. Mencari kendaraan yang lewat. Tak berselang lama, deru suara mobil mendekat. Kemudian stop di depannya. Seorang pria segera keluar dari sana.Safira terdiam melihat Azka
last updateLast Updated : 2024-10-17
Read more

Mencoba mencari bukti

[Pagi hari]Sudah 2 hari Arsya tinggal di rumah orangtuanya. Pagi ini dia memutuskan untuk mengajak Annisa untuk pindah. Arsya butuh beradaptasi dengan kehidupannya setelah menikah. Begitu juga dengan Annisa, dia pasti butuh privasi. Sebagai seorang suami, Arsya memikirkan hal itu.Arsya sibuk memasukan pakaian miliknya dari lemari ke dalam koper. Annisa yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan pakaian lengkap. Dia menatap Arsya dan koper secara bergantian.“Kenapa semua pakaianmu di masukkan ke dalam koper?” tanya Annisa.Arsya menoleh sekilas, kemudian fokus kembali memasukan baju miliknya. “Kita akan segera pindah.““Kemana?” Annisa menautkan alis.“Ke rumahku.” jawab Arsya tanpa menoleh.“Ru--rumah?”“Iya, kita akan tinggal berdua di sana. Tidak enak, setelah menikah masih menumpang di rumah orang tua.“Annisa mengulum bibir, kemudian mengangguk pelan.Baginya, itu jauh lebih baik daripada harus tinggal di rumah mertua. Tok tok tok!Terdengar suara pintu diketuk membuat kedu
last updateLast Updated : 2024-10-18
Read more

Dia ....

“Tunggu dulu, Ren, Jangan keluar!” pekiknya saat melihat seseorang yang dia kenal di loby hotel.Reno gegas menoleh ke arah Safira. “Ada apa?!”“Lihatlah! Ada Ayahku di sana.” tunjuk Safira.“Apa!” Reno lekas mengikuti arah telunjuk Safira, dan benar Ayah dari temannya itu ada di sana.Fadil terlihat sibuk berbicara dengan seseorang. Entah sedang Ayahnya itu disana?Safira lekas menunduk saat Fadil berjalan melewati mobil Reno, dia lekas masuk ke dalam mobilnya.“Sedang apa Ayahmu di sini?” tanya Reno.“Aku nggak tau, Ren, kayanya Ayah lagi nemuin klien-nya. Gitu sih yang aku denger waktu dia ngomong sama Bunda.”“Oke, ayok kita turun. Ayah kamu udah pergi jauh mobilnya, jadi dia gak bakal liat kamu.”Safira mengangguk, mereka lekas masuk ke dalam hotel tersebut.“Gimana, Ren?”Reno terlihat gugup, “Em, kita tanya sama resepsionis dulu.”“Ada yang bisa kami bantu?” tanya sang resepsionis.“Begini, Mbak. Teman saja tempo lalu pernah menginap di hotel ini. Em ... ada beberapa kejadian
last updateLast Updated : 2024-10-19
Read more

Frustasi

“Azka!”Rasanya tak percaya apa yang dilihat oleh Safira, Azka adalah pria dimalam itu. Meskipun wajahnya tak terlalu jelas, Safira yakin itu adalah Azka--anak dari Bibi-nya. Pria dingin dan kasar.Tapi kenapa, Azka bersikap baik-baik saja setelah kejadian malam itu. "Apa dia mabuk juga?" batin Safira, tapi dia meyakinkan diri bahwa Azka tidka mabuk. Di dalam rekaman itu juga tak menunjukkan bahwa Azka--pria itu berjalan sepoyongan.Tubuhnya Safira terasa melemas, setelah mengetahui kebenarannya. Entah apa yang akan dia lakukan setelah ini? Tapi pria itu harus tetap bertanggung jawab.“Pak, apa aku bisa meminta bukti rekaman ini? Em, salinannya?”Pria setengah baya itu bergeming, berpikir sebentar.“Baiklah, saya akan memberikan salinan rekaman cctv ini untukmu, tapi saya mohon jangan beritahukan pada siapapun. Ini hanya antara kita bertiga. Bagaimana?”Safira melirik ke arah Reno, dan pria itu langsung mengangguk, tanda setuju.“Baik, aku berjanji tidak akan membocorkan hal ini pada
last updateLast Updated : 2024-10-20
Read more

Sakit perut

Hari ini, Arsya pulang lebih cepat. Dia tak mengabari siapapun. Dia sangat senang karena harus pulang sore. Jadi, punya banyak waktu untuk mengurus yang lainnya dirumah. Meskipun itu adalah perusahaan Ayahnya. Arsya sangat disiplin tak pernah terlambat dan tak pernah protes.Setiba dirumah, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Arsya memindai sekitar, sepi. Entah dimana wanita yang berstatus istrinya itu berada?Arsya menghempaskan bobot tubuhnya, duduk di sofa ruang tamu.“Hmm, sepi sekali.” gumamnya.“Sepertinya, aku harus mencari asisten rumah tangga untuk tinggal disini.”Arsya bangun dari duduknya saat merasa tenggorokannya haus. Dia langsung berjalan ke arah dapur. Sesampai di sana, Arsya terdiam mematung melihat seorang wanita yang sedang memakai handuk. Berdiri, membuka pintu kulkas.Arsya menelan ludah saat melihat punggung dan paha yang polos, begitu putih dan mulus. Dia langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.Ekhhm!Arsya berdehem. Membuat sang empu menoleh. Meliha
last updateLast Updated : 2024-10-21
Read more

Bertemu lagi

Di dalam mobil Safira mencoba menghubungi seseorang. Setelah panggilan tersambung dia lekas menyapanya. “Halo, Ren, jadi kan?” tanya Safira, pada Reno.“Iya, aku lagi dijalan. Kamu udah sampai?”“Belum, aku juga masih di jalan.”“Baikalh, kalo kamu yang sampai dulu, tunggu aku.”Safira memindai sekitar. Sejak tadi mobil taksi yang dia tumpangi tak kunjung jalan. “Kaya-nya kamu duluan deh, Ren, soalnya disini macet.”“Yaudah, hati-hati, ya, Ra.”“Iya.”Panggilan di tutup. Reno dan Safira telah janjian di 'cafe gemilang' di sana mereka ingin membahas tentang mata kuliah yang belum selesai.Selama satu minggu ini, Safira berusaha melupakan kejadian yang menimpa. Dia berharap, kejadian malam itu tak membuatnya hamil. Dia masih muda dan masih ingin bebas.Safira lebih dulu sampai di cafe gemilang. Dia duduk disana seraya memerhatikan sekitar. Masih sepi hanya ada beberapa orang disana.Dia memanggil pramusajinya untuk mencatat pesanannya. Tak lama, hanya menunggu beberapa menit, pesanan y
last updateLast Updated : 2024-10-22
Read more

Isak tangis

“Lama banget Safira, kemana dia? Apa jangan-jangan dia pulang meninggalkanku seorang diri? Ah, nggak mungkin, Fira bukan orang yang seperti itu.” gumam Reno seraya menutup laptopnya. Reno memindai sekitar, mencari keberadaan Safira.Reno telah mencari Safira selama beberapa waktu.Mereka telah sepakat untuk bertemu di sebuah kafe, tetapi dia tidak terlihat di mana pun.Reno mengamati kafe yang ramai itu, tetapi Safira tidak ada di sana.Merasa khawatir, Reno memutuskan untuk memeriksa kamar kecil untuk melihat apakah Safira ada di sana. Saat dia mendorong pintu hingga terbuka, dia mendengar suara isak tangis pelan dari salah satu bilik. Hati Reno mencelos saat menyadari itu adalah Safira.Rena memutuskan untuk kembali menunggunya di meja, tempat mereka duduk tadi.Tak berselang lama Safira datang setelah sebelumnya mencuci wajah agar tak tampak habis menangis di depan Reno.“Maaf, Ren. Tadi aku mules.” kilahnya. Safira menoleh ke belakang, tempat di mana Azka duduk. Di sana sudah koson
last updateLast Updated : 2024-10-23
Read more

Penolakan

Tengah malam Annisa tak bisa tidur dengan nyenyak. Dia merasa gerah, dan tenggorokannya terasa haus.Annisa beranjak dari ranjang, lalu keluar kamar. Dia berjalan menuju dapur. Sesampai di sana Annisa menuangkan air ke dalam gelas lalu menenggaknya sampai tanda. Saat sedang menaruh gelas di atas wastafel dapur pandangan Annisa tak sengaja melihat ke arah jam tangan yang berada di atas meja makan. Dia menautkan alis, dalam hatinya dia berkata, "Apa itu jam tangan Mas Arsya?" Annisa berjalan mendekat ke arah meja makan. Kemudian mengambil jam tangan tersebut. Dia memperhatikannya, kemudian bergeming. “Sebaiknya besok saja kukembalikan.” gumamnya.Saat hendak masuk ke dalam kamarnya membawa jam tangan tersebut. Anisa tak sengaja mendengar suara samar di kamar Arsya, sepertinya pria itu sedang berbicara dengan seseorang di telepon. “Ini sudah jam 12.00 malam, dengan siapa Mas Arsya bicara? Apa dengan pacarnya?” Huh!Annisa mengembuskan napas perlahan. Sebenarnya, dia tidak peduli juga
last updateLast Updated : 2024-10-25
Read more

Muntah-muntah

Arsya pulang jam 9 malam. Dia berharap tak bertemu dengan Annisa. Biasanya, selepas makan malam wanita itu akan masuk ke dalam kamarnya, dan tak pernah keluar lagi kecuali ingin buang air atau mengambil air minum. Dan, hal itu sangat jarang dilakukan Annisa.Namun harapan Arsya pupus, baru saja memarkirkan mobil miliknya di halaman rumah. Tiba-tiba saja, terlihat sosok Annisa berdiri di depan pintu. Padahal biasanya, Annisa tak pernah melakukan itu.Arsya turun dari mobil, berjalan menuju teras rumahnya. “Tumben, lemburnya malam sekali. Biasanya hanya sampai jam 7 malam.” ucapnya, menatap Arysa, seraya tersenyum manis.“Iya, ada kerjaan tambahan yang di berikan Papa, aku sebagai bawahan harus menurut, meskipun anaknya.“ Setelah mengatakan itu, Arysa langsung masuk tanpa menanyai Annisa seperti yang biasa dia lakukan sepulang kerja.Annisa terdiam. Bukan karena ucapan Arsya, melainkan nada bicaranya yang datar. Tak biasanya Arsya seperti itu, dia selalu berkata lembut dan hangat.Apa
last updateLast Updated : 2024-10-26
Read more
PREV
1
...
5678910
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status