Share

Dia ....

Author: Rafasya
last update Last Updated: 2024-10-19 04:36:32

“Tunggu dulu, Ren, Jangan keluar!” pekiknya saat melihat seseorang yang dia kenal di loby hotel.

Reno gegas menoleh ke arah Safira. “Ada apa?!”

“Lihatlah! Ada Ayahku di sana.” tunjuk Safira.

“Apa!” Reno lekas mengikuti arah telunjuk Safira, dan benar Ayah dari temannya itu ada di sana.

Fadil terlihat sibuk berbicara dengan seseorang. Entah sedang Ayahnya itu disana?

Safira lekas menunduk saat Fadil berjalan melewati mobil Reno, dia lekas masuk ke dalam mobilnya.

“Sedang apa Ayahmu di sini?” tanya Reno.

“Aku nggak tau, Ren, kayanya Ayah lagi nemuin klien-nya. Gitu sih yang aku denger waktu dia ngomong sama Bunda.”

“Oke, ayok kita turun. Ayah kamu udah pergi jauh mobilnya, jadi dia gak bakal liat kamu.”

Safira mengangguk, mereka lekas masuk ke dalam hotel tersebut.

“Gimana, Ren?”

Reno terlihat gugup, “Em, kita tanya sama resepsionis dulu.”

“Ada yang bisa kami bantu?” tanya sang resepsionis.

“Begini, Mbak. Teman saja tempo lalu pernah menginap di hotel ini. Em ... ada beberapa kejadian
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Frustasi

    “Azka!”Rasanya tak percaya apa yang dilihat oleh Safira, Azka adalah pria dimalam itu. Meskipun wajahnya tak terlalu jelas, Safira yakin itu adalah Azka--anak dari Bibi-nya. Pria dingin dan kasar.Tapi kenapa, Azka bersikap baik-baik saja setelah kejadian malam itu. "Apa dia mabuk juga?" batin Safira, tapi dia meyakinkan diri bahwa Azka tidka mabuk. Di dalam rekaman itu juga tak menunjukkan bahwa Azka--pria itu berjalan sepoyongan.Tubuhnya Safira terasa melemas, setelah mengetahui kebenarannya. Entah apa yang akan dia lakukan setelah ini? Tapi pria itu harus tetap bertanggung jawab.“Pak, apa aku bisa meminta bukti rekaman ini? Em, salinannya?”Pria setengah baya itu bergeming, berpikir sebentar.“Baiklah, saya akan memberikan salinan rekaman cctv ini untukmu, tapi saya mohon jangan beritahukan pada siapapun. Ini hanya antara kita bertiga. Bagaimana?”Safira melirik ke arah Reno, dan pria itu langsung mengangguk, tanda setuju.“Baik, aku berjanji tidak akan membocorkan hal ini pada

    Last Updated : 2024-10-20
  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Sakit perut

    Hari ini, Arsya pulang lebih cepat. Dia tak mengabari siapapun. Dia sangat senang karena harus pulang sore. Jadi, punya banyak waktu untuk mengurus yang lainnya dirumah. Meskipun itu adalah perusahaan Ayahnya. Arsya sangat disiplin tak pernah terlambat dan tak pernah protes.Setiba dirumah, dia langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Arsya memindai sekitar, sepi. Entah dimana wanita yang berstatus istrinya itu berada?Arsya menghempaskan bobot tubuhnya, duduk di sofa ruang tamu.“Hmm, sepi sekali.” gumamnya.“Sepertinya, aku harus mencari asisten rumah tangga untuk tinggal disini.”Arsya bangun dari duduknya saat merasa tenggorokannya haus. Dia langsung berjalan ke arah dapur. Sesampai di sana, Arsya terdiam mematung melihat seorang wanita yang sedang memakai handuk. Berdiri, membuka pintu kulkas.Arsya menelan ludah saat melihat punggung dan paha yang polos, begitu putih dan mulus. Dia langsung mengalihkan pandangan ke arah lain.Ekhhm!Arsya berdehem. Membuat sang empu menoleh. Meliha

    Last Updated : 2024-10-21
  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Bertemu lagi

    Di dalam mobil Safira mencoba menghubungi seseorang. Setelah panggilan tersambung dia lekas menyapanya. “Halo, Ren, jadi kan?” tanya Safira, pada Reno.“Iya, aku lagi dijalan. Kamu udah sampai?”“Belum, aku juga masih di jalan.”“Baikalh, kalo kamu yang sampai dulu, tunggu aku.”Safira memindai sekitar. Sejak tadi mobil taksi yang dia tumpangi tak kunjung jalan. “Kaya-nya kamu duluan deh, Ren, soalnya disini macet.”“Yaudah, hati-hati, ya, Ra.”“Iya.”Panggilan di tutup. Reno dan Safira telah janjian di 'cafe gemilang' di sana mereka ingin membahas tentang mata kuliah yang belum selesai.Selama satu minggu ini, Safira berusaha melupakan kejadian yang menimpa. Dia berharap, kejadian malam itu tak membuatnya hamil. Dia masih muda dan masih ingin bebas.Safira lebih dulu sampai di cafe gemilang. Dia duduk disana seraya memerhatikan sekitar. Masih sepi hanya ada beberapa orang disana.Dia memanggil pramusajinya untuk mencatat pesanannya. Tak lama, hanya menunggu beberapa menit, pesanan y

    Last Updated : 2024-10-22
  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Isak tangis

    “Lama banget Safira, kemana dia? Apa jangan-jangan dia pulang meninggalkanku seorang diri? Ah, nggak mungkin, Fira bukan orang yang seperti itu.” gumam Reno seraya menutup laptopnya. Reno memindai sekitar, mencari keberadaan Safira.Reno telah mencari Safira selama beberapa waktu.Mereka telah sepakat untuk bertemu di sebuah kafe, tetapi dia tidak terlihat di mana pun.Reno mengamati kafe yang ramai itu, tetapi Safira tidak ada di sana.Merasa khawatir, Reno memutuskan untuk memeriksa kamar kecil untuk melihat apakah Safira ada di sana. Saat dia mendorong pintu hingga terbuka, dia mendengar suara isak tangis pelan dari salah satu bilik. Hati Reno mencelos saat menyadari itu adalah Safira.Rena memutuskan untuk kembali menunggunya di meja, tempat mereka duduk tadi.Tak berselang lama Safira datang setelah sebelumnya mencuci wajah agar tak tampak habis menangis di depan Reno.“Maaf, Ren. Tadi aku mules.” kilahnya. Safira menoleh ke belakang, tempat di mana Azka duduk. Di sana sudah koson

    Last Updated : 2024-10-23
  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Penolakan

    Tengah malam Annisa tak bisa tidur dengan nyenyak. Dia merasa gerah, dan tenggorokannya terasa haus.Annisa beranjak dari ranjang, lalu keluar kamar. Dia berjalan menuju dapur. Sesampai di sana Annisa menuangkan air ke dalam gelas lalu menenggaknya sampai tanda. Saat sedang menaruh gelas di atas wastafel dapur pandangan Annisa tak sengaja melihat ke arah jam tangan yang berada di atas meja makan. Dia menautkan alis, dalam hatinya dia berkata, "Apa itu jam tangan Mas Arsya?" Annisa berjalan mendekat ke arah meja makan. Kemudian mengambil jam tangan tersebut. Dia memperhatikannya, kemudian bergeming. “Sebaiknya besok saja kukembalikan.” gumamnya.Saat hendak masuk ke dalam kamarnya membawa jam tangan tersebut. Anisa tak sengaja mendengar suara samar di kamar Arsya, sepertinya pria itu sedang berbicara dengan seseorang di telepon. “Ini sudah jam 12.00 malam, dengan siapa Mas Arsya bicara? Apa dengan pacarnya?” Huh!Annisa mengembuskan napas perlahan. Sebenarnya, dia tidak peduli juga

    Last Updated : 2024-10-25
  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Muntah-muntah

    Arsya pulang jam 9 malam. Dia berharap tak bertemu dengan Annisa. Biasanya, selepas makan malam wanita itu akan masuk ke dalam kamarnya, dan tak pernah keluar lagi kecuali ingin buang air atau mengambil air minum. Dan, hal itu sangat jarang dilakukan Annisa.Namun harapan Arsya pupus, baru saja memarkirkan mobil miliknya di halaman rumah. Tiba-tiba saja, terlihat sosok Annisa berdiri di depan pintu. Padahal biasanya, Annisa tak pernah melakukan itu.Arsya turun dari mobil, berjalan menuju teras rumahnya. “Tumben, lemburnya malam sekali. Biasanya hanya sampai jam 7 malam.” ucapnya, menatap Arysa, seraya tersenyum manis.“Iya, ada kerjaan tambahan yang di berikan Papa, aku sebagai bawahan harus menurut, meskipun anaknya.“ Setelah mengatakan itu, Arysa langsung masuk tanpa menanyai Annisa seperti yang biasa dia lakukan sepulang kerja.Annisa terdiam. Bukan karena ucapan Arsya, melainkan nada bicaranya yang datar. Tak biasanya Arsya seperti itu, dia selalu berkata lembut dan hangat.Apa

    Last Updated : 2024-10-26
  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Belum datang bulan

    “Safira ....” lirihnya.Mendengar suara ibunya membuat Safira menoleh. Dia segera mengelap mulutnya, lalu berjalan mendekat ke arah Hana yang masih terdiam di ambang pintu toilet.“Sayang, kamu sakitnya parah banget. Kita ke rumah sakit, ya?“ usul Hana, dia sangat khawatir. Apalagi melihat wajah Safira yang semakin pucat.“Nggak usah, Bun. Safira cuma butuh istirahat. Nanti sore juga mendingan.” tolaknya.Entah apa yang terjadi. Safira benar-benar enggan pergi ke rumah sakit. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.“Ya sudah, istirahat. Nanti Bunda bawakan wedang jahe.”Safira mengangguk. “Iya, Bunda.”Setelah kepergian Hana, Safira berjalan menuju ranjang. Kemudian merebahkan diri. Sejak pagi, kepalanya terasa berputar-putar.***Malam hari.“Kamu udah mendingan. Kalo masih pusing, istirahat saja di rumah. Bunda bakal nyuruh Fatin datang buat nemenin kamu, tapi sayangnya Bunda nggak bisa nemenin kamu di rumah. Gak enak sama Bibi Namira.”“Hemm, iya, Bun. Aku udah mendingan kok, udah

    Last Updated : 2024-10-28
  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Positif

    Di perjalanan pulang, Arsya diam. Pandangannya lurus ke depan. Tak pernah sekali pun menoleh ke arah Annisa. Sejak kejadian malam itu, dia menjadi dingin. Tak ada senyuman hangat seperti biasa yang di tunjukkan.Annisa menggigit bibir, ingin memulai percakapan. Namun, melihat Arsya yang seperti itu membuatnya takut.“Em, ibu bilang, kita—”“Tak perlu memikirkan apa yang ibu bilang. Anggap saja itu hanya kicauan burung yang tak perlu kau dengar.” Arsya langsung memotong ucapan Annisa dengan nada yang begitu datar. Tanpa menoleh ke arahnya.“Em, iya ....” Annisa menunduk. Merasa malu. Dia memang ingin mengemukakan pendapat tentang hubungan mereka, dan juga keinginan Namira tentang cucu.Sepanjang perjalanan, tak ada percakapan lagi. Arsya memilih untuk fokus berkemudi, dan Annisa memilih melihat ke luar jendela. Melihat-lihat suasana jalanan di malam hari.Mereka sampai di rumah, setelah menempuh perjalanan selama 1 jam. Arsya turun dari mobil, di susul Annisa di belakangnya.Huh!“Ding

    Last Updated : 2024-10-29

Latest chapter

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   _END_

    Beberapa bulan kemudian, saat hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba, Safira mengalami kontraksi yang membawa mereka berdua ke rumah sakit dengan perasaan campur aduk. Azka setia berada di sisinya, menggenggam erat tangan Safira sambil berusaha menenangkan perasaannya sendiri. Meskipun ia tahu bahwa setiap detik berlalu membawa mereka semakin dekat pada momen yang luar biasa, hatinya berdebar hebat. Sepanjang proses persalinan, Azka terus mendampingi Safira, memberi dukungan yang selama ini bahkan tak pernah ia bayangkan bisa ia berikan. Ini adalah sesuatu yang baru baginya, namun ia tahu bahwa ia ingin ada di sisi wanita yang dicintainya, di setiap detik yang berarti.Saat akhirnya bayi mereka lahir, dan tangisan kecil memenuhi ruangan, waktu seakan berhenti bagi Azka. Perasaan haru yang tak pernah ia bayangkan tiba-tiba membanjiri hatinya. Ia menatap bayi kecil yang sedang berada dalam dekapan Safira, begitu rapuh dan mungil, tetapi terasa begitu kuat menarik dirinya. Air matanya p

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Menghabiskan malam bersama

    Masa pemulihan Azka dan Safira selesai. Hari itu, keduanya meninggalkan rumah sakit dengan perasaan yang bercampur, antara lega dan sedikit gentar. Mereka tahu, kali ini mereka akan benar-benar memulai perjalanan sebagai suami istri dengan hati yang lebih terbuka. Di perjalanan menuju rumah, Azka menggenggam tangan Safira erat, seolah-olah ingin meyakinkan dirinya bahwa ia tidak akan melepaskan wanita itu lagi.Setibanya di rumah, mereka saling menatap, lalu Safira tersenyum dan berkata dengan hangat, “Selamat datang di kehidupan kita yang baru, Azka.” Ucapan sederhana itu membuat hati Azka terasa hangat. Dia mengangguk dan membalas senyumnya, kemudian mereka pun masuk ke rumah mereka yang terasa berbeda, lebih hangat, lebih penuh harapan.Hari-hari berlalu, dan mereka mulai menjalani pernikahan dengan sepenuh hati. Azka berusaha menunjukkan kasih sayangnya dalam berbagai hal kecil—seperti membuatkan teh hangat untuk Safira saat pagi, mempersiapkan makan malam bersama, atau sekadar me

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Rumah sakit

    Setelah kecelakaan yang nyaris merenggut nyawa mereka, Azka dan Safira sama-sama dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi luka-luka. Selama beberapa hari mereka harus menjalani masa pemulihan. Setiap hari Azka selalu bangun lebih awal untuk melihat keadaan Safira, memastikan ia baik-baik saja. Rasa sakit dari tubuhnya sendiri terasa tak ada artinya dibandingkan kekhawatiran yang ia rasakan terhadap Safira.Kecelakaan itu telah menjadi titik balik bagi Azka. Dia merenung panjang, memikirkan semua sikapnya selama ini terhadap Safira, semua penolakan dan kebekuan yang ia biarkan tumbuh di antara mereka. Dalam keheningan kamarnya, Azka mulai menyadari betapa dalam dirinya sebenarnya ada perasaan lebih dari sekadar tanggung jawab atau ikatan pernikahan.Suatu pagi, setelah dokter memastikan kondisinya cukup stabil, Azka memutuskan untuk mengunjungi kamar Safira. Dia membuka pintu perlahan, dan mendapati Safira yang masih berbaring lemah di ranjang. Azka duduk di kursi sampingnya, matanya men

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Kecelakaan

    Sesampainya di rumah orang tua Safira, Azka dan Safira turun dari mobil. Azka, yang selama ini memiliki sikap keras dan cenderung angkuh, kini tampak penuh kehormatan saat menyalami Hana dan Fadil. Dia membungkukkan badan, menatap keduanya dengan senyuman sopan. Hana dan Fadil saling berpandangan, tak menyangka bahwa Azka yang dulu mereka kenal sebagai sosok pemberontak kini terlihat penuh hormat di depan mereka.“Selamat sore, Bu Hana, Pak Fadil,” sapa Azka dengan nada hangat, tak ragu untuk memanggil Fadil dengan sebutan “Ayah” layaknya Safira.Keduanya tampak terharu dan sedikit tercengang. Hana tersenyum sambil menyilakan mereka masuk ke dalam rumah. Safira segera memeluk ibunya dengan hangat, seakan melepas rindu yang lama terpendam. Sementara itu, Azka mengobrol santai dengan Fadil, bertanya tentang keseharian dan kondisi kesehatan ayah mertuanya itu. Keakraban Azka dengan Fadil membuat Hana dan Safira tersenyum melihatnya, seakan dinding yang dulu menghalangi hubungan mereka pe

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Kantor

    Pagi hari .... Azka duduk di meja makan dengan segelas kopi di tangan, mengenakan setelan jas rapi dan dasi yang tampak sedikit miring. Wajahnya tampak tenang, namun sorot matanya menyiratkan ketegasan—hari ini adalah hari pertamanya secara resmi menggantikan ayahnya, Aidan, untuk sementara mengelola perusahaan keluarga. Perasaan gugup dan antusias bercampur menjadi satu di dadanya.Safira memperhatikan dari ujung meja, merasa ada yang berbeda dari sosok Azka pagi ini. Ada keseriusan yang tidak biasa dalam tatapannya. Ia berjalan mendekat, menatapnya lembut, lalu berkata, "Kamu ambil cuti kuliah selama satu minggu, Azka?"Azka mengangguk sambil tersenyum tipis. "Iya, Safira. Mulai hari ini, aku akan menggantikan Papa. Dia mempercayakan perusahaan kepadaku selama dia di New York, dan aku… aku tidak mau mengecewakannya."Safira menyunggingkan senyum kecil, merasakan kebanggaan sekaligus haru. Ia paham, keputusan ini bukan hal yang mudah bagi Azka. Ia ingin mendukungnya sepenuhnya, mesk

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Kampus bersama

    Pagi hari ....Sinar matahari perlahan menembus tirai kamar, menciptakan pancaran lembut yang menyelimuti tubuh Safira yang masih terbungkus selimut. Azka, yang sudah lebih dulu bangun, duduk di tepi ranjang dan menatap wajah Safira yang terlelap. Ada kedamaian yang menyelimuti hati Azka saat melihat wanita yang kini menjadi istrinya terlelap di sisinya, begitu tenang, seolah semua ketegangan di antara mereka seakan larut dalam kehangatan malam tadi.Perlahan, Azka mencondongkan tubuhnya dan mengecup pucuk kepala Safira dengan lembut, membiarkan bibirnya menyentuh rambut Safira beberapa kali, seperti sebuah ungkapan kasih yang masih terasa asing baginya. Sentuhannya membuat tidur Safira terusik, dan akhirnya matanya membuka perlahan. Ketika kesadarannya mulai terkumpul, Safira terlonjak, panik, merasa bahwa dirinya mungkin sudah kesiangan. “Jam berapa sekarang?” tanyanya cepat dengan mata yang masih setengah terbuka.Azka tersenyum kecil melihat kepanikan di wajah Safira. “Jam tujuh p

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Kehangatan

    Tanpa sadar, Azka mendekat, dia langsung memeluk Safira tanpa aba-aba, membuat wanita itu terkejut.Mereka berdua terdiam dalam pelukan yang hangat namun penuh beban. Azka memejamkan mata, menghirup aroma lembut rambut Safira yang entah kenapa terasa begitu menenangkan. Rasanya sudah lama ia tak merasakan kehangatan seperti ini, sesuatu yang ia butuhkan namun tak pernah ia akui.Safira, yang awalnya terkejut, perlahan-lahan meresapi pelukan Azka. Ada kehangatan yang mengalir, seolah pelukan itu membawa ketulusan yang selama ini hilang dari hubungan mereka. Ia tak tahu mengapa, tapi untuk pertama kalinya, ia merasa ada harapan di antara mereka, meskipun samar dan tak pasti.“Beri aku kesempatan,” bisik Azka di telinga Safira, suaranya parau namun penuh harap. Safira tak menjawab dengan kata-kata, ia hanya mengangguk perlahan. Meskipun hatinya masih terluka, ia sadar bahwa dalam dekapan Azka, ada sesuatu yang tulus, yang ia tak ingin sia-siakan begitu saja.Safira menarik napas dalam, m

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Suara lelaki

    Saat perjalanan pulang menuju apartemen, Azka masih merasakan hangatnya percakapan dengan sang ayah, Aidan. Di sepanjang perjalanan, ia tersenyum sendiri, merasakan perasaan yang berbeda—seperti ada semangat baru yang membara di dalam dadanya. Kepercayaan yang diberikan oleh Papanya tadi begitu berarti baginya. Ia berjanji pada diri sendiri untuk memikul tanggung jawab itu dengan baik, menunjukkan pada keluarganya bahwa ia bisa diandalkan.Langkahnya cepat saat ia memasuki gedung apartemen, mengabaikan orang-orang yang ia lewati di koridor. Namun, saat hampir tiba di depan pintu, langkahnya terhenti ketika mendengar suara Safira. Samar-samar, ia menangkap suaranya yang lembut dan terdengar sedikit manja, berbicara dengan seseorang di telepon.“Ah, kamu bisa saja.”“Aku tak secantik itu. Hahaha, ah Anton. sudahlah jangan menggombal terus.”Azka mendekatkan telinganya pada pintu, tanpa sadar menahan napas. Meskipun ia tak bisa mendengar setiap kata dengan jelas, nada suara Safira sudah

  • CHAT NAKAL ISTRIKU   Mencoba berbagi rasa

    Azka duduk diam di ujung sofa, menatap kosong ke arah jendela besar yang memamerkan pemandangan malam kota yang berkilauan. Apartemen itu begitu sunyi, hanya suara detik jarum jam yang terdengar perlahan, seolah menghitung detik-detik keheningan di antara mereka. Safira duduk di seberang ruangan, sibuk dengan bukunya, atau setidaknya berusaha tampak sibuk. Sesekali ia membalik halaman, namun Azka tahu bahwa pikiran wanita itu melayang ke tempat yang jauh. Azka tidak mengerti mengapa ia merasa begitu kikuk di dekat Safira. Ia merasa tersesat dalam keheningan, dalam jarak yang seolah mustahil dijembatani. Safira selalu terlihat begitu tenang, tenang hingga membuatnya merasa seperti dirinya adalah satu-satunya yang terpenjara dalam rasa kebingungan.Dia pikir, mungkin, ini hanya masalah waktu. Mereka baru mengenal satu sama lain, dan Safira memiliki hak untuk butuh waktu. Namun, ada sesuatu dalam sikap Safira yang terasa lebih dari sekadar keengganan membuka diri. Ada kebekuan yang begi

DMCA.com Protection Status