Home / Pernikahan / Istri Kedua Sang Presdir / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Kedua Sang Presdir : Chapter 11 - Chapter 20

29 Chapters

Bab 11. Sensasi Yang Berbeda

Malam yang dingin berubah menjadi malam yang panas bagi sepasang suami-istri yang baru menikah dua minggu yang lalu. Pernikahan yang terjadi secara kebetulan karena sebuah perjanjian demi memiliki seorang keturunan. Hal itu pun yang membuat mereka berdua kini saling bertukar gair*h tanpa direncana. Galvin sendiri di sesi terakhir, ia menyemburkan cairan hangat ke dalam rahim milik Rani yang sudah membuat h*sratnya tak bisa dikendalikan. Setelah kedua pasangan itu sama-sama sudah mencapai puncak kenikmatan. Galvin yang lelah, tak tersadar ia ambruk di atas tubuh istri keduanya. Rani bahkan tidak menyingkirkan tubuh suaminya itu. Ia biarkan Galvin terlelap di atas tubuhnya. “Terima kasih, Tuan. Atas sentuhanmu,” gumamnya dalam hati. Ia tersenyum sambil membelai pipi wajah Galvin yang tak sadarkan diri. Jantung Rani semakin berdebar saat jemari tangannya berhenti di bagian bibir suaminya. Ia pun langsung menarik dengan cepat dan tangannya mendorong tubuh Galvin agar turun
Read more

Bab 12. Bertemu Tak Sengaja

Rani pun membereskan sisa sarapannya dan merapikan semua yang ada di atas meja lalu membawanya ke dapur. Saat dirinya sibuk mencuci piring. Terdengar suara ponselnya yang dering. Di sana terlihat nama Marko yang muncul di layar pipihnya yang menyala. Sempat ragu akan menjawab atau tidak. Namun, karena berdering hampir tiga kali membuat Rani mau tak mau akhirnya menggeser tombol hijau ke arah kanan. “Ada apa?” tanya Rani singkat. “Kenapa tidak menjawab panggilanku sedari tadi, hah?” sungut Marko kesal. Rani hanya terdiam tak menjawab pertanyaan dari Marko. “Kita sudah tidak ada urusan. Jadi, jangan pernah hubungi aku lagi,” sahut Rani mengalihkan ke yang lain. Marko menyeringai tersenyum di seberang sana. “Mentang-mentang kamu sudah dinikahi oleh pria kaya raya, jadi kamu seenaknya bicara seperti itu, hah?” cecar Marko berteriak. Rani menjauhkan ponselnya dari telinganya karena suara keras Marko. “Maaf, aku sibuk jangan pernah hubungi aku lagi!” Rani pun mematikan
Read more

Bab 13. Memperingatkan

Rani terkejut saat melihat seseorang yang wajahnya sangat tak asing baginya. Sama halnya dengan Rani. Seseorang yang memakai jaz warna abu-abu juga ikut terkejut. “Rani?” ucap Pria itu memanggil wanita di hadapannya. Sontak Rani langsung tersenyum tipis saat mengingat jika pria di hadapannya saat ini adalah pria yang selalu memakai jasanya. “Tuan,” sapa Rani gugup. “Wah, aku tidak menyangka kita akan bertemu di sini. Aku kira kamu hanya menetap di Bali,” kata pria itu dengan memasang wajah senang. “Aku sudah pindah ke sini, Tuan.” “Baguslah kalau gitu. Jadi, aku tidak perlu jauh ke Bali untuk menemuimu,” kata pria itu lagi tersenyum. Rani yang paham dengan ucapan pria itu pun langsung mencari alasan yang lain agar obrolannya saat ini segera disudahi. Karena, pembahasan pria itu mengarah pada dirinya yang dikira masih menjadi wanita malam. “Maaf, Tuan. Aku harus pergi!” pamit Rani. Namun, pria itu langsung mencekal tangan kiri Rani, membuat si Rani mau tak mau menghen
Read more

Bab 14. Bumerang Untuk Rani

Kalisa menepuk jidatnya sendiri setelah mendengar ucapan Rani. Ia pun membuang napas panjang, ia tak habis pikir jika temannya itu benar-benar melakukan pernikahannya dengan perasaan. Padahal sudah jelas, yang dilakukan Rani bisa menjadi bumerang untuk dirinya sendiri. “Ya, sudahlah. Terserah lo aja, Ran. Awas aja kalau lo nangis gara-gara suami lo itu! Gue jitak!” ancam Kalisa tegas. Rani hanya bisa mengangguk dengan tersenyum tak bersalah. Setelah hampir setengah hari mengobrol dan berkeliling di mall. Rani dan Kalisa pun menyudahi pertemuannya kali ini. Kalisa yang membawa mobil, ia pun berinisiatif mengantar Rani pulang. Saat sudah sampai di depan rumah mewah milik Galvin. Kalisa tercengang dengan melihat ke sekeliling tempat tinggal yang Rani tempati. “Lo, beneran tinggal di sini?” tanya Kalisa tak percaya. Rani mengangguk. “Ya, beneranlah. Oh, ya, lo, mau mampir nggak?” ajak Rani setelah turun dari mobil Kalisa. Kalisa yang masih di dalam mobil menggeleng. “Tid
Read more

Bab 15. Mengajak Bertemu

Rani seketika menggeleng menolak permintaan dari Galvin yang meminta lebih. “Kenapa?” tanya Galvin penasaran. Padahal gair*hnya sudah di ujung puncak. “Maaf, Tuan. Jangan di mobil, kita bisa melakukannya nanti setelah makan. Aku sangat lapar,” jawab Rani dengan polos. Galvin yang tadinya sedikit kecewa, seketika tertawa mendengar alasan dari istri keduanya itu. Ia pun menjauhkan badannya ke tempat semula. Lalu ia menyalakan mobil dan berjalan ke tempat resto yang akan di tuju. Rani sendiri tersenyum sambil memandang ke arah jendela. Jantungnya semakin berdebar tak terkira. Padahal ia ingin menghilangkan perasaannya yang tumbuh secara tiba-tiba. Namun, bukannya memudar, malahan semakin mendalam. Sesampainya di tempat makan yang di tuju. Galvin pun memarkirkan mobilnya di tempat yang disediakan. Setelah mobil berhenti, ia turun lalu berlari untuk membukakan pintu sebelah kiri agar dengan mengajak Rani keluar. “Terima kasih, Tuan,” ucap Rani tersenyum. “Hayo,” ajak Galvin
Read more

Bab 16. Menginap di Hotel

Di perjalanan, Rani sedikit bingung karena kali ini jalanan yang dilewati bukan ke arah kediaman milik suaminya. Rani pun menoleh ke arah samping kanan, meminta jawaban. Galvin yang peka terhadap lirikan Rani hanya bisa tersenyum. “Aku akan mengajakmu jalan-jalan keliling Jakarta. Apa kamu keberatan? Kalo iya, aku bisa berputar balik kembali ke arah pulang,” ucap Galvin dengan menatap ke arah Rani. Seketika Rani yang cukup terkejut mendengar ajakan dari Galvin. Hanya bisa tercengang.“Mau atau tidak?” ulang Galvin bertanya. Rani pun hanya mengangguk pelan. Galvin tersenyum, lalu ia pun menancapkan gas mobilnya secara cepat ke arah kota. Di pertengahan perjalanan, tiba-tiba Galvin membuka atap mobilnya, wajah Rani pun seketika diterpa angin malam yang cukup kencang. Tentu saja, ini pengalaman pertama yang baru dirasakan oleh Rani naik mobil terbuka. “Wah, indah sekali!” gumam Rani dengan mendongak ke atas melihat sekeliling gedung tinggi. “Berdirilah, jika kamu ingin men
Read more

Bab 17. Pertemuan

Pergulatan panas antara sepasang suami istri itu pun berlarut hingga pagi. Rani bahkan sampai terkapar tak berdaya melayani Galvin yang ternyata sekuat itu. Hampir empat kali berhubungan yang mereka lakukan. Kini Rani yang masih lemas, ia tersenyum bisa merasakan bercinta dengan perasaan. “Seperti ini rasanya bercinta dengan seseorang yang kita sukai, rasanya sangat berbeda. Terima kasih, Tuan. Untuk semuanya,” gumam Rani dengan memandang Galvin yang terlelap. Ia pun ikut memejamkan kedua matanya. Tangannya sengaja memeluk tubuh suaminya, karena jika istri pertama kembali ke rumah. Mungkin akan sulit seperti ini. Rani pun memutuskan untuk tidur kembali. Tidur di dalam dekapan tuan Galvin yang sudah membuat dirinya mengerti tentang mencintai. Pagi harinya, Rani yang lebih dulu bangun. Ia sudah berdandan rapi memakai baju yang dipesan oleh suaminya semalam. Ia juga memoles sedikit wajahnya dengan riasan yang dibawa di dalam tasnya. Meski hanya dengan bedak dan lipstik. Namun
Read more

Bab 18. Sebuah Rencana

Di perjalanan pulang, Siska sedari tadi menatap jendela mobil dengan tatapan yang kosong. Pikirannya di penuhi oleh ucapan Marshel yang sudah membuat dia berpikir keras memikirkan suaminya. Ucapan yang dikatakan Marshel pun terlintas kembali di mana saat dia sedang memberi tawaran kepadanya. “Bagaimana?” ulang Marshel. “Memangnya rencana apa yang ingin kamu buat?” Siska bertanya lebih dulu. “Itu biar aku beritahu nanti, yang terpenting kamu kali ini mau dipihakku, itu sudah lebih cukup!” sahut Marshel senang. Siska membuang napas pelan. “Katakan saja, Shel. Jika tidak, aku menolak tawaranmu!” desisnya serius. “Baiklah, akan aku beritahu. Mendekatlah,” pinta Marshel kepada Siska. Siska mau tak mau memajukan wajahnya sampai jarak dia dan Marshel hanya satu jengkal. Lalu membisikkan sebuah kalimat panjang yang membuat Siska melolot seketika. “Apa itu tidak bahaya?” tanya Siska merasa kurang setuju. “Memangnya kenapa?” Marshel berbalik tanya. “Karena kamu harus tahu, m
Read more

Bab 19. Tiba-tiba Berubah

Galvin terkejut akan sentuhan dari Rani yang memeluknya dari belakang. Apalagi mendengar panggilan Rani kepadanya membuat ia semakin merasa bersalah kepada Siska. “Lepaskan, Rani!” bentak Galvin spontan. Senyum Rani yang lebar, seketika terkejut mendengar suara tinggi dari suaminya. “Maaf, Tuan. Atas panggilannya,” ucap Rani merasa bersalah telah memanggil sebutan itu kepada Galvin. Galvin menghela napas panjang. “Tidak apa, lain kali jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi. Hanya Siska yang boleh mengucapnya,” timpalnya lirih. Rani pun mengangguk pelan. “Cepat pakai bajumu, kita akan pulang sekarang,” sambung Galvin kembali tanpa melihat ke arah Rani. Rani sendiri dibuat bingung oleh sikap suaminya yang tiba-tiba berubah. Padahal saat bermain tadi, Galvin bersikap begitu manis padanya. “Kenapa kamu malah melamun, cepat pakai bajumu!” hardik Galvin. Rani lagi-lagi mengangguk cepat. Ia pun segera memakai baju yang berserakan di lantai. Setelah rapi, ia langsung men
Read more

Bab 20. Bayangan Semu

“Hai, Tante. Apa kabar?” sahut seseorang yang bernama Haris dengan mendekat ke arah Helena. Galvin dan juga Frans ikut berdiri menyambut kedatangan Haris. Namun, berbeda dengan Rani saat ini. Ia sedikit syok saat melihat pria yang kini memandang ke arahnya dengan tatapan yang sama terkejutnya. “Rani? Kamu di sini?” sapa Haris spontan. Rani membelalak saat Haris dengan entengnya memanggil namanya di depan keluarga suaminya. Rani hanya tersenyum tipis menanggapi panggilan dari pria itu. “Kamu, kenal Rani?” Galvin seketika bertanya dengan melirik ke arah istri keduanya. Haris mengangguk. “Sangat kenal.” Galvin mengerutkan dahinya. Bukan hanya Galvin, tetapi Helena bahkan Frans ikut tercengang kali ini. “Rani ini adalah ....” “Eh, Tuan Haris. Kita ketemu di sini,” sela Rani cepat. “Senang bertemu dengan Anda lagi,” sambungnya tersenyum. “Aku juga senang bertemu denganmu di sini,” kata Haris dengan mendudukkan bokongnya di kursi makan persis di depan Rani. “Kok, kali
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status