Home / Pernikahan / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Chapter 31 - Chapter 40

All Chapters of RANJANG PANAS KAKAK IPAR: Chapter 31 - Chapter 40

61 Chapters

Bab 31. Tak Semudah Itu

Zoya diam saja memikirkan semua yang terjadi padanya. Kenapa dia menjadi seperti bos sekarang? Teruduk dia di samping Gama yang mengemudikan mobilnya. Ini jelas ulah Gama, hanya tak menyangka saja kenapa secepat ini semua berbalik. Harinya seperti menaiki role coaster. Jungkir balik membuat hati tak karuan. "Kenapa?" tanya Gama hingga membuyarkan lamunannya. Zoya pun menoleh ke arah Gama yang nampak fokus pada kemudi. "Aku nggak nyangka bakal dihormati seperti itu. Ini terlalu berlebihan, Kak." "Kamu pantas mendapatkan itu karena kamu janda terhormat." "Nggak sampai segitunya juga, Kak! Aku jadi risih sendiri. Sampai sepatu aku mereka bersihkan. Ya Tuhan... Apa ini? Kenapa begitu cepat semua terjadi." Zoya menggelengkan kepala kemudian bersandar di jok. Kedua matanya terpejam merasakan kepenatan itu. "Aku merasa aneh, Kak. Terlebih selama bersama dengan Zein, aku tidak pernah merasakan diratukan seperti itu. Aku istri dari CEO tetapi aku seperti keset yang sudah usa
last updateLast Updated : 2024-10-28
Read more

Bab 32. Pewaris Sebenarnya

"Kakak kenapa tanya begitu?" Zoya segera menyendok nasi dan lauknya. Dia pun memberikan itu ke piring Gama. Reflek saja karena pertanyaan Gama yang membuatnya bingung dalam bersikap. "Hanya bertanya, jika tidak berarti aku tidak ada kesempatan." Zoya menarik nafas dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan. Dia menguatkan genggamannya yang berisikan sendok dan garpu. Zoya pun memilih menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan Gama padanya. "Ayo makan! Aku harus segera pulang." "Akh iya, Kak." Zoya mengangguk kemudian mulai menyendok makanannya. Agak canggung membuatnya kurang bebas dalam bersikap. Pertanyaan dan ucapan Gama membuat jantung Zoya pun tak aman. Pria itu terlalu to the point sekali. Apa benar Gama menyukainya? Tidak mungkin! Zoya tau kriteria Gama itu tinggi sedang dia hanya janda adik dari pria itu. Usai makan Gama pun pamit pulang. Zoya ingin mengantarnya sampai depan pintu tetapi dilarang oleh Gama. "Tidak perlu mengantarku keluar! Seperti
last updateLast Updated : 2024-10-29
Read more

Bab 33. Jangan Pergi!

Pagi-pagi Zoya sudah rapi dengan setelan formalnya. Blouse dan rok span di atas lutut membalut tubuh rampingnya. Zoya bangun agak pagi agar bisa membawa bekal makan siang di kantor. Kejadian kemarin membuatnya malas ke kantin dan meminimalisir untuk keluar ruangan kecuali ada tugas dari Gama. Jadwal untuk hari ini pun sudah tersusun rapi olehnya. Ada meeting jam sepuluh dan juga sekitar jam tiga sore. Seraya menunggu Gama, Zoya pun lebih dulu sarapan dan membuka-buka kolom komentar di akunnya. Sampai dimana Zoya sadar jika saat ini sudah lebih dari jam tujuh dan Gama belum datang. "Apa mungkin Kak Gama kesiangan ya?" Zoya mencoba menghubungi Gama tetapi tak diangkat oleh pria itu. Kemungkinan Gama sedang di jalan. Begitulah pikiran Zoya. Zoya segera bersiap saja. Mungkin menunggu di bawah lebih baik jadi dia tidak merepotkan Gama yang harus naik ke unitnya. Terlebih waktu yang terus berjalan. Mereka bisa kesiangan jika tidak buru-buru. Namun baru saja Zoya membuka pi
last updateLast Updated : 2024-10-30
Read more

Bab 34. Ciuman

Kedua mata Zoya terbelalak saat merasakan tengkuknya ditarik dan bibirnya dibungkam oleh Gama. Pria itu melumat habis bibirnya hingga tubuhnya menegang. Lumatan yang berawal sangat mengejutkan dan berujung melembut dengan lidah yang bermain lincah membuai Zoya yang masih enggan membuka mulutnya. "Jangan pernah pergi, Zoya! Tetaplah disini bersamaku! Apa kamu tidak mengerti dengan apa yang aku katakan kemarin? Lepaskan kertas itu, Zoya!" bisik Gama sesaat setelah melepaskan ciumannya. Jarak antara mereka sangat dekat bahkan nafas keduanya beradu dan terasa hangat. Kedua mata Zoya pun mulai berkaca-kaca. "Lepas, Zoya!" bisik Gama memerintahkan untuk melepaskan kertas yang ia pegang. Namun Zoya yang masih mematung dan bingung justru semakin mengeratkan kertas itu hingga lusuh dalam genggamannya. Debaran jantung membuatnya semakin tak kuasa. Kembali bibirnya dilumat oleh Gama dan kali ini Zoya benar-benar dibuat tak berdaya oleh pria itu. Kertas yang ia genggam akhirnya
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 35. Harga Diri

Tugas sekretaris terus mendampingi atasannya begitu pun dengan apa yang Zoya lakukan saat ini. Sejak sampai di kantor Zoya fokus dengan tugasnya tanpa mencampuradukan dengan urusan pribadi. Sampai meeting kemana pun Zoya selalu ada di samping Gama. Zoya pun memperhatikan apa-apa yang kurang dan dibantu oleh asisten Gama juga. Tak ada kegiatan apapun yang Zoya lewati sampai dimana meeting di sore hari ini adalah aktivitas terakhir yang mereka jalani setelah seharian berkutat pada berkas dan materi. "Sekretaris anda cukup berbakat Pak Gama. Saya suka cara dia prestasi, jelas dan lugas," ujar klien itu. Zoya menunduk dan dengan terseyum ramah sedangkan Gama nampak tersenyum miring mendengarnya. "Terimakasih atas pujian dari Bapak. Kinerja kerja sekretaris saya memang bagus." Mendapat pujian itu dari Gama, Zoya hanya bisa tersenyum menatap pria itu. Tak berlebihan dan dia tau jika Gama hanya menimpali apa yang kliennya katakan. "Ya, andai ada dua yang seperti itu. Saya
last updateLast Updated : 2024-10-31
Read more

Bab 36. Buka mulutnya, Zoya!

Zoya bingung sendiri menghadapi Gama yang katanya sudah mencintainya. Sejak kapan? Apa waktu bersama membuat mereka terbiasa dan mulai tumbuh rasa. Zoya menggelengkan kepalanya. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi kerja. Niat ingin merampungkan pekerjaannya malah jadi memikirkan sikap Gama dan ucapan Gama tadi di mobil. Zoya tentu saja berkesan dengan ucapan Gama. Wanita mana yang tak kebawa perasaan, tapi hati kecilnya belum mau terlibat jauh dengan cinta. Kebersamaan mereka membuatnya ketergantungan tapi untuk cinta, Zoya masih sangat takut. Ada hal yang menyakitkan yang membuatnya enggan mengulangi. Namun Zoya sadar, tak mungkin tak melibatkan hati. Sekuat-kuatnya dia melawan, jika Gama terus bersikap baik dan manis padanya. Tak mungkin dia bisa bertahan. Hanya saja untuk sekarang, Zoya belum merasakan ada cinta untuk Gama selain rasa kagum karena kebaikan pria itu. Entah belum ada atau belum menyadari, tapi pikiran Zoya terlalu banyak yang harus dipertimbangkan dan
last updateLast Updated : 2024-11-01
Read more

Bab 37. Ancaman

Zoya pun menerima suapan demi suapan yang Gama berikan. Wajahnya merona melihat tatapan Gama yang begitu lekat padanya dan Gama pun sangat perhatian. Gama terlihat begitu telaten mengurusnya bahkan sisa makanannya dimakan oleh Gama hingga membuat Zoya tercengang melihat itu. "Kak jangan dimakan! Ini bekas aku loh." "Liur kamu saja aku tidak masalah. Lagian mubazir jika di buang, Zoya." Enteng sekali Gama mengatakan demikian. Zoya yang malu sendiri mendengarnya. "Mau kemana?" tanya Gama saat Zoya hendak beranjak dari sana. "Aku mau ke kamar dulu sebentar, Kak. Kakak selesaikan dulu saja makannya. Zoya mau bersih-bersih." Zoya pun masuk kamar. Sebenernya bukan hanya mandi tapi dia ingin menghindari tatapan Gama yang hangat dan perhatian pria itu yang membuatnya resah. Usai mandi dan mengoleskan obat lagi di tangannya, Zoya pun keluar dari kamar untuk kembali menemui Gama. Terlihat pria itu tengah berada di dapur. Zoya yang penasaran pun segera menghampiri. "Kak j
last updateLast Updated : 2024-11-02
Read more

Bab 38. Sensitif

"Kak... " Kedua mata Zoya mengerjab kemudian perlahan melepaskan diri dari Gama. Tatapan matanya bertemu dengan sapuan hangat dari kedua mata pria itu. "Kenapa, Zoya?" "Aku... " "Hhmm?" "Aku takut tapi aku ingat apa katamu. Aku melawan rasa takut itu. Semalaman aku berusaha untuk tidur. Apa masih ada darah itu di luar, Kak?" tanya Zoya kala teringat akan apa yang ia lihat semalam. Zoya ingin melihat keluar tapi ditahan oleh Gama. "Hentikan! Sudah tidak ada darah di sana. Aku sudah meminta pihak dari apartemen untuk menjagamu dan juga semalam darah itu dibersihkan segera. Maaf jika aku tidak kembali ke sini dan menemanimu, Zoya. Kebetulan semalam badanku kurang vit tapi aku memantau keadaanmu dari sana." Zoya mengangguk paham. "Terimakasih banyak Kak, tapi apa Kakak tau siapa pelakunya? Apa itu Zein? Maaf jika aku selalu merepotkanmu padahal kamu sedang kurang enak badan. Apa sekarang sudah lebih baik, Kak?" tanya Zoya lagi dan dijawab gelengan kepala oleh Gama. "U
last updateLast Updated : 2024-11-03
Read more

Bab 39. Kak aku panas. Jangan lanjutkan!

Semakin hari semakin tubuhnya mengkhianati hati yang menolak untuk kembali menjalin hubungan. Bukan atas kehendaknya tapi pengkhianatan sungguh masih membekas di jiwa. Bahkan terkadang Zoya masih merasakan sakit atas tamparan dan perlakuan kasar Zein yang kembali masuk dalam. ingatan. Tubuhnya tak bisa menolak saat sentuhan yang Gama berikan semakin membuat tubuhnya merespon dengan baik. Tubuh Zoya menerima dan membalas sentuhan itu hingga tanpa sadar Zoya kembali membalas kecupan mesra Gama untuk yang kedua kalinya. Kecupan yang berawal dari kening dan perlahan turun ke bibirnya yang mungkin sudah menjadi candu untuk pria itu. Terasa hangat dan membuat Zoya semakin tak berdaya. Pagutan Gama membuat syaraf-syarafnya terjaga dan mengajak untuk bisa mengimbangi. Deru nafas pun semakin tak terkendali. Kedua tangan Zoya mencengkeram ujung jas Gama saat gejolak semakin ia rasakan. Lidahnya membalas setiap gerakan lembut Gama hingga suara decapan mulai terdengar manja di tel
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more

Bab 40. Wangi Sayang, aku suka.

Zoya pun mengikuti apa yang Gama perintahkan. Kedua matanya semakin rapat terpejam dan mendadak dia tak merasakan apa-apa. Semua seakan hilang. Rasa yang Gama berikan pun tak lagi ia rasakan. Bayangan akan dirinya yang sendiri membuat batinnya semakin terasa sesak hingga tersiksa. Kebersamaan yang mereka lalui beberapa bulan ini tak bisa dipungkiri jika sudah menimbulkan hal yang biasa hingga tumbuh rasa yang sulit didefinisikan. Zoya meraba tubuhnya dan tak ia rasakan keberadaan Gama yang tadi mulai nakal menyentuh dirinya. Rasa panas itu berangsur normal dan semakin lama semakin dingin. Suhu AC ruangan kembali Zoya rasakan. Hilang, Gama tak ada dan hanya aroma maskulin dari pria itu yang masih tertinggal. Zoya menarik nafas dalam. Dia membayangkan jika benar-benar tak ada Gama. Perlahan kepalanya menggeleng tak mau. Tak mau jika pria itu pergi. Tak bisa ia sendiri, tapi apa itu cinta? Apa dia sudah mulai membuka hati untuk Gama? Cintanya dengan Zein sudah mati sejak melih
last updateLast Updated : 2024-11-04
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status