Beranda / Pernikahan / RANJANG PANAS KAKAK IPAR / Bab 31. Tak Semudah Itu

Share

Bab 31. Tak Semudah Itu

Penulis: weni3
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-28 12:44:29

Zoya diam saja memikirkan semua yang terjadi padanya. Kenapa dia menjadi seperti bos sekarang? Teruduk dia di samping Gama yang mengemudikan mobilnya.

Ini jelas ulah Gama, hanya tak menyangka saja kenapa secepat ini semua berbalik. Harinya seperti menaiki role coaster. Jungkir balik membuat hati tak karuan.

"Kenapa?" tanya Gama hingga membuyarkan lamunannya. Zoya pun menoleh ke arah Gama yang nampak fokus pada kemudi.

"Aku nggak nyangka bakal dihormati seperti itu. Ini terlalu berlebihan, Kak."

"Kamu pantas mendapatkan itu karena kamu janda terhormat."

"Nggak sampai segitunya juga, Kak! Aku jadi risih sendiri. Sampai sepatu aku mereka bersihkan. Ya Tuhan... Apa ini? Kenapa begitu cepat semua terjadi."

Zoya menggelengkan kepala kemudian bersandar di jok. Kedua matanya terpejam merasakan kepenatan itu.

"Aku merasa aneh, Kak. Terlebih selama bersama dengan Zein, aku tidak pernah merasakan diratukan seperti itu. Aku istri dari CEO tetapi aku seperti keset yang sudah usa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Enisensi Klara
Gama suka sama Zoya tapi Zoya tak percaya lagi pada pria
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 32. Pewaris Sebenarnya

    "Kakak kenapa tanya begitu?" Zoya segera menyendok nasi dan lauknya. Dia pun memberikan itu ke piring Gama. Reflek saja karena pertanyaan Gama yang membuatnya bingung dalam bersikap. "Hanya bertanya, jika tidak berarti aku tidak ada kesempatan." Zoya menarik nafas dalam dan mengeluarkannya dengan perlahan. Dia menguatkan genggamannya yang berisikan sendok dan garpu. Zoya pun memilih menundukkan kepalanya untuk menghindari tatapan Gama padanya. "Ayo makan! Aku harus segera pulang." "Akh iya, Kak." Zoya mengangguk kemudian mulai menyendok makanannya. Agak canggung membuatnya kurang bebas dalam bersikap. Pertanyaan dan ucapan Gama membuat jantung Zoya pun tak aman. Pria itu terlalu to the point sekali. Apa benar Gama menyukainya? Tidak mungkin! Zoya tau kriteria Gama itu tinggi sedang dia hanya janda adik dari pria itu. Usai makan Gama pun pamit pulang. Zoya ingin mengantarnya sampai depan pintu tetapi dilarang oleh Gama. "Tidak perlu mengantarku keluar! Seperti

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 33. Jangan Pergi!

    Pagi-pagi Zoya sudah rapi dengan setelan formalnya. Blouse dan rok span di atas lutut membalut tubuh rampingnya. Zoya bangun agak pagi agar bisa membawa bekal makan siang di kantor. Kejadian kemarin membuatnya malas ke kantin dan meminimalisir untuk keluar ruangan kecuali ada tugas dari Gama. Jadwal untuk hari ini pun sudah tersusun rapi olehnya. Ada meeting jam sepuluh dan juga sekitar jam tiga sore. Seraya menunggu Gama, Zoya pun lebih dulu sarapan dan membuka-buka kolom komentar di akunnya. Sampai dimana Zoya sadar jika saat ini sudah lebih dari jam tujuh dan Gama belum datang. "Apa mungkin Kak Gama kesiangan ya?" Zoya mencoba menghubungi Gama tetapi tak diangkat oleh pria itu. Kemungkinan Gama sedang di jalan. Begitulah pikiran Zoya. Zoya segera bersiap saja. Mungkin menunggu di bawah lebih baik jadi dia tidak merepotkan Gama yang harus naik ke unitnya. Terlebih waktu yang terus berjalan. Mereka bisa kesiangan jika tidak buru-buru. Namun baru saja Zoya membuka pi

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-30
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 34. Ciuman

    Kedua mata Zoya terbelalak saat merasakan tengkuknya ditarik dan bibirnya dibungkam oleh Gama. Pria itu melumat habis bibirnya hingga tubuhnya menegang. Lumatan yang berawal sangat mengejutkan dan berujung melembut dengan lidah yang bermain lincah membuai Zoya yang masih enggan membuka mulutnya. "Jangan pernah pergi, Zoya! Tetaplah disini bersamaku! Apa kamu tidak mengerti dengan apa yang aku katakan kemarin? Lepaskan kertas itu, Zoya!" bisik Gama sesaat setelah melepaskan ciumannya. Jarak antara mereka sangat dekat bahkan nafas keduanya beradu dan terasa hangat. Kedua mata Zoya pun mulai berkaca-kaca. "Lepas, Zoya!" bisik Gama memerintahkan untuk melepaskan kertas yang ia pegang. Namun Zoya yang masih mematung dan bingung justru semakin mengeratkan kertas itu hingga lusuh dalam genggamannya. Debaran jantung membuatnya semakin tak kuasa. Kembali bibirnya dilumat oleh Gama dan kali ini Zoya benar-benar dibuat tak berdaya oleh pria itu. Kertas yang ia genggam akhirnya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 35. Harga Diri

    Tugas sekretaris terus mendampingi atasannya begitu pun dengan apa yang Zoya lakukan saat ini. Sejak sampai di kantor Zoya fokus dengan tugasnya tanpa mencampuradukan dengan urusan pribadi. Sampai meeting kemana pun Zoya selalu ada di samping Gama. Zoya pun memperhatikan apa-apa yang kurang dan dibantu oleh asisten Gama juga. Tak ada kegiatan apapun yang Zoya lewati sampai dimana meeting di sore hari ini adalah aktivitas terakhir yang mereka jalani setelah seharian berkutat pada berkas dan materi. "Sekretaris anda cukup berbakat Pak Gama. Saya suka cara dia prestasi, jelas dan lugas," ujar klien itu. Zoya menunduk dan dengan terseyum ramah sedangkan Gama nampak tersenyum miring mendengarnya. "Terimakasih atas pujian dari Bapak. Kinerja kerja sekretaris saya memang bagus." Mendapat pujian itu dari Gama, Zoya hanya bisa tersenyum menatap pria itu. Tak berlebihan dan dia tau jika Gama hanya menimpali apa yang kliennya katakan. "Ya, andai ada dua yang seperti itu. Saya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-31
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 36. Buka mulutnya, Zoya!

    Zoya bingung sendiri menghadapi Gama yang katanya sudah mencintainya. Sejak kapan? Apa waktu bersama membuat mereka terbiasa dan mulai tumbuh rasa. Zoya menggelengkan kepalanya. Dia menyandarkan tubuhnya di kursi kerja. Niat ingin merampungkan pekerjaannya malah jadi memikirkan sikap Gama dan ucapan Gama tadi di mobil. Zoya tentu saja berkesan dengan ucapan Gama. Wanita mana yang tak kebawa perasaan, tapi hati kecilnya belum mau terlibat jauh dengan cinta. Kebersamaan mereka membuatnya ketergantungan tapi untuk cinta, Zoya masih sangat takut. Ada hal yang menyakitkan yang membuatnya enggan mengulangi. Namun Zoya sadar, tak mungkin tak melibatkan hati. Sekuat-kuatnya dia melawan, jika Gama terus bersikap baik dan manis padanya. Tak mungkin dia bisa bertahan. Hanya saja untuk sekarang, Zoya belum merasakan ada cinta untuk Gama selain rasa kagum karena kebaikan pria itu. Entah belum ada atau belum menyadari, tapi pikiran Zoya terlalu banyak yang harus dipertimbangkan dan

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 37. Ancaman

    Zoya pun menerima suapan demi suapan yang Gama berikan. Wajahnya merona melihat tatapan Gama yang begitu lekat padanya dan Gama pun sangat perhatian. Gama terlihat begitu telaten mengurusnya bahkan sisa makanannya dimakan oleh Gama hingga membuat Zoya tercengang melihat itu. "Kak jangan dimakan! Ini bekas aku loh." "Liur kamu saja aku tidak masalah. Lagian mubazir jika di buang, Zoya." Enteng sekali Gama mengatakan demikian. Zoya yang malu sendiri mendengarnya. "Mau kemana?" tanya Gama saat Zoya hendak beranjak dari sana. "Aku mau ke kamar dulu sebentar, Kak. Kakak selesaikan dulu saja makannya. Zoya mau bersih-bersih." Zoya pun masuk kamar. Sebenernya bukan hanya mandi tapi dia ingin menghindari tatapan Gama yang hangat dan perhatian pria itu yang membuatnya resah. Usai mandi dan mengoleskan obat lagi di tangannya, Zoya pun keluar dari kamar untuk kembali menemui Gama. Terlihat pria itu tengah berada di dapur. Zoya yang penasaran pun segera menghampiri. "Kak j

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-02
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 38. Sensitif

    "Kak... " Kedua mata Zoya mengerjab kemudian perlahan melepaskan diri dari Gama. Tatapan matanya bertemu dengan sapuan hangat dari kedua mata pria itu. "Kenapa, Zoya?" "Aku... " "Hhmm?" "Aku takut tapi aku ingat apa katamu. Aku melawan rasa takut itu. Semalaman aku berusaha untuk tidur. Apa masih ada darah itu di luar, Kak?" tanya Zoya kala teringat akan apa yang ia lihat semalam. Zoya ingin melihat keluar tapi ditahan oleh Gama. "Hentikan! Sudah tidak ada darah di sana. Aku sudah meminta pihak dari apartemen untuk menjagamu dan juga semalam darah itu dibersihkan segera. Maaf jika aku tidak kembali ke sini dan menemanimu, Zoya. Kebetulan semalam badanku kurang vit tapi aku memantau keadaanmu dari sana." Zoya mengangguk paham. "Terimakasih banyak Kak, tapi apa Kakak tau siapa pelakunya? Apa itu Zein? Maaf jika aku selalu merepotkanmu padahal kamu sedang kurang enak badan. Apa sekarang sudah lebih baik, Kak?" tanya Zoya lagi dan dijawab gelengan kepala oleh Gama. "U

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-03
  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 39. Kak aku panas. Jangan lanjutkan!

    Semakin hari semakin tubuhnya mengkhianati hati yang menolak untuk kembali menjalin hubungan. Bukan atas kehendaknya tapi pengkhianatan sungguh masih membekas di jiwa. Bahkan terkadang Zoya masih merasakan sakit atas tamparan dan perlakuan kasar Zein yang kembali masuk dalam. ingatan. Tubuhnya tak bisa menolak saat sentuhan yang Gama berikan semakin membuat tubuhnya merespon dengan baik. Tubuh Zoya menerima dan membalas sentuhan itu hingga tanpa sadar Zoya kembali membalas kecupan mesra Gama untuk yang kedua kalinya. Kecupan yang berawal dari kening dan perlahan turun ke bibirnya yang mungkin sudah menjadi candu untuk pria itu. Terasa hangat dan membuat Zoya semakin tak berdaya. Pagutan Gama membuat syaraf-syarafnya terjaga dan mengajak untuk bisa mengimbangi. Deru nafas pun semakin tak terkendali. Kedua tangan Zoya mencengkeram ujung jas Gama saat gejolak semakin ia rasakan. Lidahnya membalas setiap gerakan lembut Gama hingga suara decapan mulai terdengar manja di tel

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-04

Bab terbaru

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 61. Bukan Pasangan Kumpul Kebo

    Zoya ketar ketir sendiri setelah tau ada karyawan dari Gama juga di sana. Kenapa dia tak kepikiran sampai sana. Tidak berpikir akan ada yang melihat mereka di tempat umum seperti ini. Sialnya ini di luar jam kantor yang mana sulit untuk berkelit jika sudah ketahuan begini. Orang yang melihat akan dirinya dan Gama pasti akan menaruh curiga. Terlebih di tempat seperti ini dan Gama begitu setia menemani. Zoya sedikit mengintip di balik pintu tempatnya bersembunyi. Dia menggigit bibir bawahnya saat Gama mulai mendongak menatap santai pada kedua karyawan pria itu. "Saya sedang mengantar seseorang," jawab Gama dengan sikap dingin yang membuat karyawan tersebut meringis mendengarnya. "Oh pasti spesial ya, Pak. Beruntung banget orang itu Pak." "Hhmm... Tentu." Hanya itu jawaban dari Gama dan kembali fokus pada ponsel yang pria itu pegang. Tak lama dari itu Zoya tertunduk saat mendengar notifikasi pesan masuk. Segera Zoya melihat ponsel yang kebetulan dia genggam dan ternyata G

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 60. Iri

    "Kak!" Hal indah itu kembali terulang lagi. Zoya pasrah saat Gama sudah kembali merusuh. Mau memberontak pun tak akan mungkin bisa. Pria jika sudah mau mana bisa dibendung. Alhasil berujung desahan dan erangan manja kembali terdengar di dalam kamar itu. Sampai dimana Bibi yang ingin mengetuk pintu untuk memberitahu jika makanan sudah siap. Urung dilakukan saat mendengar suara-suara aneh yang membuat beliau paham jika majikannya tengah sibuk. "Sayang sungguh nikmat tubuhmu. Bagaimana aku tidak candu?" "Kak agak dipercepat sedikit!" "Apa kamu lebih suka yang seperti ini?" tanya Gama dengan mempercepat hentakan yang membuat Zoya mendongak mendesah. "Ya, aku lebih suka Kak." " Panggil namaku yang benar, Sayang!" pinta Gama dengan suara yang tak tertahan. Terdengar serak dan berat menandakan pria itu yang sudah terperangkap dengan gairah yang mendalam. "Panggilan apa yang aku harus berikan, Kak?" tanya Zoya di sela gerakannya ulah Gama yang menghentak beraturan.

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 59. Memakanmu Pagi ini

    Kembali ke kamar setelah sejenak bermanja dengan suami. Zoya merasa hatinya berbunga-bunga saat dia sangat diratukan. Tanpa berjalan, Gama senantiasa mengangkat tubuhnya. "Kak mau kemana?" tanya Zoya setelah merasakan ranjang empuk yang tadi sempat berantakan. Tak begitu rapi tapi cukup nyaman. Spreinya pun butuh diganti besok. "Ke balkon sebentar Sayang." "Mau apa, Kak? Nggak langsung tidur? Kamu nggak ngantuk?" tanya Zoya yang tak mau ditinggal. Entah mengapa hawanya ingin berduaan saja. Namun Zoya malu untuk mengatakan itu, tapi jika Gama peka akan gestur yang diperlihatkan oleh Zoya, tentu pria itu harusnya tau jika sang istri sedang manja. "Hanya merokok sebentar Sayang." "Sejak kapan? Bukannya Kakak nggak merokok?" tanya Zoya yang keberatan akan itu. Merokok? Baru tau Zoya jika Gama suka dengan nikotin itu. "Hanya satu batang, Sayang. Sebentar ya Sayang!" Gama mengecup bibir Zoya. Laki-laki jika sudah ingin merokok mana bisa ditahan-tahan. Gama bukan perokok b

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 58. Geregetan

    Zoya tersenyum saat Gama meraih tubuhnya dan membantu untuk membersihkan. Sudah lama tak ia rasakan diratukan hingga seperti ini. Rasanya malu tapi dia suka, seperti ada kupu-kupu yang tengah menggelitik perutnya. "Kak... " Zoya terpekik saat Gama begitu isengnya meremas miliknya. Geregetan sekali dengan Gama padahal sedang melayang diperlakukan lembut oleh Gama tapi pria itu dengan isengnya asal remas saja hingga mengejutkan dirinya. "Gemas Sayang, salah siapa malah melamun? Hehehe Apa masih kurang lemas? Aku siap menambahkan jika kurang." "Kak jangan menggodaku. Kita akan terus begini jika kamu tidak melepaskanku. Aku duluan," ucap Zoya yang kemudian melangkah gontai meraih handuk dan mengenakannya kemudian segera keluar dari kamar mandi. Dia meninggalkan Gama yang masih sibuk di dalam. Salah siapa sejak tadi menggodanya saja hingga tak kunjung selesai. Zoya pun tidak ingin lagi terjebak di dalam yang berujung akan mengulang kembali kegiatan panas mereka. Bukan tak

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 57. Nikmati Sayang!

    Zoya terpekik saat tubuhnya dijatuhkan dengan lembut oleh Gama di ranjang yang akan menjadi saksi cinta mereka. Sekarang Zoya sudah tak berbalut apa-apa bahkan dengan mudah Gama pun bisa mengeksekusinya. Tangannya meremas sprei saat rasa yang ia rindukan kembali dapat ia rasakan tapi kali ini rasa itu berbeda, Gama sungguh luar biasa. Rasa itu membuat candu karena lidah Gama yang begitu lihai menyapa sesuatu di bawah sana. "Kak.." "Sebut namaku, Sayang!" pinta Gama yang mendongak menatapnya. Zoya pun kembali mendongak saat lidah itu kembali menyapa. Mulutnya terbuka dan desahan kembali tercipta. "Kak Gama.. Akh... " Sungguh luar biasa rasa yang Gama ciptakan karena lidan pria itu yang begitu lincah menciptakan rasa nikmat yang tak bisa didefinisikan hingga cengkeraman tangan Zoya semakin kencang. Sprei pun mulai berantakan akan dirinya yang tak tahan. "Kak aku sampai... " Kalimat itu keluar sebelum gelombang cinta datang. Rasanya sangat luar biasa dan Gama tersenyum

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 56. Puaskan Aku!

    "Kak nggak mau! Belum apa-apa sudah minta dimandikan. Aku malu loh Kak!" Zoya menolak Gama yang kini sudah membawanya kembali masuk kamar. Bagaimana Zoya tak menolak jika malam pertama saja belum, tapi dia sudah diminta memandikan suaminya. Gama betul-betul sangat meresahkan. "Salah siapa membuatku pusing, Sayang?" "Ya tapi nggak gitu, Kak. Aku malu, setidaknya pengenalan dulu." "Bukannya kamu sudah mengenalku, hhm? Kita sudah sama-sama tau anatomi manusia Sayang. Bisa kenalan nanti di dalam sana." Gama kali ini tak terbantahkan. Zoya terus dibawa masuk ke dalam kamar mandi. Salah siapa membuat gemas. Sekarang tanggung sendiri akibatnya. "Kak jangan buka dulu! Aku tunggu di luar." Hawanya Zoya ingin kabur saja. Mereka sudah berada di dalam kamar mandi dan Gama sudah membuka kancing kemeja yang pria itu kenakan. Sontak Zoya membuang muka. Malu meskipun bukan lagi pengalaman pertamanya melihat dada bidang seorang pria. Dia janda, bukan gadis perawan tapi entah men

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 55. Mandikan Aku Sayang!

    Di dalam lemari itu didominasi dengan lingerie dan pakaian dalam yang berwarna senada. Memang ada pakaian lainnya tapi tidak banyak dan jika dilihat ukurannya pas, warnanya kontras, dan modelnya kekinian. Padahal Zoya sendiri tidak pernah membeli modelan seperti ini. Dia juga tidak mengatakan ukuran dan warna kesukaannya tapi yang tersedia benar-benar sesuai ukuran dan warna yang cocok untuk dirinya. "Kak aku serius. Jangan bikin aku kesel! Beneran ini Pak Dito yang nyiapin? Tau dari mana ukuran aku? Atau kamu yang bilang? Malu loh aku Kak." "Untuk apa malu Sayang? Dito 'kan asisten aku. Ya sudah sepantasnya dia menyiapkan itu. Nggak ada yang aneh. Nggak ada juga yang mau bikin kamu malu." Entah mengapa kali ini Gama membuat Zoya kesal. Zoya mengambil pakaian tidur yang masih tertutup dan aman dipakai kemudian masuk ke dalam kamar mandi. Hawanya kok sewot menghadapi Gama. Baru kali ini semenjak dekat, Gama tak sepemikiran dengannya dan cenderung nyebelin. Hati yang tadi berbu

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 54 Wanita Mandul

    Zoya merengut saat jawaban dari Gama tak dia dapatkan. Pria itu hanya tersenyum miring dan meraih tangannya untuk dikecup. Bukan itu yang Zoya inginkan. Zoya ingin Gama menjawab akan hal yang membuatnya penasaran. Mana tau benar ada CCTV yang terhubung pada Asisten Dion. Kalau begitu jelas Zoya harus berhati-hati. Dia tidak boleh terlalu intens dengan Gama. Malu sekali jika ada yang melihat adegan mereka. Zoya membayangkan orang yang bersangkutan seperti sedang menonton live streaming adegan panas antara dia dan Gama. Sampai di rumah besar keluarganya Prasetyo, Zoya kembali mengalami kesulitan. Ingat betul di setiap sudut ruangan memiliki kenangan buruk yang sulit dilupakan. "Turun, Sayang! Sudah jangan kamu ingat apalagi kamu pikirkan! Kita masuk ya." Gama pun mengajak Zoya agar segera turun dan masuk. Gama lebih dulu turun kemudian membukakan pintu mobil untuk Zoya. Perlahan Zoya pun keluar dan masuk ke dalam rumah. Suasana sore di rumah itu kembali menyapa. Suasana

  • RANJANG PANAS KAKAK IPAR   Bab 53. Meresahkan

    Zoya hampir kewalahan mengikuti pergerakan lidah Gama yang begitu nakal. Agaknya Gama tak sabaran. Begitu menggoyang dan mengabsen tanpa terlewatkan. Zoya begitu sulit mengimbangi, sepertinya nanti malam dia akan habis di tangan Gama. Masih sangat ingat betul, bagaimana rasanya setelah bermain dengan Gama kala itu. Sangat berbeda sekali saat dia bersama Zein. Berjalan saja rasanya sangat mengganjal seperti ada yang tertinggal di bawah sana. Apa malam ini pun ia akan merasakan hal yang luar biasa? Mendadak Zoya merinding sendiri memikirkan itu. Tubuhnya tiba-tiba geli akan sentuhan tangan nakal Gama. "Kak!" pekik Zoya saat ia merasakan tangan besar itu meraih sesuatu yang sangat sensitif milik Zoya. Rasanya sesuatu di bawah sana ikut berdenyut. Zoya resah merasakan itu. Gama memang semeresahkan itu hingga dia tak tahan dan mengeluarkan desahan yang membuat Gama tersenyum nakal. "Kenapa, Sayang?" bisik Gama. "Kak tangan kamu!" Zoya mendorong tangan Gama agar tak merai

DMCA.com Protection Status