Semua Bab Mempelai yang Tak Diharapkan: Bab 31 - Bab 40

73 Bab

Bertemu orang lama.

Satu tahun kemudian. Setelah masa sulit penuh perjuangan, kini perusahaan yang Farhan dirikan kembali jaya. Perusahaan yang hampir bangkrut itu kini berkembang dan menjadi lebih besar dari sebelumnya. Bahkan kini Satya sedang memulai prose pembangunan anak perusahaan di luar kota. Ya, perusahaan yang bergerak di bidang makanan instan itu mulai kewalahan melayani permintaan dari dalam maupun luar negeri. Untuk memenuhi itu rencananya akan dibangun anak cabang di beberapa kota. Di ruangannya, Satya yang kini menjabat sebagai CEO menggantikan ayahnya itu sedang sibuk memeriksa kontrak kerja sama dari perusahaan di luar negeri. Mempelajari keuntungan yang akan didapatkan dari kerja sama itu dan kemungkinan resiko kerugian yang mungkin akan dialami efek dari kerja sama itu. Tok.. tok... Fokus Satya terpecah karena ketukan pintu ruangannya. "Masuk," Seorang wanita cantik membuka sedikit pintu lalu melangkah masuk. "Siang, Pak." "Iya, ada apa?" tanya Satya tanpa mengalihk
Baca selengkapnya

Kabar pernikahan.

"Iya, kepulanganku kali ini untuk menghadiri pernikahan dan merencanakan pernikahanku sendiri." "Dengan siapa?" Spontan Satya bertanya lagi. Debar jantungnya merasakan firasat buruk. Alfa menaikkan satu alisnya, "Sepertinya kamu sangat penasaran?" "Khemm...." Satya berdehem, sadar dirinya sudah bersikap berlebihan. "Sebagai teman aku ikut bahagia mendengarnya. Dan kurasa normal jika aku penasaran dengan calon pasanganmu," Alfa tergelak, pria itu menganggukkan kepalanya lalu kembali berbicara. "Teman?" Satu alisnya terangkat. "Iya, tentu tidak salah. Tapi....." Alfa menjeda kalimatnya. "Sayangnya aku tidak ingin berbagi kebahagiaan itu denganmu. Tapi jangan khawatir, yang pasti aku tidak akan menikahi wanita yang membuat karirku hancur." Seketika rahang Satya mengeras dengan mata menatap tajam. Ada kilatan amarah dalam tatapannya saat mendengar ucapan Alfa. Ibarat gada kalimat itu menghantam tepat di dada Satya. Sudah dua kali teman lamanya itu memberinya sindiran. Dada
Baca selengkapnya

Kembali ke Jakarta.

Seorang wanita cantik sedang duduk dibalik meja kerjanya. Tatapannya fokus pada lembaran kertas di hadapannya. Sesekali mata indah itu beralih pada layar laptop membandingkan tulisan pada kertas dan deretan angka di layar benda canggih itu. Dertt.... Dering ponsel mengalihkan fokusnya, sebuah nama tertera di layar ponsel. Sebuah senyum pun terbit dari bibir tipis yang disapu lipstik warna pink nude. [Kenapa gak jadi ikut?] Suara dari seberang sana. "Assalamu'alaikum, Sandra," ucap wanita yang tak lain adalah Bestari. Dengan bibir mengulum senyum dia menyapa sahabat juga sepupunya, Sandra. [Wa'alai salam, Bestari.] Terdengar Sandra mendengus. [Kenapa gak jadi datang?] "Maaf, Sabia sedang flu. Dia sedang rewel-rewelnya, kasian kalo dibawa bepergian." Bestari mengarahkan tatapannya pada box bayi tak jauh darinya. Di dalam box sedang terlelap sosok kecil kesayangannya. Sejak ibunya kembali ke Jakarta Bestari akan membawa Sabia, putri tunggalnya saat pergi bekerja. Di r
Baca selengkapnya

Menjelang pernikahan Ganendra.

"Aku serius, aku ingin mengajak kamu dan Sabia untuk tinggal bersamaku di Jerman," Bestari mengerutkan dahinya. Tinggal bersama? Maksudnya apa? Apa mungkin karena statusnya? "Terima kasih, tapi kurasa tidak." Bestari menolak dengan sapan. Dalam hati dia jadi berpikir buruk tentang kakak sepupunya itu. 'Apa karena aku janda jadi bisa seenak diajak hidup bersama?' batinnya. Melihat perubahan minik wajah Bestari, Alfa tersenyum tipis. "Jadi nggak suka, ya? Kali begitu kamu lebih suka tinggal dimana?" Bestari menghela nafas panjang, sebenarnya malas menjawab. "Kalau di suruh milih, aku mau tinggal di sini saja," "Kenapa? Padahal di Jerman pendidikannya lebih maju dan lingkungannya juga nyaman untuk membesarkan anak." "Iya, tapi aku nggak bisa tinggal jauh dari Mama. Kak Alfa tahu kan, kondisi Mama." Bestari tak mungkin meninggalkan mamanya. Wanita yang sudah melahirkannya itu adalah pahlawan dan cahaya hidupnya setelah Sabia. Pengorbanan yang dilakukan Farah takkan bi
Baca selengkapnya

Merry me?

"Tunggu," "Jihan, tahan dulu!" Bestari segera melerai dua orang itu. "Ikutlah denganku, kita bicara berdua." Tanpa menunggu jawaban Bestari langsung menarik tangan sahabatnya itu dan membawanya masuk ke dalam kamar. Kedua orang tua Jihan menghela nafas, merasa sedikit lega. Setidaknya pertengkaran pasangan kekasih itu berhenti. Bagaimanapun mereka tidak ingin hubungan dua keluarga menjadi buruk meski anaknya batal nikah. "Tolong maafkan Ganendra ya Mbak Risma, Mas Angga," ucap Farah memegangi tangan ibunya Jihan. "Saya juga minta maaf, Jihan sangat keras kepala. Pendiriannya sangat kuat. Kalau sudah memutuskan sulit dirubah." Ibunya Jihan juga menyesalkan sikap keras putrinya. "Tidak Tante, saya yang salah. Saya tidak bisa tegas sehingga menyakiti perasaan Jihan." Dengan gentle Ganendra mengakui kesalahannya dan meminta maaf. Ibra menepuk pundak putranya, bangga. "Ya, semoga saja Tari bisa membujuk Jihan. Jujur Om juga bingung kalau sampai pernikahan kalian batal."
Baca selengkapnya

Usaha untuk bertemu.

Pov Abisatya. "Tolong, kali ini saja bantu gue Bas," pintaku pada Bastian, pemilik WO yang disewa Ganendra untuk mengurus pernikahannya. "Aduh... gimana ya? Lo tahu sendiri Ganendra itu kayak gimana? Kalau dia sampai tahu, habis usaha gue ini." Bastian menggaruk kepalanya yang kuyakin tidak gatal. Sebenarnya aku juga tak tega memaksanya seperti ini. Tapi aku tak punya cara lain. Usaha yang baru dua tahun dirintisnya itu mulai berkembang setelah mendapat bantuan dari Ganendra. Begitulah keluarga Rahardian, selalu berperan dalam setiap usaha kerabatnya. Entah karena mereka memang baik atau sengaja ingin membuat semua kerabat bergantung pada mereka. Tapi memang dari segi finansial, keluarga Tante Farah dan Om Ibra yang paling kaya. Tante Farah anak tunggal dari keluarga Erlangga, pengusaha sukses dari jogja sedang Om Ibra anak sulung keluarga Rahadian, salah satu pengusaha terkaya di Jakarta. "Ayolah, gue janji gak akan bikin ribut. Gue cuma ingin tahu keadaan Tari, it
Baca selengkapnya

Meminta kesempatan kedua.

Aku berusaha menahan diri sampai akad nikah selesai. Meski dada bergemuruh melihat kedekatan Alfa dengan putriku, namun sekuat tenaga aku menahan diri. Jangan sampai mengganggu acara sakral itu. Akad nikah pun selesai dan ditutup dengan doa. Tepat saat aku hendak melangkah Bestari bangkit dari duduknya. Sambil menggendong putri kami yang menangis dia berjalan ke arah pintu. Alfa hendak menyusul namun seseorang memanggilnya. Gegas aku menyusul keluar. Melihat Putriku yang entah namanya siapa hatiku terasa teriris. Tolong maafkan papamu ini, Nak. Begitu bodohnya sampai tak mengetahui keberadaanmu. Sampai di luar kulihat Tari berjalan kesana kemari berusaha menenangkan putriku yang rewel. Ada apa dengannya apa dia sedang sakit? Mengapa menangis seperti itu, saat diberi susu pun menolak. Kuhela nafas panjang lalu melepas masker yang menutupi separuh wajahku. Dengan yakin aku melangkah mendekatinya. "Tari," panggilku dan seketika botol susu di tangan Tari jatuh ke lantai. Mat
Baca selengkapnya

Kemarahan Farah.

"Om bohong kan? Tari tidak mungkin menikah dengan orang lain." Aku menatap Om Ibra memelas tapi pria itu malah tersenyum miring. Aku menggeleng, kualihkan pandanganku pada Tari. "Ini tidak benar kan Tari, kamu hanya mencintaiku kamu tidak boleh menikah dengan orang lain." Tari tak menjawab, malah melengos dan memilih pergi bersama Sandra. "Tunggu Tari, kita harus bicara." Tak terima aku mengejarnya namun sebelum tanganku bisa menyentuhnya sebuah tangan menarik lenganku kasar. "Siapa yang mengizinkanmu menyentuhnya!!" ucap Ganendra dan langsung melepaskan bogem mentah ke arahku. Bugh..... Aku yang tak siap langsung tersungkur. Telingaku berdenging.... bersamaan pandanganku mengabur. Pusing dan nyeri terasa di rahangku. "Bangun!!" Ganendra melambai tangannya dengan tatapan mengejek. "Dua pukulan kecilku tidak membuatmu lemah, kan?" ejeknya. Dua kali sudah dia memukulku tapi di saat aku tak siap. Untuk ketiga kalinya akan menjadi giliranmu. "Beri aku satu pukulan
Baca selengkapnya

Ancamann Ganendra.

"Ada apa?" tanya Ganendra pada pria yang sejak tadi mengikutinya dari mulai lobby kantor sampai masuk ke ruangan kerjanya. Sebenarnya sejak tadi Ganendra tak menghiraukan pria itu tapi seperti tak tahu malu Bastian mengambil. alih semua peran sekretaris dan asisten Ganendra. Saat sang sekertaris membawakan minum, Bastian langsung merebut dan mengambil alih menyajikan di meja Ganendra. Lalu saat asisten pribadi Ganendra hendak membacakan jadwal meeting, Bastian juga mengambil alih pekerjaan pria itu. "Gue mau minta sedikit waktu lo," jawab Bastian dengan senyum yang membuat Ganendra muak. "Gue nggak ada waktu buat pengkhianat. Pergilah, sebelum gue suruh security nyeret lo keluar!" usirnya sembari memeriksa berkas-berkas dimeja kerjanya. Bastian bergeming, tak peduli meski dibilang pengkhianat. Baginya nasib karyawan dan usahanya lebih berharga ketimbang harga diri. "Gue minta maaf. Gue sudah salah sama lo sekeluarga." Bastian menundukkan kepalanya. "Silahkan lo m
Baca selengkapnya

Mendatangi kediaman Rahardian.

Hari minggu pagi, Abisatya mengajak kedua orang tuanya untuk mendatangi kediaman keluarga Rahardian yang baru diketahuinya dua hari yang lalu. "Kamu sudah tahu rumah baru mereka?" tanya Farhan di tengah perjalanan. "Setahu Papa, Ibra dan Ganendra tinggal di apartemen dekat kantor mereka tapi selama ini tidak pernah terlihat ada Farah ataupun Bestari." Lanjutnya sembari memandang ke arah jalanan yang dia rasa berbeda dengan jalanan menuju apartemen yang barusan dia katakan. "Kemarin orangku sudah mendapatkan alamat mereka yang baru. Aku susupkan dua orang di acara pernikahan Ganendra untuk mengikuti Tari selesai acara," jelas Abisatya. "Kok bisa? Memangnya kamu tahu tempat pernikahannya?" Farhan cukup terkejut dan memberondong sang putra dengan pertanyaan. "Mama gak cerita?" tanya Satya melirik Aisyah yang duduk di kursi belakang. Aisyah pun membuang muka. "Tidak," jawab Farhan lalu melirik istrinya yang masih setia dengan kediamannya. "Papa juga nggak nanya." "Aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status