Home / Romansa / The King's Forbidden Love / Chapter 1 - Chapter 7

All Chapters of The King's Forbidden Love: Chapter 1 - Chapter 7

7 Chapters

Prolog

Dum! Dum! Dum!Seorang gadis dengan rambut kuncir kuda tinggi berjalan melenggak-lenggok, melewati kerumunan orang yang sibuk berjoget. Bunyi lagu yang diputar keras menambah suasana setiap orang yang sibuk menikmati kebebasan. Bibir semerah mawar gadis itu memberikan daya tarik kuat kepada laki-laki yang kesepian. Beberapa mendekati secara terang-terangan, tapi dia ahli sekali dalam menghindar. Setelah mengambil gelas berisi vodka, dia menggoyangkannya sebentar. Belum sempat diminum, seseorang memanggilnya."Zata!"Yang dipanggil menoleh. Senyumnya mengembang saat Inggit akhirnya menemukan dirinya."Gila lo! Gue udah cari ke sana ke mari tapi nggak ketemu-ketemu!""Hah? Apa?" seru Zata karena tak bisa mendengar suara Inggit."AYO PULANG! LO MABUK, LONTE!" teriak Inggit di kuping Zata. Akhirnya Zata bisa dengar. Dia tertawa saat mengetahui cara Inggit menyebutnya. Memang sudah biasa mereka saling memaki, sebab pertemanan mereka lebih lama dari hanya sekedar teman sepermainan. Mereka s
Read more

Bab 1

"Ini nggak lagi diprank Inggit, kan?"Zata menunduk, berusaha merenung dan memahami keadaan yang terjadi sekarang.Klotak ... klotakBunyi kereta kuda yang dijalankan membuat Zata tak nyaman. Lantas dia membuka jendelanya untuk menghirup udara luar. Di sini rasanya sesak, apalagi dia juga ingin mengatasi keterkejutannya atas apa yang terjadi. Belum sempat mengambil napas, Zata bertemu tatap dengan pria yang tadi memarahinya. Entah bagaimana bisa pria itu berkuda tepat di samping kereta Zata."Jangan berani berpikir untuk kabur!"Spontan Zata memasukkan kembali wajahnya dan menutup jendela."Galak banget. Slow aja kali. Bokap gue aja nggak pernah marah-marah. Cepet tua lo nanti!" gumam Zata yang kesal."... na.""Sebenarnya kenapa, sih? Apa gue lagi diprank Inggit? Tapi kalo iya, kenapa tubuh gue bisa pindah ke hutan? Masa digendong Inggit? Yakali." gumam Zata yang tak mendengar ucapan perempuan di hadapannya. Dia terlalu sibuk memikirkan situasinya."Nona!" seru pelayan lagi kala nona
Read more

Bab 2

Setelah kehilangan kesadarannya selama beberapa jam, Zata akhirnya bisa merasakan keadaan di sekitar. Rasa sakit yang ada di kepalanya juga tak separah kala dia bangun setelah mabuk semalaman. Tubuhnya terasa nyaman, mungkin karena ranjang ini lebih empuk daripada kasur yang dia pakai biasanya."Pingsan?" gumamnya. Perlahan dia bangkit dan menyapu pandangan. Ruangan ini sangat luas. Kalau di dunia nyata pasti para artis terkenal yang memilikinya. Walau keluarga Zata cukup kaya, dia tak pernah kepikiran memiliki kamar megah begini."No ... Nona!" teriak seseorang dari arah pintu. Dia berlari tergesa-gesa setelah meletakkan baskom berisi air hangat ke atas nakas, kemudian mendekati sisi ranjang Zata. "Bagaimana keadaan, Nona?""Gue ... ehem--"Aku harus segera terbiasa dengan cara bicara di tempat ini, pikir Zata."... aku habis pingsan?""Benar, Nona. Saya sangat cemas. Untung ada Tuan Muda Gaffar yang tidak sengaja lewat. Beliau menggendong Nona ke sini karena kalau sampai Tuan Duke t
Read more

Bab 3

"Apa ... yang kamu lakukan di sini?"Zata, yang sekarang akan lebih banyak kita sebut Alenda, tengah menatap bingung Anggita yang berjongkok di samping tempat putri Celsion mandi."Saya menunggu Tuan Putri.""Iya, maksudku kenapa kamu menungguku di sini?" tanya Alenda lagi yang masih tak paham."Saya akan memandikan Nona," ucapnya tanpa dosa dengan senyuman lebar."Hah? Ngapain? Emang ada peraturan di tempat ini kalau kita nggak boleh mandi sendiri?" Alenda bingung karena selama dia hidup di dunia asalnya, dia pasti mandi sendiri. Terakhir kali dimandikan adalah saat berusia lima tahun."Tidak juga, tapi ... para putri bangsawan memang selalu dimandikan. Termasuk Nona Alenda. Jadi--""Oke-oke, tapi ... kami berhak menolak, kan? Maksudku, kalau aku tidak nyaman, aku bisa menolak hal itu, kan?" ucap Alenda seraya memegang erat-erat piyama mandinya."Apa maksud Nona?""Aku mau mandi sendiri! Bo--boleh, kan?"Anggita menggaruk tengkuk lehernya yang tak gatal, dia jadi bingung dengan sikap
Read more

Bab 4

"Sialan! Arrrrrgh!"Alenda menendang-nendang pilar yang berada di dekat air terjun. Perasaannya kini sangat kacau usai keluar dari ruangan ayahnya. Kalau diingat kembali, Celsion benar-benar ayah yang kejam. Padahal dia bilang, dia mencintai ibunya Alenda. Lalu kenapa Celsion tega mengirim Alenda ke kerajaan ujung benua? Padahal Alenda tak pernah buat masalah selain saat kabur kemarin."Kamu baik-baik saja?"Ucapan seseorang membuat pergerakan Alenda terhenti. Dia harus bersikap lembut. Seorang gadis berusia 14 tahun normalnya tak akan berkata kasar dan bersikap bar-bar. Dia tak boleh membuat orang lain mencurigainya. Kala berbalik, dia bisa melihat tatapan hangat dari Gaffar padanya."Kakak ...."Gaffar berjalan mendekat lalu mengulurkan tangan di depan Alenda. "Izinkan aku menemanimu berkeliling taman."Karena sebenarnya mereka adalah sepasang kekasih yang saling mencintai, Alenda tak punya pilihan selain menerima ajakannya. Gaffar pasti akan curiga kalau respon Alenda berbeda."Har
Read more

Bab 5

"Hati-hati! Jangan membuatnya marah. Raja Hephaestus dikenal emosional. Ada baiknya kamu tidak berulah di sana."Alenda menenggelamkan wajahnya di atas lipatan kaki yang dia buat. Kini dia sudah berada di dalam kereta kuda yang akan membawanya ke kerajaan di ujung benua bersama Anggita. Perkataan ayahnya saat melepas kepergiannya pagi tadi masih saja terngiang dan membuatnya semakin kalut."Jangan duduk seperti itu, Nona. Gaun dan riasan Nona akan hancur," ucap Anggita agar Alenda tak lagi bertingkah bar-bar. Setelah ini nonanya akan menjadi seorang istri dari raja, ada baiknya untuk tetap menjaga tata krama dan bersikap lembut."Jangan ceramahin aku, Nggit. Aku gugup banget tiba-tiba nikah," ucap Alenda. Dia tidak bohong. Dari pagi memang hatinya tak tenang karena hari ini akan menikah. Walau usianya 22 pun, dia masih belum siap dengan yang namanya pernikahan. Apalagi sekarang yang masih 14 tahun?Anggita beranjak dari tempatnya lalu duduk di sebelah Alenda. Dia genggam tangan nonany
Read more

Bab 6

"Istriku?"Alenda masih memeluk dirinya sendiri. "Be--benar!""Jadi kau adalah Putri dari Duke Celsion?"Alenda mengangguk cepat-cepat. Dia sangat mengingat rumor soal Yang Mulia Hephaestus yang kejam. "Makhluk tadi ...."Gavier baru ingat. Lantas dia mendekat ke jendela dan menutupnya. "Dia adalah iblis tingkat rendah yang sedang kelaparan. Kebetulan sekali kau punya sihir yang dapat mengenyangkannya. Saat merasakan auramu, aku juga cukup terkejut karena baru pertama kali merasakan aura seperti ini.""Hah? Sihir? Bagaimana mungkin?" Alenda menatap kedua telapak tangannya."Jadi kau tak tau kalau punya sihir yang besar?"Gavier berjalan mendekatinya. Kala berada di posisi cukup dekat, dia mengangkat dagu Alenda sampai mendongak. "Kecil sekali.""HAH? APANYA?!" Alenda syok minta ampun. Dia kembali memeluk dirinya sendiri. Melihat itu Gavier tertawa renyah."Maksudku bukan itu, Nona. Kau sangat kecil untuk kujadikan istri. Berapa usiamu?""Aku masih 14 tahun," jawab Alenda yang merasa l
Read more
DMCA.com Protection Status