All Chapters of Benih Haram Sahabatku: Chapter 31 - Chapter 40
42 Chapters
Outbond
Hari kedua gathering sama seperti sebelumnya, kali ini di ruang terbuka. Ada satu tempat outdoor di hotel ini yang cukup luas untuk outbond. Namun terbatas, tidak bisa semua. Hanya bisa untuk kegiatan lomba seperti acara tujuh belasan di bulan Agustus. Tim hotel yang cukup kreatif ditambah dengan tim dari pihak perusahaan, maka ramailah acara ini. Seru, menegangkan dan penuh dengan teriakan para penonton. Tak semua peserta gathering ikut perlombaan. Kebanyakan hanya menonton sambil makan.Tiga hari ini memang hanya untuk refreshing setelah setahun mereka bekerja keras untuk perusahaan."Semangat, Pak Andra!"Andra terpaksa ikut ambil bagian karena beberapa orang menunjuknya menjadi peserta lomba. Setelah aksi heroiknya menolong Helena kemarin di kolam renang.Jadi Andra memilih salah satu perlombaan yaitu balap karung. Lawannya cukup tangguh. Tiga orang peserta gathering dan bosnya Christian.Melihat Andra turun, Christian jadi penasaran ingin ikut bertanding. Dia tidak mau kalah den
Read more
Penjelasan
Reisa menyuapkan sesendok demi sesendok bubur ke mulut suaminya. Berkat kesabarannya Andra yang tadinya enggan makan, kini menghabiskan satu mangkok.Reisa juga membantu Andra minum. Sebenarnya sih, yang sakit ada di bagian kaki. Tangan Andra juga masih bisa berfungsi dengan baik. Namun, sepertinya lelaki itu sengaja. Pikirnya kapan lagi bisa bermanja dengan istri. "Papa Andra ini memang super hero. Udah nyelametin orang kecebur di pool. Sekarang malah jatuh main balap karung."Reisa menyindir Andra. Wanita itu tak habis pikir dengan tingkah suaminya beberapa minggu ini."Kan biar rame, Mama."Andra membalas ucapan istrinya. "Dulu jago banget main basket. Ini cuma balap karung kok bisa lost control.""Namanya juga musibah. Siapa juga yang tau."Mulut Andra tak berhenti mengunyah. Ternyata asyik juga kalau makan disuapi istri. Tahu enak begini, kenapa tidak dari dulu saja. "Kok bisa jatuh gitu? Kamu ngeliatin cewek kali, ya?" tanya Reisa lagi. "Emang. Cakep banget malah.""Tuh, kan.
Read more
Makan Malam
Hari ini adalah hari terakhir acara gathering di hotel. Sebagaimana yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya, acara akan ditutup dengan makan malam. Juga pemberian reward bagi karyawan yang berprestasi.Baiknya lagi, Christian membolehkan para petinggi hotel iku serta, sekalipun harusnya itu acara intern mereka. Kalau sudah begini, bagaimana Andra bisa melepasnya begitu saja?Malam ini, Andra meminta Reisa untuk ikut serta. Sebenarnya lutut yang cidera ini masih belum sembuh. Bahkan dia masih izin sampai beberapa hari ke depan. Namun, karena Christian sudah menelepon dan meminta datang, maka lelaki itu memutuskan untuk hadir.Kali ini Reisa wajib ikut dan Andra akan mengenalkannya kepada semua orang."Aku malu," tolak Reisa halus."Kenapa juga harus malu? Kamu kan istriku.""Aku gak cantik.""Lu cantik banget buat gue. Gak peduli orang bilang apa," ucap Andra meyakinkan."Gue pendek, lu jangkung. Gak kontras, kayak adek kakak.""Dari dulu ngeributin itu mulu. Yang penting waktu di kamar
Read more
Di Rumah Sakit
"Nomor antrian dua puluh tiga. Poli ortopedi."Seorang ibu-ibu paruh baya dibantu anaknya masuk ke ruang periksa. Ibu itu memakai kursi roda. Sepertinya sakitnya sudah parah. Kakinya dibalut perban dan dia tidak bisa berjalan. Ada seorang perawat yang mendampingi."Kita nomor berapa?" tanya Andra."Dua puluh lima. Masih dua antrian lagi, Ndra," jawab Reisa."Lama juga," keluhnya."Kan udah dibilangin, periksa malam aja ke praktek. Gak antri panjang begini," kata Reisa.Kadang-kadanglelaki memang begitu, sulit sekali untuk diberi tahu sesuatu yang baik. Bagi mereka, pendapatnya lah yang paling benar. Kalau sudah di posisi seperti ini, perempuan memang harus banyak mengalah."Habisnya ngilu banget, nunggu malem kelamaan," keluh Andra."Kamu juga, udah tau lutut masih sakit. Gak usah aneh-aneh dulu kenapa, sih," omelnya.Andra tersenyum geli sambil melirik istrinya. "Kan enak, kalau main perang-perangan sama lu," cengirnya.Reisa menggelengkan kepala melihat kelakuan suaminya. Untuk yang
Read more
Pendekatan
"Om sama tante ke dalam dulu, ya."Kedua orang itu berpamitan meninggalkan mereka. Reisa mengernyitkan dahi dan bertanta ini maksudnya apa. Kenapa Dimas tidak ikut ke dalam. Bukannya dia hendak mengantarkan papanya berobat?"Itu apaan?" tanya Dimas saat dia mengeluarkan sebuah tas dan botol-botol kaca.Dimas bingung harus memulai pembicaraan. Saat ini posisinya sedang berdiri di depan mobil Reisa, yang bersebelahan dengan mobilnya.Reisa sendiri sedang duduk di jok mobil dengan pintu terbuka. Tangannya sibuk mengeluarkan isi tas. Membongkar pasang semua peralatan yang ada di dalamnya."Aku mau pompa asi." Reisa menatap tajam. Rasanya dia tak perlu menjelaskan apa itu, Dimas pasti sudah mengerti."Di sini?"Dimas tampak terkejut. Tidak mungkin Reisa membuka bajunya dan melakukan itu di depannya."Iya. Tapi itu juga kayaknya gak bakalan jadi," jawab Reisq sewot."Loh kenapa?" tanya Dimas semakin bingung."Kalau kamu masih berdiri di situ dan ngeliatin aku terus. Gimana aku mau mompa?"
Read more
Papa
Reisa memarkir mobilnya masuk ke sebuah pekarangan rumah. Kebetulan pagarnya terbuka, dan ada mobil lain terparkir di situ bersebelahan dengan mobil papa.Hari ini Reisa datang untuk menjenguk papanya, setelah sekian lama dia tidak pulang ke rumah. Tak banyak yang berubah, semua masih sama seperti setahun lalu. Saat dia meninggalkan rumah ini dan tinggal bersama Andra di rumah baru.Reisa memencet bel dan menunggu. Cukup lama sampai ada seorang yang membukakan pintu."Non Reisa." Seorang pelayan membukakan pintu.Ada beberapa pekerja yang mengurus rumah ini. Papanya yang super sibuk, tidak mungkin mengerjakannya sendirian. Apalagi sejak dia pindah, rumah pasti tidak terawat.Kalau Inah dan Tarno, mereka berdua pengurus rumah Andra yang lama, yang dibawa suaminya tinggal di kediaman mereka.Rumah peninggalan orang tua Andra sendiri dibiarkan kosong karena Reisa tidak mau menempatinya. Di rumah itulah, Andra merenggut kehormatannya. Sekalipun semua sudah berlalu, dia masih trauma jika b
Read more
Sidang
Wisnu tertunduk lemas. Dia seperti seorang pesakitan yang sedang di-interogasi oleh penyidik untuk mengakui semua kesalahan.Reisa melipat tangannya di dada. Raut wajahnya dingin dan tatapan mata yang tajam. Kata-kata yang dia lontarkan seperti peluru yang terus saja ditembakkan. Menghantam dada sang papa tanpa ampun.Wisnu tak berkutik. Ibarat seorang narapidana dengan tangan yang diborgol dan tak dapat bergerak sedikitpun. "Sejak kapan, Pa?" tanya Reisa."Sejak kamu pacaran sama Dimas. Papa udah kenalan sama dia, Rei. Waktu itu papa ke kantornya mau bicara soal kerja sama proyek."Wisnu menatap putrinya dengan enggan. Lelaki paruh baya itu bahkan membuang pandangan sembari menarik napas panjang. "Bukan itu!""Lalu?""Sejak kapan papa nidurin dia?"Wisnu meremas rambutnya. Satu kesalahan paling fatal yang sudah dilakukannya, di usia yang sudah melewati setengah abad. Wisnu telah berbuat dosa dengan meniduri kekasihnya, Anita."Sejak ... kami resmi berpacaran," ucapnya terbata-bata
Read more
Ijab Kabul
Masjid Baiturrahman, pukul sembilan lewat dua puluh lima menit.Hari ini merupakan momen bersejarah di mana Wisnu akan mengucapkan ijab kabul untuk mempersunting kekasih hatinya, Nita.Rencana pernikahan dua orang berbeda usia yang sangat kentara itu dilakukan tak lama setelah kedatangan Reisa ke rumah papanya. Mereka bertindak cepat dengan melamar langsung Nita kepada orang tuanya.Wisnu didampingi oleh Andra dan Reisa saat memasuki pelataran masjid. Sementara para keluarga sudah berkumpul di titik yang telah ditentukan.Awalnya, proses lamaran berlangsung alot karena orang tua pihak perempuan tidak setuju anaknya menikah dengan Wisnu. Apalagi calon menantu mereka seumuran dengan ayah mertuanya.Ditambah lagi dengan riwayat Reisa yang pernah membatalkan pernikahan dengan Dimas. Pihak Nita terang-terangan menolak.Sungguh rumit dan memakan waktu yang lama hingga dua bulan lamanya. Namun, dalam rentang waktu itu, semua orang memilih untuk bersabar menunggu.Mereka sampai mengadakan med
Read more
Nervous
"Ketemu lagi ya, Rei."Wajah Dimas merona. Melihat Reisa yang tampak anggun dengan memakai kebaya pas ditubuh, membuatnya salah tingkah. Setelah menikah dan mempunyai anak, mengapa mantannya terlihat semakin cantik. Dimas membatin apakah Reisa bahagia hidup bersama dengan suaminya. Setelah apa yang dilakukan Andra, kenapa mereka berdua malah semakin mesra?"Ada apa?" Reisa bertanya dengan sopan. Sebenarnya dia cukup terkejut karena Dimas tiba-tiba saja muncul di hadapannya. Dari mana lelaki itu datang?"Gak, gue cuma mau ketemu lu."Senyum terukir di wajah Dimas. Dia ingin menyapa dan berbicara seperti layaknya seorang teman. Ah, bahkan hubungan mereka dulu cukup hangat, walaupun tidak kebablasan.Dimas masih ingat sekali bagaimana rona wajah Reisa saat berada dalam pelukannya."Masuk ke dalam aja, Mas. Kan, acaranya di sana."Reisa menunjuk ke arah belakang mereka."Aku mau ngasih asi buat Rendra," lanjutnya.Dimas mengarahkan pandangan ke tempat Reisa menunjuk tadi.Mas, itulah pan
Read more
Kejutan
Bunyi notif di ponsel berbunyi dari aplikasi W******p. Reisa mengambil benda pipih itu dan membukanya. Ada sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal."Siapa ya?"[Lagi ngapain?]Dahi Reisa berkerut. Dalam hati bertanya siapa ini.[Maaf, ini dengan siapa]Jari lentik Reisa membalas lewat ketikan. Bahasanya masih sopan karena menduga itu nomor dari orang yang dikenal. Bisa saja dia lupa menyimpannya.[Mas]Reisa terdiam sesaat, lalu mengusap dada dan tak dapat berkata. Wanita itu menepis semua prasangka di benak.Reisa menilik kembali nomor pengirim pesan itu. Bukan wilayah Indonesia, uni nomor luar."Apa si pengirim pesan tinggal di luar negeri? Bisa jadi salah kirim," gumamnya.[Maaf saya gak kenal. Mungkin anda salah orang]Ponsel diletakkan kembali di nakas. Rendra sedang tidur, jadi Reisa sedikit bebas. Inah dan Susi berbenah di dapur.Hari ini Reisa meminta dimasakkan bebek goreng berbumbu dengan sambal korek, yang mirip seperti di sebuah tempat makan terkenal.[Dimas]Pesan masuk
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status