“Hei, Galaxy,” Cahaya memanggil dengan santai, merasa nyaman setelah sekian lama bersama. Mereka kini sudah biasa memanggil nama satu sama lain tanpa canggung. “Apakah Bibi Ros itu kerabatmu?”Galaxy menatapnya, alisnya sedikit terangkat. “Kenapa tiba-tiba kamu bertanya begitu?”Cahaya mengambil sumpitnya, mencicipi hati sapi yang kaya rasa asin dan manis. “Karena dia sangat perhatian padamu. Rasanya lebih dari sekadar hubungan pekerjaan biasa,” jawabnya, nada suaranya penuh keingintahuan.Galaxy mengulas senyum samar, sedikit menggeleng. “Kamu baru beberapa hari di sini dan sudah merasa tahu siapa yang menyayangiku?”“Ya, tentu saja. Dia selalu menyiapkan kacang-kacangan, buah-buahan, dan camilan favoritmu,” Cahaya berkata dengan nada yakin, seolah itu alasan yang tak terbantahkan.Galaxy menatapnya, matanya berkilat geli. “Jadi, menurutmu itulah tanda kasih sayang? Kamu
Baca selengkapnya