All Chapters of Just Friend (Trilogi Just, Seri-1): Chapter 41 - Chapter 50

74 Chapters

BAB 41: Suasana Canggung

ARINIMata ini nggak berkedip saat melihat cewek yang diajak Bran double date hari ini. Cantik banget. Tubuhnya tinggi, pinggangnya ramping dengan pinggul berisi. Mungkin karena sudah memasuki usia dewasa sehingga tampak berbeda dengan body gue yang rata dari atas sampai bawah.“Akhirnya gue temukan cewek yang bakal dipacari, In,” cetus Bran beberapa saat kemudian.Pandangan ini beralih ke arah Bran yang tampak semringah. Kayaknya cewek bernama Inez masuk ke dalam kriteria yang akan dipacari. Siapa yang nggak suka lihat orang cantik kayak gitu? Fisiknya oke banget, gue kalah jauh.“Serius? Lebih tua dari lo, Bran,” tanggap gue berbisik pelan.Brandon menggeleng kembali melihat Inez. “Nggak masalah, In.”Dia melambaikan tangan memberi kode kepada cewek yang katanya mahasiswi tingkat dua itu.“Brandon ya?” tebak Inez tersenyum manis banget. Suaranya juga lembut dan enak didengar.Bran berdiri sambil mengulurkan tangan. “Bener banget, Kak.”Inez menyambut uluran tangannya. Ya ampun, itu
Read more

BAB 42: First Kiss

BRANDONSatu bulan kemudianLiburan panjang berakhir sudah. Hari ini adalah hari pertama sekolah. Selama satu bulan belakangan tidak terlalu banyak hal berarti yang terjadi. Hubunganku dengan Inez masih jalan di tempat, tanpa status. Meski begitu, aku lebih sering jalan dengannya.Bagaimana dengan Iin? Tidak ada perkembangan yang berarti juga antara dia dan Rafly. Pria itu sepertinya tidak suka dengan kehadiranku dalam hubungan mereka.“In,” panggilku ketika dalam perjalanan menuju sekolah.Seperti biasa, setiap pagi aku selalu menjemput Iin dan sore mengantarkannya pulang ke rumah.“Apa?” sahutnya mengeraskan sedikit suara.“Nggak jadi, entar aja deh.”“Apaan sih lo?! Nggak jelas banget.”Iin mencubit pinggang ini. Meski sakit, namun ditahan demi menjaga keseimbangan sepeda motor. Kebiasaan buruk Arini yang satu ini, sepertinya tidak akan berubah sampai nanti. Aku hanya bisa pasrah menerima cubitannya.Lima menit kemudian, kami tiba di parkiran sekolah. Setelahnya, aku dan Iin berjal
Read more

BAB 43: Mimpi yang Indah

ARINIMata masih berat banget waktu mau dibuka. Ah, masih pagi juga ‘kan ini? Pagi? Bukannya gue lagi tidur di kamar Bran ya? Kelopak mata langsung terbuka lebar waktu ingat numpang tidur di kamar Brandon, saking ngantuknya habis main PS3. Pandangan langsung beredar ke seluluh ruangan.Tuh ‘kan benar. Gue lagi tidur di kamar orang loh ini. Tapi, tumben bisa mimpi indah walau tidur satu jam.Wait! Mimpi indah? Rasanya sih gitu, gue mimpi ketemu sama seseorang. Kayaknya sih kenal sama orang itu. Anehnya, dia malah cium bibir ini. Meski nggak nyata, tapi nggak rela banget ciuman pertama diambil sama orang yang nggak dikenal.Baru akan merengek menyesali mimpi yang ternyata nggak indah-indah banget, gue melihat Bran tertidur dengan kepala rebah di pinggir kasur. Itu kepala sama punggung nggak pegel ya? Kasihan deh, tapi kalau dibenerin posisi tidurnya nanti malah bangun.Gue beringsut sedikit mendekati Bran. Senyuman terukit saat melihatnya tidur pulas. Nggak ada tampang tengil yang selam
Read more

BAB 44: Ujian Paling Berat

BRANDONSatu bulan berlalu sangat cepat. Hingga saat ini belum ada perkembangan yang berarti dengan hubunganku dan Inez, meski masih sering bertemu. Walau demikian, aku belum pernah membawanya ke rumah dan memperkenalkan kepada Bokap Nyokap karena status yang masih belum jelas. Sore ini Inez mengajakku jalan-jalan ke mall, tapi sebelumnya harus dijemput dulu ke kosan.“Lagi mikirin apa sih?” tanya Iin menyentakkan lamunan.Seperti biasa kami berdua sedang duduk di atas atap.“Habis latihan basket sore ini langsung ke kosan Inez, In,” jawabku terus terang.“Trus?” selidik Iin.Aku menggelengkan kepala.“Nggak usah pusing mikirin gue. Gue bisa pulang sendiri kok.” Iin tersenyum lebar.Bukan itu yang kupikirkan. Ada sesuatu yang tidak bisa diutarakan kepadanya.“Gue bisa anterin lo pulang duluan, setelah itu langsung cabut ke kosan Inez buat jemput dia.”“Nanti kecapean, Bran. Gue bisa pulang sendiri kok.”“Pulang naik angkot?” Aku menggeleng tegas. “Nggak bisa! Tetap gue yang anterin.”
Read more

BAB 45: Keanehan Pada Diri Brandon

ARINIPagi hari rumah rasanya ramai banget. Kayaknya si Bontot kembali berulah. Aduh, itu anak kapan dewasanya sih? Sekarang sudah SMA loh, bukan SMP lagi.“Kalau kamu masih belum disiplin juga, nanti Mama pindahkan ke sekolah negeri,” ancam Mama dengan nada meninggi.Donny pasti bangun kesiangan lagi. Ck!“Jangan, Ma. Donny janji nggak akan telat tidur lagi,” rengek Donny.Gue melangkah keluar dari kamar dan melihat Mama berdiri sambil berkacak pinggang.“Tuh lihat Kakak kamu sudah bersiap berangkat sekolah. Kamu pikir sekolah di sana murah? Kalau tinggal kelas bagaimana?” omel Mama dengan raut kesal.Papa hanya bisa duduk sambil berpangku tangan di meja makan tak jauh dari ruang tamu. Orang tua gue selalu begitu, jika salah satu marah maka satunya lagi memilih diam tanpa mau ikut campur bahkan membela.Uda David baru saja turun dari kamarnya di lantai dua. Keningnya berkerut memberi kode seakan menanyakan apa yang terjadi? Gue hanya mengedipkan mata pelan.“Sekali lagi kamu datang t
Read more

BAB 46: Kekecewaan Arini

BRANDON“Gue udah bilang jaga diri baik-baik, masih aja bandel,” omel Iin sambil memukul dada ini.Dia menangis sejadi-jadinya seakan dialah yang kehilangan sesuatu berharga di dalam diri. Kenapa Iin yang jadi sedih begini?Aku menangkap kedua tangannya, lantas menarik tubuh Iin ke dalam pelukan. Dia masih terisak pilu seakan kecewa dengan apa yang telah kulakukan kemarin.Lima belas menit kemudian Arini mulai tenang.“Kenapa sih nggak bisa nahan diri, Bran?” bisik Iin lantas mendongakkan kepala, “apa dia cantik banget sampai lo bisa tergoda?”Netra cokelatnya memancarkan kesedihan yang luar biasa sekarang. Aku mengusap lembut air mata yang mengalir di pipi tirus Iin.“Gue khilaf, In.”“Khilaf gimana? Kalau khilaf harusnya lo nggak bahagia gini.” Iin menepuk pelan pipiku.Dia kembali menegakkan tubuh masih terisak sesekali.“Kemarin gue tunggu dia di depan kosan. Trus disuruh masuk, katanya belum kelar dandan.” Aku menarik napas panjang, bayangan kejadian kemarin kembali menari di pik
Read more

BAB 47: The Precious One

ARINIKenyataan Brandon sudah melakukan hal terlarang benar-benar bikin gue terpukul. Kalian bayangkan sahabat yang nggak pernah pacaran, tiba-tiba mengaku telah kehilangan perjaka hanya karena seorang wanita seperti Inez. Apa karena kecantikannya Bran sampai nggak bisa nolak?“Lo udah jadian sama Inez, Bran?” tanya gue membuat mata Bran yang tadi merem kini terbuka lagi.Apa-apaan dia pakai merem segala?Bran mengangguk pelan. “Dua hari yang lalu. Maaf gue belum bilang sama lo.”Kenapa sakit banget seakan hal itu terjadi kepada gue ya? Rasanya sesak di sini, di dalam hati.“Kemarin lo bilang belum. Gimana sih? Bohong ya?” tuduh gue di sela pandangan yang masih mengabur karena genangan air mata.Dia menundukkan kepala sekarang, nggak berani memandangi wajah ini.“Maafin gue, In,” ucapnya pelan nggak lama kemudian. “Maaf karena udah bikin lo kecewa.”Kepalanya terangkat, lantas melihat gue dengan mata berkaca-kaca. “Jangan tinggalin gue karena ini ya? Gue pengin lo tetap berada di samp
Read more

BAB 48: Akan Menjaga dengan Sepenuh Hati

BRANDONRasanya lega ketika Iin mau memaafkan dan menerimaku. Dia juga berjanji akan selalu berada di sisi dan tidak akan meninggalkan, jika suatu saat diri ini mengulangi kesalahan yang sama. Entah kenapa aku sangat takut kehilangan Arini.Di saat bersamaan, rasa bersalah juga bercokol di hati karena telah membohongi Iin dengan berkata sudah jadian dengan Inez dua hari yang lalu. Aku terpaksa berbohong, agar dia tidak berpikiran aneh-aneh tentangku. Arini pasti berpikiran yang tidak-tidak jika tahu kami melakukannya tanpa hubungan yang jelas.Setelah kejadian kemarin, belum ada statement apa-apa yang mengukuhkan hubunganku dan Inez ke arah yang lebih serius. Bahkan, sampai sore ini juga dia tidak mengirimkan pesan apapun padaku. Hingga aku melihatnya sedang berjalan dengan Rafly bergandengan tangan di pinggir pantai sekarang.Awalnya kupikir salah lihat, tapi ketika mendengar Iin menyebut nama Rafly di saat bersamaan, saat itulah aku yakin apa yang dilihat tadi nyata. Inez dan Rafly
Read more

BAB 49: Menyelesaikan Masalah

ARINIGue masih nggak percaya kalau ternyata Kak Rafly menjalin hubungan khusus dengan Inez. Sejak kapan mereka dekat? Apa keduanya kenal setelah double date waktu itu? Ah, kenapa jadi mikirin ini sih?Jadi kasihan deh sama Brandon, baru juga jadian sudah dikhianati sama pacarnya. Apalagi dia sampai kehilangan harga diri gara-gara Inez. Gue nggak akan tinggal diam, cewek itu harus diberi pelajaran. Enak aja selingkuhi Bran.Sesaat diri ini terdiam, apa jangan-jangan Kak Rafly dan Inez juga sampai begituan.Aduh mikir apaan sih, Ri? Bukan urusan lo juga mereka mau ngapain. Toh udah putus ‘kan sama Rafly? berontak batin gue.Meski cara Kak Rafly memutuskan gue nggak bisa diterima, tapi rasanya lega sih bisa terlepas dari yang namanya pacaran. Benar-benar nggak berfaedah tuh. Mending temenan aja kayak sama Brandon sekarang. Lebih nyaman dan bikin bahagia.Gue bergegas memasangkan kaus kaki dan sepatu. Sebentar lagi Bran pasti datang. Dia harus dihibur sekarang, kasihan lagi patah hati.“
Read more

BAB 50: Bertemu dengan Para Pengkhianat

BRANDONAwalnya aku mencoba untuk membiarkan masalah ini tanpa harus berbicara dengan Rafly dan Inez. Tapi setelah dipikir-pikir apa yang telah dilakukan wanita itu kepadaku adalah suatu kejahatan. Dia harus diberi ganjaran yang setimpal. Ah, memang apa yang bisa dilakukan terhadapnya? Menjebloskan ke penjara? Itu sama saja dengan bunuh diri. Aku bisa menjadi berita di media cetak dan membuat nama keluarga tercoreng.“Ngomong aja sama mereka, Bran. Kalau mau maki-maki silakan, tapi setelah itu ikhlaskan dan maafkan.” Begitu nasihat Iin saat kami berbicara di atas atap pagi tadi.Bersyukur Arini akhirnya mau diajak bertemu dengan kedua pengkhianat itu. Paling tidak, dia bisa menguatkanku menjalani ujian ini. Bersama dengan Iin, semua seakan mudah dilewati.Iin menggenggam erat tangan ketika memasuki gedung KFC Petojo. Dia seakan menyalurkan energi positif yang dimiliki, agar aku bisa mengontrol amarah yang sebenarnya meluap sek
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status