Semua Bab Just Friend (Trilogi Just, Seri-1): Bab 31 - Bab 40

74 Bab

BAB 31: Perhatian dan Dukungan Keluarga Harun

ARINISelesai makan dan bercerita, kami langsung pulang. Orang-orang di rumah pasti khawatir menunggu gue pulang. Apalagi Bran bilang Papa dan Uda David sudah keliling mencari ke rumah teman-teman.“Gue pastikan mereka akan mendapatkan pelajaran yang setimpal, In,” cetus Bran sebelum kami meninggalkan restoran cepat saji.Awalnya gue protes, kasihan juga kalau mereka sampai dikeluarkan dari sekolah. Bran mengemukakan pendapat, katanya biar ada efek jera jadi nggak terulang lagi kejadian yang sama kepada siapapun.“Mental lo kuat, In. Coba kalau kejadian sama yang mental lemah, bisa bunuh diri kayak di film-film ‘kan bahaya.”Perkataan Brandon ada benarnya juga. Akhirnya gue manggut-manggut saja. Mereka nggak mikir gimana perasaan gue waktu dikunci tadi sore. Hah! Semoga dengan hukuman yang diberikan oleh pihak sekolah nanti, mampu menyadarkan mereka berlima dan bisa berubah menjadi lebih baik lagi.Setelah menempuh perjalanan sepuluh menit, akhirnya kami tiba di pekarangan rumah. Tern
Baca selengkapnya

BAB 32: Arini yang Galak

BRANDONTiga bulan kemudianTubuh rasanya mulai terasa nyaman setelah berhari-hari latihan basket. Bersyukur pertandingan berjalan dengan lancar kemarin. Sekarang saatnya bersiap untuk mengikuti ujian semester dua yang akan diselenggarakan satu minggu lagi. Mulai hari ini hingga selesai ujian, latihan basket ditiadakan sehingga para anggota bisa fokus dengan ujian semester.Setiap pulang sekolah, Iin mampir ke rumahku dulu untuk belajar bersama. Selama tiga bulan ini juga hubungan kami membaik. Kami berdua saling mengenal dan mulai mengerti satu sama lain. Apalagi di sekolah sekarang tidak ada lagi geng Chibie, mereka semua dikeluarkan secara tidak hormat dari sekolah tepat dua hari setelah kejadian yang menimpa sahabatku.Pihak sekolah juga memperketat peraturan, salah satunya benar-benar mengawasi perundungan di lingkungan sekolah. Akhirnya, aku dan Iin bisa bebas istirahat dan pulang bersama-sama.Sekarang aku sedang menunggunya keluar dari kelas. Tak lama kemudian, Iin muncul di s
Baca selengkapnya

BAB 33: Seseorang Bernama Rafly

ARINISiapa cowok bernama Rafly ini? Tiba-tiba kirim pesan ngajak ketemuan, katanya ada yang mau dikatakan. Apa orang iseng ya?“Coba tanya siapa? Kalau nggak mau jawab cuekin aja,” ujar Bran kembali duduk di sofa.“Kira-kira mau bilang apa ya?” tanya gue penasaran.“Mana gue tahu! Tanya aja sama orangnya, ngapain tanya sama gue,” jawab Bran jutek.Dih, kenapa dia jadi sensi kayak gini?Bran berdiri lagi, lantas mengeluarkan buku Fisika dari laci meja. “Nanti aja diurus tuh cowok, sekarang belajar dulu.”Gue tersenyum usil, kemudian berjalan ke meja belajar. “Semangat banget sih belajarnya.”“Demi PS3,” sahutnya singkat.“Eh, lurusin niat dulu. Belajar jangan semata-mata karena PS3, kalau nanti udah dapat berhenti dong,” cecar gue.Brandon menatap dingin dengan mata sayunya. Kayaknya lagi nggak mood deh. Ini anak kenapa sih tiba-tiba berubah tanpa sebab?Kalau sudah begini, sebaiknya gue nggak bikin mood-nya jadi rusak deh. Oke, mari belajar.Kami berdua mulai membahas pelajaran Fisik
Baca selengkapnya

BAB 34: Ingin Melakukan Hal Ekstrim

BRANDONAkhirnya ujian selesai juga, sekarang tinggal menunggu pembagian rapor. Selama ujian berlangsung, selalu ada keajaiban terjadi. Aku bisa mengerjakan seluruh soal-soal dengan mudah. Ternyata tidak sia-sia Iin mengajarkanku. Meski yakin nilai sekarang meningkat, tapi sebaiknya menunggu pembagian rapor terlebih dahulu.“Heh, bengong aja,” seru Iin menepuk pundak membuatku terperanjat.Seperti biasa, saat tidak ada jam pelajaran kami selalu nongkrong di atap. Ketika aku berada di atap, tidak ada satu siswa pun yang berani ke sini.“Apaan sih? Kagetin aja,” balasku dengan wajah berkerut.“Habis dari tadi lo diam aja.”“Gue lagi bayangin gimana reaksi Bokap Nyokap lihat nilai rapor entar, In.”“Yakin banget nilai lo bakalan naik?”Apa nih maksud pertanyaan Iin? Apa dia meragukan hasil kerja kerasnya?“Lo kayaknya nggak yakin dengan hasil usaha sendiri, In?!”“Bukan gitu, Bran. Habis beberapa hari belakangan ketika ditanya udah paham atau belum, selalu jawabnya belum. Minta diajarin
Baca selengkapnya

BAB 35: Hati yang Berbunga?

ARINIBeberapa hari kemudianAkhirnya tiba juga hari penerimaan rapor. Sebentar lagi gue akan melihat hasil jerih payah belajar selama enam bulan. Deg-degan sih sama nilai semester ini, takut turun juga. Selain itu penasaran pengin lihat nilai rapor Bran.Brandon: Otw jemput lo ya.Me: Oke!Begitulah hari-hari yang dilalui sejak bersahabat dengan Bran. Dia yang jemput dan antarkan gue ke sekolah. Bokap dan Nyokap wanti-wanti jangan sampai pergi dan pulang sendirian. Parno banget sejak kejadian waktu itu. Alhasil diri ini dalam pengawasan ketat Brandon.Oya, sekarang gue sudah punya pacar loh. Yup! Waktu Kak Rafly nembak tiga hari yang lalu, gue langsung terima. Eh, jangan negative thinking dulu. Sebenarnya nggak mau juga pacaran, tapi demi menunjukkan kalau diri ini normal dan suka cowok kepada Bran, akhirnya diterima juga tuh cowok. Itu yang bikin senyum nggak pernah lepas beberapa hari ini, bukan karena hati yang berbunga.Meski punya pacar, nggak ada yang berbeda. Kami cuma bisa ng
Baca selengkapnya

BAB 36: Reaksi Aneh

BRANDONAku merasa lega ketika Iin mengusulkan Tante Asma yang akan menjemput raporku. Paling tidak bisa berbagi kebahagiaan dengan orang yang telah dianggap seperti orang tua sendiri. Suasana hati sekarang tidak menentu, ada gugup karena menunggu nilai keluar dan bahagia karena bisa mendapatkan yang diinginkan sebentar lagi. Semoga saja prediksiku tidak meleset.Tiga puluh menit berlalu, Iin masih belum naik ke atas. Ke mana dia? Kenapa lama sekali berbicara dengan Rafly? Biasanya mereka hanya berbincang paling lama lima belas menit.Apa harus turun ke bawah mencarinya? Ah, tidak enak juga. Tapi, bagaimana jika terjadi apa-apa dengan sahabatku itu? Tante Asma dan Om Yunus bisa menggorok leherku.Baru saja akan mencarinya ke lantai dasar, Iin muncul dari arah tangga. Aku langsung mengembuskan napas lega. Wait! Kenapa wajah Iin tampak lesu?“Kenapa, In? Ada masalah?” tanyaku mendadak cemas.Iin menggeleng pelan dengan wajah berkerut. Dia mengangkat kepala dan menatapku lama.“Penyeraha
Baca selengkapnya

BAB 37: Merasa Dipojokkan

ARINIGue mematut lama pantulan diri di cermin. Tiba-tiba tubuh jadi merinding saat ingat pertama kali melihat wajah Bran dengan jarak yang sangat dekat dua hari yang lalu. Jantung selalu berdebar kalau bayangan itu muncul. Kalian tahu apa yang dirasakan pada saat itu? Jantung nyaris mencelos saking berdebar cepat. Mata langsung terpejam menghalau penggalan ingatan tadi.“Sudah selesai, Ri?” teriak Mama dari luar.“Tinggal ikat rambut, Ma,” sahut gue sedikit mengeraskan suara.Hari ini kami sekeluarga akan ikut dengan keluarga Harun ke puncak, seperti yang telah direncanakan. Brandon katanya mau pamer PS3 yang dibelikan Om Sandy kemarin, begitu pulang dari Bandung. Dia bilang mau main semalaman untuk melampiaskan penantian panjang memiliki game terbaru itu.Setelah memastikan rambut telah terikat rapi, gue langsung meraih sling bag dan travel bag berukuran kecil. Rencananya kami akan menginap di sana selama dua malam. Om Sandy bilang sekalian liburan setelah kerja rodi di kantor. Peng
Baca selengkapnya

BAB 38: Hanya Ingin Melihatnya Bahagia

BRANDONAku tak percaya akhirnya mengabulkan permintaan konyol Iin. Melihatnya gusar belakangan ini sama sekali tidak membuat hatiku tenang. Mood Arini selama dua hari berubah-ubah, padahal tidak sedang datang bulan.Sekarang aku merebahkan tubuh di salah satu kamar yang ada di villa. Kami semua beristirahat sebentar di kamar masing-masing, sebelum bersiap makan siang. Mengisi waktu istirahat, aku membuka aplikasi Friendster dan membaca beranda. Melalui aplikasi inilah aku bertemu dengan beberapa cewek yang pada akhirnya menjadi TTM-ku meski hanya dua kali bertemu. Sekarang kalian sudah tahu apa maksudku membuka aplikasi ini, ‘kan?Sebuah pesan masuk di aplikasi pertemanan yang populer sekarang. Kening berkerut melihat foto profil seorang wanita cantik berparas lebih dewasa. Naluri laki-laki langsung terpanggil, sehingga tubuh yang tadi berbaring kini berubah menjadi duduk.Inez Cantik: Salam kenal. Stay di mana?Sebelum membalas pesan, aku membuka profilnya terlebih dahulu. Ternyata
Baca selengkapnya

BAB 39: Menikmati Liburan Keluarga

ARINIGue mengembuskan napas begitu sampai di luar kamar. Apa-apaan tuh si Bran pakai ngomong kayak tadi? Bikin deg-degan saja. Nyaris pingsan karena kaget tadi. Telapak tangan kini menempel di dada bagian kiri yang masih berdetak kencang.Kaki langsung berlari kecil menuruni anak tangga, beranjak menuju dapur yang ada di villa. Mama dan Tante Lisa pasti sudah berada di sana sekarang. Benar saja. Ketika gue sampai di dapur, mereka sudah berjibaku dengan berbagai bahan mentah yang akan diolah menjadi makan siang.“Udah lama ya, Ma, Tante?” tanya gue setelah berdiri di dapur.“Baru mulai masak. Bantuin, Ri,” jawab Mama sekaligus meminta bantuan.“Aman.”Gue langsung mengambil satu ikat kangkung dan memotongnya kecil-kecil sebelum ditumis.“Enak ya punya anak perempuan, jadi bisa bantu di dapur.” Tante Lisa bersuara.“Iya, Mbak. Apalagi Ari rajin sekali masak. Pulang sekolah dan ketika libur, selalu dia yang masak,” sahut Mama.“Saya tidak menyangka lho Arini bisa masak. Padahal masih ke
Baca selengkapnya

BAB 40: Perempuan yang Ingin Dijadikan Kekasih

BRANDONSatu minggu kemudianSesuai dengan janji yang telah disepakati, hari ini aku dan Iin akan mengadakan double date. Bersyukur si Inez mau diajak bertemu di Grand Indonesia, sehingga sahabatku bisa mewujudkan keinginan berkencan di tempat umum, bukan sekolah.Rencananya kami akan makan dulu di restoran, kemudian menonton film. Ya, kami tidak jadi ke TMII sekarang. Aku dan Iin telah memilih film yang akan ditonton, berharap yang lainnya suka dengan selera kami berdua. Kalian tahu film apa yang akan kami tonton nanti? Dead Silence karya James Wan, sutradara yang terkenal dengan film-film horor. Siapa yang tidak tahu dengan karyanya berjudul Saw dan Saw III yang terkenal sadis?Selera filmku benar-benar sama dengan Iin. Kami menyukai semua genre mau romance, thriller, horror, science fiction dan lain-lain. Intinya menonton film yang bagus dan patut untuk ditonton.Sekarang, aku bersiap menjemput Iin. Langkah berhenti ketika pikiran kembali pada malam pertama kami berada di puncak. D
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
DMCA.com Protection Status