BRANDONHampir dua hari ini, aku berpikir tentang keanehan dari cerita Iin tentang pacarnya. Tak hanya itu, dia menunjukkan gelagat mencurigakan. Apalagi ketika di Ancol Arini menyinggung masalah kebohongan. Apa dugaanku benar bahwa dia berbohong tentang pacarnya?“Kenapa, Bran? Kamu sepertinya sedang banyak pikiran,” tanya Mama ketika kami sedang sarapan.Aku menggelengkan kepala. “Nggak, Ma. Cuma kepikiran pelajaran aja,” jawabku berbohong.Kenapa aku jadi ikut-ikutan berdusta? Hufh!“Itu baru anak Papa. Sepertinya Arini membawa dampak positif untuk kamu,” puji Papa dengan raut wajah bangga.Aku hanya menggaruk kepala sambil nyengir. Segera dihabiskan sarapan, karena harus menjemput Arini sebelum berangkat sekolah.“Lho kenapa buru-buru, Bran?” Mama melihatku dengan kening berkerut.“Aku mau jemput Iin dulu sebelum ke sekolah, Ma. Kasihan kalau harus naik angkot.”Papa berdeham-ria mendengar perkataanku. Apa-apaan itu maksudnya?“Iya, kasihan tuh kemarin temani Mama belanja seharian
Baca selengkapnya