Home / Pernikahan / Salah Tetangga / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Salah Tetangga: Chapter 11 - Chapter 20

108 Chapters

Kena Kamu, Mas!

Setelah sekian lama tak ada pesan dari wanita lain ke ponsel suaminya, hari ini Bulan justru mendapatkan pesan beruntun. Suami dan wanita selingkuhannya saling bertukar kabar membicarakan pernikahan mereka besok. Pernikahan yang dilangsungkan secara diam-diam—di belakang dirinya.“Tega banget kamu, Mas. Kamu mau menduakanku.”Bulan menyimpan semua bukti-bukti itu dengan tangan gemetar. Marah, kesal, dan kecewa menjadi satu. Kini semuanya telah benar-benar nyata. Kecurigaannya tentang sang suami, benar adanya. Bulan hanya perlu satu bukti lagi. Foto pernikahan Lingga dan wanita itu besok.“Sabar, Lan. Kuatkan dirimu untuk satu hari lagi. Setelah itu, kamu bebas terbang kemanapun,” ucap Bulan menguatkan diri.CeklekMendengar pintu kamar terbuka, Bulan langsung sembunyi dibalik selimut. Menghapus semua air mata yang sempat menetes ke pipi. Dia harus terlihat baik-baik saja.“Sayang … kok udah pake selimut aja?”Punggung Bulan yang tertutup selimut, diraba oleh Lingga. Dulu, sebelum keka
Read more

Siapa Maduku?

“Husein! Temui aku depan kantor!” “Loh, ini siapa? Kok tiba-tiba nyuruh saya menemui Anda?” tanya Husein kebingungan. Pasalnya, dia tiba-tiba mendapat telepon dari nomor tanpa nama. Dia tak mengenal suara siapa itu. Belum sempat menerka-nerka, Husein justru telah diminta menemui penelpon misterius itu.“Saya Bulan. Kamu gak kenal suara saya?”Mendengar nama itu, Husein terkejut. Ada apa ini? Kenapa Bulan tiba-tiba menelponnya dan meminta untuk bertemu? Bukankah hari ini libur? Husein juga merasa kalau ini bukan seputar pekerjaan. Jabatannya dengan Bulan tidak setara. Dia hanya seorang OB, sedangkan Bulan memiliki jabatan tinggi. Jika soal nomor teleponnya yang didapat Bulan, Husein tak terlalu kaget. Tentu Bulan memiliki akses orang dalam untuk mendapatkan nomor telepon miliknya.“Oooh … ma … maaf Mbak Bulan. Saya kira siapa. Memangnya ada apa ya, Mbak? Mbak perlu sesuatu?”“Iya, sangat perlu. Sudah lah! Temui saya di depan kantor sekarang! Cepat ya, Husein!”Husein tak memiliki wakt
Read more

Perjanjian Pra-Nikah

“Ini apa-apaan? Kalian sekongkol? Kenapa ada Mbak Bulan di sini? Dan juga … Mas Arga.”Nesi yang didatangi Bulan dan yang lainnya mendadak kebingungan. Dia justru mengatakan kalau Bulan adalah seorang penguntit.“Segitu kepo-nya, ya, sama kehidupan saya? Sampai Mbak bawa orang-orang ini membuntuti saya?” tanya Nesi.“Kamu siapa? Enak saja nuduh anak saya seperti itu.” Kali ini, Mama Mery ikut berbicara.“Kamu gak sadar? Mobil yang kalian pakai ke villa ini adalah milik anak saya. Villa yang kalian nikmati saat ini juga disewa oleh anak saya,” lanjut Mama Mery.Nesi sempat terdiam sebentar setelah ditampar fakta oleh Mama Mery. Tapi itu tak berlangsung lama karena dia kembali mencaci para tetangganya itu.“Sudah lah, Ma … Pa. Mending kita langsung aja ke dalam. Kita tangkap basah para pecundang itu,” ucap Bulan.Nesi tak tinggal diam. Dia berusaha mencegah para tamu tak diundang itu untuk masuk. Dia tak ingin ketenangan mereka diusik.“Enak saja main masuk-masuk aja. Yang sewa villa in
Read more

Termakan Hasutan Setan

“Kita bisa bicarakan ini baik-baik, Lan. Jangan seperti ini!”“Iya, Nak. Kalian jangan bercerai!”Lingga dan ibunya terlihat cemas. Mereka takut kalau Bulan benar-benar menggugat cerai. Kalau itu terjadi, Lingga harus keluar dari rumah. Tak ada juga harta gono-gini. Seperti yang tercantum di surat perjanjian pra-nikah, jika Lingga berkhianat.“Tapi aku kan gak selingkuh, Lan? Aku menikahi Agnes. Dia menjadi madumu. Aku gak berzina.”Lingga terus membela diri. Bukannya meminta maaf, pria itu justru terus melancarkan aksinya merangkai kata untuk membenarkan sikapnya. Tentu saja Bulan dan lainnya semakin geram. Pak Kevin bahkan sempat ingin memukul Lingga kembali, namun dicegah oleh Arga.“Iya benar, Nak. Ibu yakin kalau Lingga bisa berlaku adil.”“Iya, Mbak. Tolong restui kami! Aku janji, kalau aku tak akan menjadi madu yang menyusahkan. Tak akan tantrum saat Mas Lingga bersamamu. Kita bisa menjadi teman, bahkan seperti kakak adik.”Agnes mendorong kursi rodanya untuk mendekat ke arah B
Read more

Grup WA

Bulan terbaring lemah di rumah sakit, merasakan rasa sakit fisik dan hati yang mendalam. Sementara itu, Lingga ditempatkan di sel penjara, menghadapi konsekuensi perbuatannya.“Mama gak nyangka Lingga bisa seperti itu.”“Papa salah menilai pria itu. Wajah polosnya hanya dipakai untuk menutupi monster mengerikan dalam dirinya.”Bulan hanya terdiam mendengar ucapan kedua orang tuanya. Dia hanya ingin fokus untuk kesembuhannya. Sembuh dari sakit fisik maupun hatinya.Di tempat lain, Arga merasa sangat kasihan pada nasib Bulan. Wanita itu tak seharusnya mendapat perlakuan buruk seperti ini. Menjadi korban tapi tetap dipaksa untuk mengalah.“Mas Lingga memang keterlaluan. Padahal Mbak Bulan begitu baik,” gumam Arga.Diam-diam, dia telah lama memperhatikan Bulan. Sejak wanita itu mengetuk pintu rumahnya dan memperkenalkan diri sebagai tetangga baru, entah kenapa Arga merasa tertarik. Senyum ramah maupun pembawaan Bulan yang terlihat ceria, membuatnya jatuh hati. Tapi Arga seringkali menepis
Read more

Dilabrak

Sella merasakan adrenalinnya meningkat saat memegang ponselnya, siap untuk menyebarkan rekaman yang dapat mengungkap segala rahasia keluarga aneh di komplek itu. Hatinya berdebar-debar, tahu bahwa langkah ini bisa mengubah dinamika komplek secara drastis.Tanpa disadari oleh wanita itu, ada sepasang mata yang melihat aksinya dari balik jendela. Itu adalah Arga. Dia tahu apa yang dilakukan Sella demi menjawab rasa penasarannya terhadap keluarga Bu Sulis. Arga merasa dilema. Dia tahu bahwa ini bukanlah urusan yang seharusnya dia campuri, tetapi di sisi lain, dia merasa perlu untuk melindungi privasi Bulan. Pada akhirnya, Arga menghampiri Sella dengan mengendap-endap."Mbak Sella ….”Sella terkejut. Dia pikir, aksinya diketahui oleh salah satu keluarga Bu Sulis atau bahkan tetangga lainnya, bukan Arga. “Astaga, Mas. Kamu ngagetin aku. Ssst. Jangan berisik!”Sella memberi isyarat pada Arga untuk diam. Dia lantas menarik tangan Arga untuk menjauh dari rumah Bu Sulis. Ketika dirasa aman,
Read more

Kamu Setuju?

“Huuuu ….”Terdengar sorak sorai dari luar rumah. Masih banyak orang yang mencaci maki keluarga Bu Sulis dari luar rumah. Bahkan ada yang melempari rumah mereka dengan telur dan tomat busuk. Sepertinya, kali ini warga tak bisa tinggal diam. Mereka benar-benar muak. Sebenarnya komplek perumahan ini cukup aman dari gossip. Warganya tak begitu suka mencampuri urusan orang lain. Mereka sibuk akan pekerjaan rumah dan juga kantor mereka. Tapi kenapa kali ini mereka kompak mendatangi rumah Bu Sulis dan melabraknya? Alasannya tentu saja sangat jelas. Hampir semua orang pernah bermasalah dengan keluarga itu. Bu Sulis suka mencari masalah dan menguji kesabaran para tetangganya itu.“Aku gak mau tinggal di sini lagi, Mas. Bawa aku pindah dari sini,” rengek Nesi pada Handi.“Kur4ng 4jar. Kenapa mereka bisa tiba-tiba tahu rahasia kita, sih?” Bu Sulis nampak geram. Gemerutuk giginya terdengar oleh yang lainnya. Wajahnya semakin nampak seram.“Siapa lagi kalau bukan si wanita tua itu pelakunya, Bu.
Read more

Pencari Nafkah

“Mas Lingga?” Agnes terkejut melihat kedatangan suaminya.Agnes dengan susah payah mendorong kursi rodanya hingga ke ruang tamu. Dia ingin secepatnya bertemu dengan sang suami. Sudah sebulan lebih mereka dipisahkan oleh jarak.“Sini, Nak! Ibu bantu.”Bu Ines dengan sigap membantu menantunya untuk lebih dekat dengan sang putra.Kini Lingga dan Agnes berjarak beberapa centimeter saja. Mereka saling pandang. Mata Agnes berkaca-kaca karena menahan rindu berkepanjangan. Sedangkan Lingga hanya mematung dengan wajah datar. Hal itu sontak membuat Agnes keheranan.“Peluk aku, Mas! Kenapa kamu diam saja? Apa kamu gak suka kita bersatu lagi? Aku janji, mulai hari ini … tak akan ada yang memisahkan kita lagi. Termasuk Mbak Bulan."Agnes menggantung kedua tangannya ke depan. Berharap sang suami akan menghampiri dan memeluknya. Tapi itu tak kunjung terjadi, hingga semua orang pun dibuat semakin keheranan.“Nak Lingga. Kamu kenapa? Liat Agnes! Dia begitu senang kamu bebas dari penjara. Peluk lah dia
Read more

Menyelinap Masuk

“Sayang, tunggu!”Lingga berlari mendekati Bulan.“Sayang, kamu mau berangkat kerja, ya?”“Emm … tolong panggil nama aja, Mas! Sebentar lagi kita sudah berstatus mantan.”Bulan berusaha melepaskan genggaman Lingga di tangannya. Dia merasa risih. Apalagi setelah melihat sosok Agnes memantaunya dari rumah tetangga.“Tapi kita belum resmi berpisah, Sayang. Apa salahnya kita bermesraan seperti dulu? Sebenarnya aku juga ingin sekali rujuk denganmu.”“Lepasin, Mas! Lihat di sana!” tunjuk Bulan ke rumah tetangga. “Istrimu lihat. Nanti dia dan keluarganya salah paham. Aku benar-benar malas berurusan dengan mereka lagi. Sudah, ya. Aku mau berangkat kerja.”“Eh tunggu dulu, Say ….”“Bulan, Mas. Bulan. Jangan panggil sayang lagi.”Lingga menghembuskan nafas kasar mendengar permintaan Bulan. Pada akhirnya dia menuruti keinginan wanita itu.“Iya, deh. Bulan. Emm … apa aku boleh nebeng?”Bulan terkejut. Kenapa tiba-tiba Lingga ingin ikut dengannya? Memangnya pria itu mau kemana? Bukankah dia sudah
Read more

Si Perusuh

“Habis ini gak boleh jajan lagi, ya!"Sella menasehati anaknya untuk irit. Tak boleh jajan terus.“Nih anak bener-bener, deh. Ngajakin keluar pas matahari lagi terik-teriknya.”Sella masih menggerutu. Sedangkan anaknya tetap mengekor di belakangnya. Anak itu tak banyak cakap maupun tingkah. Jika keinginannya mau dipenuhi, maka dia tak boleh membuat Sella semakin marah.Saat Sella ingin mengeluarkan sepeda motornya dari garasi, tak sengaja mata indahnya menangkap sesuatu yang mengejutkan. Di rumah Bulan terdapat pergerakan yang mencurigakan. Ada dua orang wanita yang terlihat celingak-celinguk mengawasi sekitar. Dia menyasar pintu rumah Bulan.“Siapa itu?” Sella memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas.“Astaga. Nesi? Bu Sulis? Benarkah mereka? Mau ngapain mereka masuk ke rumah Bulan? Bukankah jam segini Bulan masih bekerja?”Sella mulai mendekat. Dia ingin mengintip aksi ibu dan anak itu. Tapi apa daya. Ada anak kecil di belakangnya yang menangis memanggil dirinya Ibu.“Ayo, Bu!
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status