Home / Pernikahan / Salah Tetangga / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Salah Tetangga: Chapter 21 - Chapter 30

108 Chapters

Istri Handi?

“Laporkan saja ke polisi, Mbak! Biar mereka jera. Biar mereka tak berani macam-macam lagi. Biar gak banyak tingkah.”“Iya. Laporkan saja! Biar komplek ini terbebas dari makhluk-makhluk macam mereka.”Orang-orang sangat bersemangat melihat keluarga Bu Sulis masuk penjara. Mereka memengaruhi Bulan untuk melaporkan keluarga itu ke polisi.“Lagian pak polisi kemana, sih? Dari tadi gak muncul-muncul. Beneran ditelponin kan, Pak?” tanya seorang tetangga pada security komplek.“Coba saya cek lagi, Bu. Tenang dulu, ya!"Security itu memeriksa ponselnya. Dan ternyata dia lupa memencet tombol kirim pesan ke salah satu temannya yang bekerja di kantor kepolisian.“Jadi dari tadi pesannya belum terkirim, Pak?” tanya para tetangga.“He he. Iya. Sekarang saya telepon, ya.”Melihat security komplek ingin menelpon pihak kepolisian, Bu Sulis kembali mengamuk. Dia benar-benar tak ingin dijebloskan ke penjara.“Sudah, Pak! Gak usah telepon polisi. Saya sudah memaafkannya. Kita selesaikan secara kekeluarg
Read more

Hanya Orang Asing

“Heh, kamu jangan ngaku-ngaku istri Handi, ya! Mana mungkin Handi punya istri gemb3l kayak kamu,” ucap Bu Sulis.“Iya benar. Saya istri kedua Mas Handi. Lihat lah! Kita sangat jauh berbeda. Lagipula, Mas Handi itu orang kaya. Mana mungkin mau sama perempuan kayak kamu,” Nesi ikut menimpali.Perempuan lusuh itu nampak terkejut. Dia tak percaya dengan perkataan yang terucap dari mulut Nesi.“Apa? Istri kedua? Mas Handi menikah lagi?”Perempuan itu nampak bersedih. Dia bahkan jatuh lemas dan terduduk di teras depan. Merasa tak percaya dengan kenyataan ini.“Udah, udah! Gak usah drama! Gak akan ada yang percaya dengan aktingmu. Di lampu merah banyak nih muka memelas kayak kamu. Pergi kamu!” Bu Sulis segera mengusir perempuan itu.Tak mau beranjak. Perempuan itu tetap kekeh berdiri di depan pintu. Dia ingin bertemu Handi. “Duuuh, pusing. Minggir!”Bu Sulis mencoba mendorong perempuan itu untuk menjauh dari pintu. Dia ingin menutup pintu. Tapi salah satu kaki perempuan itu menghalangi.“Ak
Read more

Bu Sulis Pingsan

“Kalian siapa, ya?”Seorang wanita paruh baya dengan penampilan mewah, menatap tiga orang di depannya dengan sinis.“Maaf, Nyonya. Mereka menerobos masuk begitu saja ke dalam.”Seorang pria dengan pakaian security terlihat ketakutan di hadapan tuannya. Takut dikatakan tak becus dalam bekerja hanya gara-gara tiga tamu asing ini.“Sudah, gak apa! Biar mereka, saya yang urus. Kamu balik ke pos!”Sangat berwibawa. Bahkan tiga tamu asing itu sempat terkesima dengan pembawaan si tuan rumah. Dalam hatinya, mereka kagum akan sosok wanita berpenampilan mewah itu.Tapi itu hanya sesaat, karena salah satu tamu asing itu mulai melancarkan aksi tak tahu dirinya. Dia adalah Bu Sulis.“Biarkan kami masuk. Minggir!”Bisa-bisanya Bu Sulis bersikap tak sopan di rumah orang. Tuan rumah di sana yang kini diketahui bernama Nyonya Anjani, berusaha untuk diam dan ingin melihat lebih jauh maksud tamu-tamu asing ini bersikap tak sopan pada dirinya.Sedangkan Bu Sulis sudah melenggang masuk tanpa memedulikan s
Read more

Mulai Tega

Enam bulan kemudianLingga dan Bulan telah resmi bercerai. Lingga semakin uring-uringan. Sampai saat ini, dia tak punya penghasilan tetap. Dia pun hanya mendapat harta gono-gini sebesar lima juta rupiah. Uang itu tak dimanfaatkan dengan baik olehnya maupun keluarganya.Lingga tak ingin pindah ke kampung. Dia menyuruh sang Ibu untuk menjual semua hartanya di kampung untuk biaya hidup di kota.“Gengsi lah, Bu. Apa kata orang kalau aku tinggal lagi di kampung? Apalagi istri yang kubawa beda. Ahhh … pokoknya ribet. Males denger pertanyaan-pertanyaan orang.”Begitu lah ucapan Lingga dulu saat ibunya meminta dia untuk kembali ke kampung. Karena terus didesak oleh anaknya, pada akhirnya Bu Ines menjual semua hartanya di kampung dan tinggal permanen di kota. Sayang beribu sayang, uang hasil penjualan harta itu tak cukup untuk membeli rumah di kota. Mereka hanya bisa mengontrak dan bertahan hidup dengan sisa uang itu.“Kamu gak nyari kerja, Ngga? Uang Ibu sisa sejuta saja. Sampai akhir bulan
Read more

Datang Kembali

“Astaga. Kenapa rumah berantakan gini? Kalian habis ngapain?”Bu Ines yang baru pulang kerja, merasa heran mendapati rumah kontrakannya penuh dengan sampah makanan. Piring dan gelas kotor juga tergeletak begitu saja di ruang tamu. Dia lantas mencari anak dan menantunya untuk meminta penjelasan. Ternyata pasangan suami istri itu sedang asik merajut mimpi di dalam kamarnya.Saking geramnya, Bu Ines lantas membangunkan mereka berdua dengan paksa. Menampar pipi Lingga dan juga Agnes. Mereka terbangun dan terkejut mendapati sang Ibu telah berada di rumah.“Loh Ibu udah pulang?” tanya Lingga.“Kok tumben pulangnya siang, Bu?” tanya Agnes.Iya. Bu Ines kini telah dua bulan menjadi ART di rumah majikan Mbak Yani. Walaupun lelah, tapi dia kini merasa bersyukur karena majikannya sangat baik. Bahkan dia terkadang lebih nyaman di rumah majikannya ketimbang di kontrakannya sendiri. Anak dan menantunya tak bisa menghargainya.“Gak usah banyak basa-basi! Sekarang katakan! Kenapa rumah bisa berantaka
Read more

Hanya Tamu

“Kontrakannya sempit banget, Bu.”“Iya, ya. Kayak kandang ayam. Ihh, itu apa? Kok berantakan gitu?”Ibu dan anak itu mendorong Lingga. Dia ingin membuka jalan agar bisa masuk ke dalam rumah.“Minggir! Aku mau masuk. Mana Agnes?” ucap salah satu tamu tak diundang itu pada Lingga. Hidungnya ditutup. Alisnya mengkerut saat memasuki kontrakan Lingga. Hal itu diperparah saat mereka melihat kondisi ruang tamu yang berantakan seperti kapal pecah.“Bibi … Nesi. Aaah … aku senang kalian datang.”Tiba-tiba Agnes muncul dari dalam kamar dan berlari ke arah bibi dan sepupunya. Mereka bertiga saling berpelukan dan berbagi rindu. Iya. Tamu yang datang, tak lain dan tak bukan adalah Bu Sulis dan Nesi.“Beneran kamu hamil, Nes? Tapi perutmu belum kelihatan buncit, ya?” tanya Nesi pada sepupunya.“Coba muter!” titah Bu Sulis pada sang keponakan. Agnes menuruti ucapan bibinya.“Kamu kok kurus banget, sih? Trus ini apa? Daster? Sejak kapan kamu makasi daster, Nes? Kayak orang misk1n aja.” Bu Sulis menat
Read more

Amplop

“Jadi Ibu ini keluarganya Agnes?”“Iya, Bu. Saya bibinya. Nama saya Sulis. Dan ini anak saya, Nesi. Cantik, ‘kan?”Bu Sulis melancarkan aksinya pada tetangga kontrakan Agnes. Memulai pendekatan sebaik mungkin.“Waah … sekeluarga cantik semua, ya? Kulitnya putih dan mulus. Rambutnya juga hitam dan lurus. Benar-benar idaman semua pria. Kayak artis di TV.”Mendengar puja-puji dari semua orang, membuat ketiga wanita itu tersanjung. Pipinya merah, tak sanggup menerima semua pujian ini.“Dulu saya sampai heran. Kenapa Nak Agnes mau sama Nak Lingga, ya? Sepertinya dia itu pengangguran. Nak Agnes lebih pantas menjadi istri pejabat. Pembawaannya itu seperti orang kaya.”“Bener kan ibu-ibu? Ponakan saya ini memang pantas mendapatkan yang lebih baik. Entah apa yang membuat dia kesemsem sama Lingga.”Bu Sulis, dan dua anak perempuannya betah berkumpul dengan para tetangga yang senang bergosip. Apalagi mereka didukung oleh kumpulan ibu-ibu itu. Pujian selalu keluar dari mulut orang-orang akan keca
Read more

Pelayanku

“Apa itu, Nes?”Bu Sulis dan Nesi ikut mendekat. Agnes mulai membuka amplop itu. Terlihat lembaran-lembaran merah di dalam sana. Mata ketiga orang itu semakin berbinar. Seolah memenangkan doorprize untuk hadiah utama.“Wah, uang. Uang, Bu, uang ….”Nesi terlihat begitu girang. Dia berjingkrak-jingkrak kegirangan. Mengambil tangan sang Ibu untuk berjoged.“Ayo kita lihat, berapa isinya,” ucap Bu Sulis.Tapi sebelum uang itu raib dan berpindah ke tangan para wanita menyebalkan, secepat kilat Lingga mengambil amplop miliknya.“Loh, Mas?” Agnes tak terima.“Biar aku yang simpan. Akan kugunakan uang ini untuk modal usaha,” ucap Lingga sambil berlalu ke kamarnya. Di sisi lain, Bu Sulis memberi kode pada Agnes untuk mengikuti Lingga ke dalam kamar. Dia menyuruh sang keponakan untuk memata-matai gerak-gerik suaminya. Mereka harus mencari tahu dimana amplop itu akan disimpan.Saat semua orang di rumah itu sibuk memikirkan amplop coklat, Bu Ines datang dengan membawa banyak makanan. Majikannya
Read more

Benalu

“Duuuh, aku capek, Bu.”Nesi mencari ibunya ke halaman depan sambil membawa sapu.“Loh, kamu belum selesai nyapu di dalem, Nes?”“Aku capek, Bu.”“Pura-pura bentar apa susahnya, sih? Si kep4rat itu belum keluar rumah,” ucap Bu Sulis pada anaknya. Sedangkan netranya terus mengawasi Lingga yang masih asik menyantap nasi goreng buatannya.“Kenapa Ibu gak lawan aja, sih? Tumben banget Ibu mau ngalah.”“Ssst. Jangan keras-keras! Pokoknya ikutin aja apa kata Ibu! Kita gak selamanya mengalah, kok. Ibu punya rencana lain. Sudah, sana! Pura-pura nyapu dulu!”Nesi terpaksa masuk kembali ke dalam rumah dan menyapu ruangan. Tapi wajahnya tak bisa bohong. Wajahnya cemberut saat mengerjakan semua ini. Maklum, sejak dulu dia selalu malas mengerjakan pekerjaan rumah. “Aku berangkat dulu. Semoga hari ini keterima kerja,” ucap Lingga pada sang istri.“Iya, Mas. Hati-hati. Aku selalu mendoakan yang terbaik buat kita. Semangat, ya,” balas Agnes dengan wajah penuh kepura-puraan.Selepas Lingga dan Bu Ine
Read more

Dimulai Dari Sini

“Jadi … selain buka usaha bengkel, kamu juga usaha jual beli motor bekas, No?” tanya Lingga keheranan. Dia tak menyangka kalau orang yang dulu dia remehkan, kini bangkit menjadi pengusaha sukses.“Iya, Ngga. Puji syukur Tuhan menitipkan semua ini padaku. Akan kurawat baik-baik.”Lingga menggeleng-gelengkan kepala. Dia begitu kagum dengan sosok Yono. Di saat dirinya menjalani hidup dengan penuh kesombongan dan kebohongan, Yono justru terus berlari mengejar mimpi dengan penuh ketulusan. Itu lah yang menyebabkan Lingga tertinggal begitu jauh. Tuhan dan semesta tak berpihak pada orang-orang sombong dan angkuh seperti dirinya. Tapi kini, saat dia baru meninggalkan semua sifat-sifat buruk itu, Lingga langsung dilimpahkan rejeki untuk memulai hidup yang baru. Tuhan begitu baik. Hanya kita yang terkadang terlalu bodoh untuk mengartikan maksud-Nya.“Jadi gimana? Apa kamu mau bekerja sama denganku, Ngga? Aku tak akan menjadi bos-mu, tapi rekan kerjamu.”Lagi-lagi, perkataan Yono membuat Lingga
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status