Emmy mengernyit ketika dia turun, Isa sudah ada di meja makan, sedang sarapan bersama Keenan. Tanpa menyapa Emmy membuka kulkas dan mengeluarkan sebotol air minum, menenggak isinya lalu membuang botolnya ke tempat sampah.Dia hendak kembali naik ketika mendengar suara Isa yang memuakkan.“Kenapa kamu tidak menyapaku, Em?”Emmy berbalik, pura-pura tersenyum. “Isa, hai. Keenan, hai.” Lalu dia kembali berjalan.“Berhenti di sana!” perintah Keenan.Apa lagi ini, desis Emmy. Dia kembali berbalik, menatap keduanya dengan senyum yang dipaksakan.“Mulai hari ini, Isa akan lebih sering berkunjung.”“Okeeee.” Emmy tampak bingung. “Lalu?”“Kamu harus patuh padanya.”Emmy melirik Isa yang tersenyum menyeringai padanya. “Alasannya?”“Ini sebagai penebusan rasa bersalahku padanya. Jika bukan karena kelicikanmu, dialah yang berada di sisiku sekarang.”Emmy nyaris tertawa. Memangnya Keenan pikir dia menginginkan pernikahan ini? Memangnya dia mau menikah dengan Keenan? Walau dia tampan, tapi untuk men
Read more