Semua Bab Takdir Cinta Sang Ahli Waris: Bab 11 - Bab 20
44 Bab
11. Lo Itu Milik Gue
Pagi itu Dennis sudah berdiri di depan pintu kamar adiknya. "Ben. Kamu masih di dalam?" tanyanya agak keras. Tapi ia tak mendengar jawaban, maka ia pun memutar gagang pintu kamar itu dan membuka pintunya. Mendorongnya terbuka sedikit lebar dan melongokkan kepalanya untuk melihat apa adiknya ada di dalam kamar atau tidak. Ia melihat Ruben masih terlelap di bawah selimut, maka ia pun memunculkan seluruh badannya ke dalam kamar. Ia masuk membiarkan pintu tetap terbuka. Dennis mencoba membangunkan Ben, saat tangannya hendak menggoncangkan tubuh adiknya ia melihat sesuatu yang terselip di antara tangan dan dada adiknya. Sebuah frame, ia pun mengambilnya, mencabutnya secara perlahan agar adiknya tidak terbangun dulu. Setelah benda itu ada di tangannya maka ia pun membalik benda itu. Itu adalah foto nenek mereka. Sebuah foto perempuan tua yang sedang tersenyum. Selalu foto nenek yang dipeluknya, Tapi ia juga melihat foto gadis penyanyi caffe itu di dalam frame, diletakkan di ujung di dal
Baca selengkapnya
12. Siapa Melanie?
Ruben duduk berdua di dalam mobil bersama Melanie. Tadi Ben sempat memberi pesan pada Tomi untuk Melanie. Katanya Ben menunggunya di parkiran sepulang sekolah, ada hal penting yang ingin dibicarakan. Tapi keduanya masih diam tak bersuara, akhirnya Ruben mengawali pembicaraan. "Gue minta maaf, soal tadi. Seharusnya gue nggak bentak lo kaya' gitu!" katanya menyesal, lalu ia melanjutkan kalimatnya, "Gue nggak tahu gimana harus bersikap. Lo tahu kan gue nggak bisa kehilangan lo. Lo itu berarti banget buat gue, Mel!" jelasnya memandang gadis itu. "Ben, kamu nggak harus menggantungkan hidup kamu hanya pada satu orang. Kamu harus bisa berdiri di atas kaki kamu sendiri!" "Tapi Mel, sejak kita ketemu, hidup gue berubah. Gue merasa punya arti, gue nunda sekolah ke Wina karena gue pingin selalu deket sama lo!" "Sebesar apa arti aku buat kamu?" tuntut Melanie,"Segalanya, segalanya Mel!" "Ben," mata Melanie memanas,"Buat saat ini ... gue nggak bisa kehilangan lo. Gue nggak siap!" aku Ben,M
Baca selengkapnya
13. Kita Teman Kan?
Ruben menelpon Melanie karena dia tak ada di rumah. "Lo di mana?" tanya Ruben setengah berteriak. "Di caffe!" jawab Melanie pelan. "Apa!" kaget Ruben, "Lo bilang ... oh My!" umpat Ruben menutup teleponnya dan langsung berlari ke mobil, menjalankan mobilnya dengan laju super cepat. Melanie duduk lemas, ia tak mungkin memberitahukan Ruben bahwa Dennis mengintimidasi dirinya. Jika ia memberitahu Ben soal itu hubungan kedua kakak adik itu akan semakin buruk. Ben sangat berharap hubunganya dengan kakaknya akan seperti dulu. Kini Melanie tak tahu harus bicara apa, jika Ruben sampai di caffe nanti. Melanie masih menunggu Ruben datang, tepat saat hendak ke panggung malah Ben datang dan langsung menariknya kembali ke ruang rias. "Ben!" desisnya "Kenapa lo bohong ke gue?" tanyanya dengan nada marah. "Itu ... aku bisa jelasin tapi nggak sekarang!" "Gue mau penjelasan lo sekarang!" "Ben!" "Sek-ka-rang!" geramnya. Sepertinya cowo itu benar-benar marah. Akhirnya Melanie meminta menejer
Baca selengkapnya
14. Ancaman Ruben
Vera menghampiri Ruben yang sedang ngumpul di kantin bersama teman-temannya. "Ben!" sapanya. Ruben menoleh, dari ekspresi wajahnya. Ia terlihat kurang berkenan dengan kehadiran Vera. "Ada apa, Ver?" "Gue mau ngomong sebentar!" jawabnya, "Eh, gue pinjem Rubennya ya!" katanya meminta ijin dengan teman-temannya. "Ambil aja sono, siapa yang butuh!" kelakar Tomi sambil menyedot teh botol di tangannya. "Sialan lo ah!" timpal Ruben yang kemudian mengikuti Vera pergi. Mereka bicara di taman sekolah, duduk berdampingan. "Ben, kemarin lo ke mana sih? Gue telepon puluhan kali tapi nggak pernah lo angkat. Dan loe juga nggak nelpon gue balik. Lo pergi ke mana sama Melanie?" "Gue pergi ke mana itu bukan urusan lo!" "Tapi gue kan pacar lo!" kesal Vera dengan nada tinggi. "Terus ... harus jadi malasah buat gue, gitu?" Vera memandangnya aneh dan marah, sepertinya Ruben cuek sekali dengan hubungan mereka, dan belakangan terkesan menghindar. "Lo udah punya cewe lain?" Ruben tak menjawab, t
Baca selengkapnya
15. Kita Kek Lagi Pacaran Ya?
Ruben sudah siap di atas motornya, kali ini ia yang akan bertanding. Memang sudah lama sekali ia tak melakukan hal itu. Setiap kali orangtuanya di rumah malah ruang lingkupnya jadi semakin terbatas. Karena orangtuanya pasti akan selalu menyuruh orang untuk mengawasinya, selama ini sebenarnya ia memang selalu diawasi. Tapi tak pernah bermasalah, apalagi jika Dennis ada di rumah. Terkadang kakaknya itu akan sedikit membelanya di depan orangtuanya. Lawan Ruben kali ini adalah Fiki, mereka memang musuh lama. Selain dalam trak Fiki adalah kapten Klub basket di sekolah, dan memang ia tak pernah akur dengan Ruben. Dan selain Ryo, Fikilah yang selalu membuat ulah dengan Ben. Tapi Ryo masih belum ada apa-apanya dibanding Fiki dan klub basketnya. Mereka sudah bersiap di garis start, banyak orang menonton di sisi jalan yang berasal dari kedua gank. Selina, seorang gadis cantik nan seksi memegang sapu tangan warna merah bercampur biru sebagai aba-aba. Selina adalah pacar Fiki, tapi gadis itu bu
Baca selengkapnya
16. Selalu Salah
Ruben mengajak Melanie ke pantai malam itu, mereka menghabiskan sepanjang malam dengan duduk dan ngobrol. Sisa waktu yang ada mereka pergunakan untuk tidur di dalam mobil. Melanie berbaring di jok belakang, sementara Ruben tidur bersandar di kursi depan. Kakinya ia julurkan ke aras dashboard dengan posisi miring. Sinar matahari yang sudah menyembur menembus kaca mobil membuat Ruben terjaga. Putih sinarnya mengenai wajahnya, ia membuka mata perlahan. Menggeliat. Ketika matanya terbuka lebar ia sadar kalau dirinya tak bangun di tempat tidurnya yang empuk dan hangat. Ia ada di dalam mobilnya. Oh iya, gue memang berada di sini sejak semalam. Ben menoleh ke belakang, dilihatnya gadis itu masih meringkuk di bawah jacketnya. Ben ingat semalam Melanie kedinginan makanya ia memberikan jacketnya untuk gadis itu. Ben tak berniat membangunkannya. Melanie terlihat lelah karena mereka ngobrol hingga sekitar jam 3 dini hari. Ben keluar dari mobil, ia melihat jam di tangannya. Itu sudah menunjuk j
Baca selengkapnya
17. Maaf, Soal Intimidasi Itu
Sekitar jam 8.45 malam Ben keluar dari kamarnya, ia berjalan ke dapur. Mengambil gelas dan menuang segelas air putih. Ia meneguknya dengan cepat. Lalu ia membuka pintu rak yang menempel dinding. Perutnya keroncongan karena belum diisi makanan apa pun selain secangkir kopi segar hangat tadi pagi bersama Melanie. Ben memungut sebungkus potato chips, menutup rak itu dengan kakinya sambil membuka bungkusan potato chipsnya. Ia pun melahap isinya sambil duduk di meja dapur. Duduk di meja dapur adalah kebiasaannya jika sedang menunggu Melanie memasak untuknya. Kakinya bergelantungan menciptakan gerakan kecil yang berirama. Mbok Jah masuk dari pintu belakang, perempuan tua itu baru saja membuang sampah keluar. Ia sedikit terkejut oleh sesosok tubuh yang duduk di meja, "Aduh, Den Ruben bikin mbok Jah kaget aja!" serunya "Den Ruben ngapain di sini?" "Laper, Mbok!" jawabnya sambil mengunyah. "Tadi Mbok Jah ketuk-ketuk pintu nggak dibukain, padahal kan Mbok bikinin makanan khusus buat Den Rub
Baca selengkapnya
18. Aku Mencintai Pria Lain
Seperti biasa Tika tak mau diantar sampai ke rumahnya, tapi anehnya Ruben tak penah mempermasalahkan hal itu. Setelah mengantar Tika kini giliran menunggui Melanie deh. Ya, itu memang sudah rutinitasnya, ia tak mengijinkan Melanie pulang sendiri. Makanya jika Tomi dan Rico sibuk ya dirinya yang harus setia.Ben menunggu Melanie hingga selesai, dalam perjalanan pulang ...."Bagaimana acaramu ?" tanya Melanie."Lancar, kami pergi ke Master!""Oh ya. Bagaimana keadaan mereka, lama nggak ke sana!""Lain kali kita ke sana, mereka pada nanyain lo tuh!""Hubunganmu sendiri dengan Tika bagaimana?""Emm ... Lebih baik. Setidaknya dia senang bersama gue!""Baguslah. Aku bisa tenang!""Apa maksud lo?""Ya, aku akan merasa tenang karena kupikir kamu akan berubah!"Ben tersenyum."Tapi lo nggak akan ninggalin gue karena itu kan?"Melanie terdiam. Ia tak tahu harus menjawab apa.Artika tidur menelungkup, matanya terkunci ke monitor di laptopnya. Ia sedang mengerjakan skripsinya. Itu sudah 90%, hamp
Baca selengkapnya
19. Ben vs Fiki
"Sebenarnya apa yang terjadi?" tanya Ben. Melanie masih diam. Mereka bicara di kantin bersama Rico dan Tomi pula. Melanie tak ingin memberi tahu Ben tentang Dennis yang kembali mengintimidasi dirinya. Tapi sepertinya Ben tahu tentang hal itu. "Mel, lo jujur aja sama kita!" seru Rico. "Nggak ada apa-apa kok. Mungkin kualitas suaraku saja yang menurun!" elaknya. "Nggak mungkin!" seru Ruben, "Gue tahu. Ini ada hubungannya sama keluarga gue!" tambahnya. "Ben. Kurasa ini nggak perlu dibahas lagi. Lagian aku masih bisa mencari pekerjaan baru kan!" "Mel, apa Kak Dennis datengin lo?" tanya Ben lagi. "Nggak!" jawabnya bohong. "Lo berbohong lagi kan? Tempo hari lo juga bohong. Lo tahu gue nggak suka itu!" seru Ben. Melanie diam. Ia bingung harus menjawab apa. "Mel, lo tahu kita bakal lindungin lo. Jadi lo nggak perlu takut," tambah Tomi,"Aku beneran nggak apa-apa, kok. Kalian kenapa sih?" katanya mencoba terlihat baik-baik saja, "Udah ... nggak perlu terlalu dipusingin. Nanti aku bis
Baca selengkapnya
20. Semua Karena Aku
Ben masih terdiam, ia memandang Fiki yang tersenyum padanya, sebuah senyum cibiran. Ben melirik Melanie yang masih disandra oleh Dito dan Farhan. Gadis itu memang tidak diikat, itu tidak perlu. Ia memang kalah dalam duel pertamannya di ring basket, tapi ia akan berusaha menang di duel kedua ini atau Melanie yang akan menanggung akibatnya.Fiki adalah orang yang selalu melakukan apa yang ia ucapkan. Jika Ben kalah maka Fiki akan melakukan ancamannya terhadap Melanie, dan Ben tidak akan membiarkan itu terjadi. Fiki berjalan ke tengah lapangan, Aldi dan Remon yang sedari tadi menahan Ben melepaskannya. Rasa sakit di ulu hatinya masih sedikit terasa, semoga saja ia bisa bertahan sampai akhir. Ben berdiri dan masuk ke posisinya. Keduanya memasang kuda-kuda dan saling menyerang.Ben jatuh di dua menit pertama, tapi ia segera bangkit dan membalas Fiki. Ia bahkan berhasil menjatuhkan Fiki beberapa kali. Tapi Fiki juga cukup kuat. Pertarungan mereka cukup serius, keduanya sama-sama memiliki ha
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status