All Chapters of Perjanjian Panas dengan Bos Arogan: Chapter 81 - Chapter 90

476 Chapters

Chapter 81

Aluna tidak tahu apa yang menjadi Gio kambuh. Padalah sebelum berangkat, Aluna sudah memastikan Gio meminum obat. Mungkin udara dingin dan kelelahan. Ini salah Aluna karena membawa memaksa menerobos hujan untuk pergi ke parkiran. “Gio kenapa—” Ethan menoleh ke belakang. “Ethan sekarang ke rumah sakit.” Tanpa banyak kata. Ethan menuruti perintah Aluna. Aluna memeluk Gio. “Tahan ya.. tahan sebentar.” “Coba nafas dulu… tarik… buang..” Aluna menggosok lengan putranya yang begitu dingin. “Gio bertahan sayang..” Aluna mengecup puncak kepala Gio beberapa kali. Ethan melirik Aluna dari kaca spion. Tidak pernah melihat Aluna yang begitu ketakutan. Aluna terlihat sangat ketakutan. Padahal dulu Ethan sering membuli Aluna, namun wanita itu tidak pernah memperlihatkan raut ketakutan. Tapi sekarang, karena keadaan anak kecil itu membuat Aluna begitu ketakutan. Seakan takut ditinggal pergi. Tidak membutuhkan waktu yang lama. Sampai di sebuah rumah sakit di bawah naungan Wins
Read more

Chapter 82

Aluna menguatkan diri sebelum menjawab pertanyaan Ethan. “Itu karena… karena.. ayah Gio orang luar.” “Kakakku menikah dengan orang luar.” Jawaban masuk akal Aluna masih bisa diterima oleh Ethan. Meskipun pada dasarnya, kemiripan Gio dengannya sedikit mengganjal. Namun ia bisa menerimanya karena ia dan Gio sama-sama belasteran. Mungkin saja mirip karena memiliki darah campuran dari luar. Gio dipindahkan ke ruangan biasa. Bukan ruangan biasa. Ruangan VVIP rumah sakit. Yang untuk satu malamnya bisa menghabiskan uang belasan bahkan puluhan juta. Bahkan di dalam kamar Gio ada satu kasur yang digunakan untuk tidur siapapun yang menunggu. Aluna mendekati Gio yang sedang tertidur. Ia menyelimuti tubuh Gio sampai sebatas leher. Sebelum menjauh—Aluna lebih dulu mengecup dahi Gio beberapa detik. Setelah itu menjauh. “Aku ingin bicara denganmu.” “Tentang apa?” Aluna mengernyit. “Untuk Gio, aku tidak bisa memberitahumu lebih detail. Itu karena… karena menyangkut orang tua
Read more

Chapter 83

“Kenapa kamu sangat peduli? Gio bukan siapa-siapa kamu..” Ethan mengedikkan bahu. “Entahlah. Aku hanya merasa akrab dengannya..” Ethan menatap lurus ke depan dengan bibir yang tersenyum. “Dia lucu.” Ethan tersenyum. “Aku tidak menyangka aku bisa akrab dengan anak kecil. Padahal aku pikir anak kecil itu merepotkan. Tapi Gio bukan anak yang merepotkan.. dia anak yang pintar.” Aluna terdiam sebentar. “Apa menurutmu Gio anak yang baik?” Ethan mengangguk. “Tentu saja. Dia anak yang baik. Dia menggemaskan..” Haruskan Aluna memberitahukan Ethan tentang siapa sebenarnya Gio? Aluna bimbang. “Jadi kamu tidak membenci anak kecil lagi?” “Mungkin tidak.” Ethan mengedikkan bahu. “Kenapa kau bertanya seperti itu?” “Aku tidak tahu.” Aluna tersenyum. “Aku hanya membayangkan bagaimana jika ada perempuan yang mengaku mempunyai anak dari kamu. Apa kamu akan menerimanya?” Tertanya pelan untuk mengurangi ketegangan Aluna. Sebenarnya ia tahu berbicara seperti ini. “Entahlah.” Ethan berpikir sej
Read more

Chapter 84

Aluna segera mematikan televisi yang menyala. Ia menatap Ethan yang santainya bersandar dengan tangan yang membawa bungkusan. “Uncle!” teriak Gio. Ethan melambaikan tangannya. “Hai. Bocah.” Ethan mendekat dan memberikan paper bag itu pada Aluna. “Kue, roti, brownis… aku tidak tahu kesukaanmu. Aku membeli semuanya.” Aluna membuka paper bag itu. Benar, kue yang dibeli Ethan begitu banyak. “Uncle tidak bekerja?” tanya Gio dengan polos. “Bekerja. Aku ke sini untuk menjengukmu sebentar.” “Bagaimana keadaanmu boy?” Ethan mengusap puncak kepala Gio. “Sudah tidak sakit?” Gio menggeleng. “Tidak sakit. Gio ingin pulang.” “Kau boleh pulang besok.” Ethan menatap mainan yang berada di tangan Gio. “Kau suka mainan itu?” tanya Ethan. Gio mengangguk. “Uncle yang membeli?” “Iya. Supaya kau tidak bosan saat di sini. Kalau kau ingin lagi aku akan membelikanmu yang banyak.” “Ethan.” Aluna menyipitkan mata. Ethan mendengus kesal. “Mamamu ini..” lirihnya. Gio tertawa. “Tidak
Read more

Chapter 85

Aluna diam-diam pergi ke kampung untuk mengantar Gio pulang. Ia sama sekali tidak memberi tahu Ethan. Lagipula juga tidak lama, ia hanya menginap sehari dan kembali ke kota. Namun saat ia berjalan di bandara. Pandangannya tertuju pada satu titik. Yaitu pria yang saat ini sedang duduk. Pakaiannya yang begitu mencolok. Kemeja rapi dengan jas. Kacamata hitam yang bertengger di hidung. “Kenapa kamu di sini?” tanya Aluna menatap Ethan. “Aku menjemputmu.” Ethan mengedikkan bahu. Kemudian berdiri—melepaskan kacamatanya sambil tersenyum miring. “Kau pergi diam-diam tanpa memberitahuku.” Ethan mendekat. “Apa menurutmu itu sopan?” Aluna mengernyit. “Sopan!” “Aku hanya sebentar dan kembali.” Aluna mendengus kesal. “Aku juga ingin mengantar Gio. Tapi kau pergi sendiri. Pergi ke kampung lagi.” Ethan bersindekap. “Aku kan tidak mau mengganggu kamu. Kamu sibuk bekerja, nanti kalau mengantarku dan Gio. Kamu harus menunda jadwal meeting kamu.” Aluna berdecak. “Aku ini pengertia
Read more

Chapter 86

Diakhiri dengan kecupan di dahi. Aluna dan Ethan mengakhiri kebersamaan mereka siang ini dengan senyum yang merekah. Apalagi Aluna yang tidak bisa berhenti tersenyum. Sepanjang berjalan ke apartemennya, senyumnya tidak pernah luntur. Mungkin giginya sampai kering. Aluna merebahkan diri. Memeluk guling dengan gemas. “Ethan menyukaiku..” lirihnya dengan bahagia. Untuk sejenak, Aluna melupakan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Aluna lupa. Aluna terlalu larut dalam bahagianya. Jelas sekali Aluna ingin egois untuk sejenak. Untuk kebahagian singkat yang ia rasakan sendiri. Sampai akhirnya ada sebuah pesan yang benar-benar menyadarkannya. [Aluna sebentar lagi aku akan menikah dengan Ethan. Aku ingin kau membantuku. Aku ingin kau membantuku fitting baju sampai memilih dekor yang bagus] Dari Grace. Senyum Aluna luntur. [Aku tidak bisa Grace] balasan Aluna. [Kenapa? Kau temanku. kau harus membantuku Aluna] [Aku bekerja. Aku tidak punya waktu untuk membantumu] [
Read more

Chapter 87

Ethan itu tidak bisa ditebak. Katanya tidak boleh mendekati Grace apalagi berurusan lagi dengan wanita itu. Apa ini? Ia disuruh menemani wanita itu fitting gaun pernikahan mereka. Setelah seharian menemani Grace, akhirnya Aluna kembali ke apartemen dengan kaki yang begitu lelah. Membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Aluna membaringkan tubuhnya dan memeluk guling. Tak lama kasur bergerak. Ethan naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh Aluna. “Kenapa kamu di sini?” lirih Aluna. Ia membuka matanya kembali. Padahal tadi hampir tertidur. “Aku ingin bersamamu.” Aluna mendongak. “Kamu bau alkohol.” “Aku hanya minum sedikit tadi.” Ethan memejamkan mata. Tangannya terulur mengusap puncak kepala Aluna. “Dengan siapa?” “Sendiri.” “Di mana?” “Di rumah.” Aluna mendekat. Menyandarkan kepalanya di dada Ethan. “Jangan minum sendiri, ada aku.” Ethan tertawa begitu saja. “Kau tidak bisa minum.” Aluna mendengus. “Kau bisa bercerita padaku. Bukan aku mau minum denga
Read more

Chapter 88

H-7 pernikahan Ethan dan Grace. Semua persiapan hampir rampung. Pernikahan mereka akan dilaksanakan di gereja dan akan berlanjut resepsi di sebuah vila di Bali. Aluna menghela nafas berkali-kali sebelum menatap dirinya di cermin. Melihat lehernya yang terdapat bercak merah yang begitu banyak. Siapa lagi kalau bukan ulah Ethan. Tiba-tiba perutnya di peluk dari belakang. “Kau cantik.” Ethan mengecup pipi Aluna. Aluna mengangguk. “Aku tahu aku cantik.” Dengan wajah yang sombong. Ethan berdecih. Memutar balikkan tubuh Aluna. Mengusap pinggang Aluna pelan. “Aku akan berangkat lebih dulu.” Ethan mendekat—mengecup pelan bibir Aluna. Namun ciuman ringan tersebut berubah menjadi lumatan panas di pagi hari. Aluna mengalunkan kedua tangannya di leher Ethan. Membalas setiap pangutan di bibirnya dengan sama gairahnya. Mereka untuk beberapa menit larut dalam permanan panas. Ethan mengangkat tubuh Aluna ke atas sebuah nakas. “Kamu harus berhenti.” Aluna mendorong dada
Read more

Chapter 89

PLAAK!!! Tamparan itu mampu membuat Aluna sampai jatuh tersungkur. Aluna memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan itu. “Awhss…” ringis Aluna. “Berdiri kau jalang!” teriak Margaret. Aluna tidak kunjung berdiri juga, karena selain pipinya yang perih. Kepalanya juga terasa pusing. Sampai akhirnya Margaret menarik paksa Aluna hingga berdiri. “Tidak usah berpura-pura polos. Aku tahu selama ini kau menjadi selingkuhan anakku.” Margaret mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Melempar foto-foto kebersamaan Aluna. Aluna sejenak menatap foto-foto dirinya yang bertebaran di lantai. Ada banyak sekali, bahkan fotonya dan Ethan di taman hiburan. Foto mereka saat ke taman hiburan dan kebun binatang bersama Gio. Yang terakhir adalah foto mereka di rumah sakit. Untuk sejenak, Aluna butuh waktu untuk mencerna semuanya. “Ini..” lirih Aluna sudah tidak sanggup berkata-kata. “Tidak usah berkelit lagi kau jalang!” Margaret memukul meja. “Aku kira Ethan akan meninggalkanmu saat
Read more

Chapter 90

“Aku minta maaf,” ucap Aluna. Ya, hanya itu yang bisa ia lakukan. Karena ia juga tahu, ia sendiri salah karena menjalin hubungan dengan tunangan orang. “Maafmu tidak berarti apapun jalang!” PLAAK!Grace menampar pipi Aluna. Tidak berhenti disitu saja. Ia juga menarik rambut Aluna dengan sekuat tenaga. Lalu mendorong Aluna sampai terjatuh. Tanpa perlawanan. Aluna menerimanya. Bukankah ini adalah konsekuensinya karena menjalin hubugan terlarang dengan tuangan orang lain? Aluna mengusap tangisnya. “Sudah? Sudah puas?” Ia bangun dengan tertatih. Grace tertawa. “Kau mati sekalipun tidak akan membuatku puas.” Grace mengusap rambutnya. “Sial, aku begitu jijik melihatmu. Bagaimana bisa Ethan menyukai jalang sepertimu.” Grace menunjuk Aluna. Menunjuk sekaligus mendorong Aluna dengan jari telunjuknya. “Selama ini aku hanya berpura-pura ingin berteman denganmu. Karena aku ingin melihat sejauh mana kau akan berpura-pura di hadapanku.” Grace menghela nafas. “Ah sial, kau memang tidak
Read more
PREV
1
...
7891011
...
48
DMCA.com Protection Status