“Kenapa kamu sangat peduli? Gio bukan siapa-siapa kamu..” Ethan mengedikkan bahu. “Entahlah. Aku hanya merasa akrab dengannya..” Ethan menatap lurus ke depan dengan bibir yang tersenyum. “Dia lucu.” Ethan tersenyum. “Aku tidak menyangka aku bisa akrab dengan anak kecil. Padahal aku pikir anak kecil itu merepotkan. Tapi Gio bukan anak yang merepotkan.. dia anak yang pintar.” Aluna terdiam sebentar. “Apa menurutmu Gio anak yang baik?” Ethan mengangguk. “Tentu saja. Dia anak yang baik. Dia menggemaskan..” Haruskan Aluna memberitahukan Ethan tentang siapa sebenarnya Gio? Aluna bimbang. “Jadi kamu tidak membenci anak kecil lagi?” “Mungkin tidak.” Ethan mengedikkan bahu. “Kenapa kau bertanya seperti itu?” “Aku tidak tahu.” Aluna tersenyum. “Aku hanya membayangkan bagaimana jika ada perempuan yang mengaku mempunyai anak dari kamu. Apa kamu akan menerimanya?” Tertanya pelan untuk mengurangi ketegangan Aluna. Sebenarnya ia tahu berbicara seperti ini. “Entahlah.” Ethan berpikir sej
Aluna segera mematikan televisi yang menyala. Ia menatap Ethan yang santainya bersandar dengan tangan yang membawa bungkusan. “Uncle!” teriak Gio. Ethan melambaikan tangannya. “Hai. Bocah.” Ethan mendekat dan memberikan paper bag itu pada Aluna. “Kue, roti, brownis… aku tidak tahu kesukaanmu. Aku membeli semuanya.” Aluna membuka paper bag itu. Benar, kue yang dibeli Ethan begitu banyak. “Uncle tidak bekerja?” tanya Gio dengan polos. “Bekerja. Aku ke sini untuk menjengukmu sebentar.” “Bagaimana keadaanmu boy?” Ethan mengusap puncak kepala Gio. “Sudah tidak sakit?” Gio menggeleng. “Tidak sakit. Gio ingin pulang.” “Kau boleh pulang besok.” Ethan menatap mainan yang berada di tangan Gio. “Kau suka mainan itu?” tanya Ethan. Gio mengangguk. “Uncle yang membeli?” “Iya. Supaya kau tidak bosan saat di sini. Kalau kau ingin lagi aku akan membelikanmu yang banyak.” “Ethan.” Aluna menyipitkan mata. Ethan mendengus kesal. “Mamamu ini..” lirihnya. Gio tertawa. “Tidak
Aluna diam-diam pergi ke kampung untuk mengantar Gio pulang. Ia sama sekali tidak memberi tahu Ethan. Lagipula juga tidak lama, ia hanya menginap sehari dan kembali ke kota. Namun saat ia berjalan di bandara. Pandangannya tertuju pada satu titik. Yaitu pria yang saat ini sedang duduk. Pakaiannya yang begitu mencolok. Kemeja rapi dengan jas. Kacamata hitam yang bertengger di hidung. “Kenapa kamu di sini?” tanya Aluna menatap Ethan. “Aku menjemputmu.” Ethan mengedikkan bahu. Kemudian berdiri—melepaskan kacamatanya sambil tersenyum miring. “Kau pergi diam-diam tanpa memberitahuku.” Ethan mendekat. “Apa menurutmu itu sopan?” Aluna mengernyit. “Sopan!” “Aku hanya sebentar dan kembali.” Aluna mendengus kesal. “Aku juga ingin mengantar Gio. Tapi kau pergi sendiri. Pergi ke kampung lagi.” Ethan bersindekap. “Aku kan tidak mau mengganggu kamu. Kamu sibuk bekerja, nanti kalau mengantarku dan Gio. Kamu harus menunda jadwal meeting kamu.” Aluna berdecak. “Aku ini pengertia
Diakhiri dengan kecupan di dahi. Aluna dan Ethan mengakhiri kebersamaan mereka siang ini dengan senyum yang merekah. Apalagi Aluna yang tidak bisa berhenti tersenyum. Sepanjang berjalan ke apartemennya, senyumnya tidak pernah luntur. Mungkin giginya sampai kering. Aluna merebahkan diri. Memeluk guling dengan gemas. “Ethan menyukaiku..” lirihnya dengan bahagia. Untuk sejenak, Aluna melupakan kenyataan yang sebenarnya terjadi. Aluna lupa. Aluna terlalu larut dalam bahagianya. Jelas sekali Aluna ingin egois untuk sejenak. Untuk kebahagian singkat yang ia rasakan sendiri. Sampai akhirnya ada sebuah pesan yang benar-benar menyadarkannya. [Aluna sebentar lagi aku akan menikah dengan Ethan. Aku ingin kau membantuku. Aku ingin kau membantuku fitting baju sampai memilih dekor yang bagus] Dari Grace. Senyum Aluna luntur. [Aku tidak bisa Grace] balasan Aluna. [Kenapa? Kau temanku. kau harus membantuku Aluna] [Aku bekerja. Aku tidak punya waktu untuk membantumu] [
Ethan itu tidak bisa ditebak. Katanya tidak boleh mendekati Grace apalagi berurusan lagi dengan wanita itu. Apa ini? Ia disuruh menemani wanita itu fitting gaun pernikahan mereka. Setelah seharian menemani Grace, akhirnya Aluna kembali ke apartemen dengan kaki yang begitu lelah. Membaringkan tubuhnya di atas ranjang. Aluna membaringkan tubuhnya dan memeluk guling. Tak lama kasur bergerak. Ethan naik ke atas ranjang dan memeluk tubuh Aluna. “Kenapa kamu di sini?” lirih Aluna. Ia membuka matanya kembali. Padahal tadi hampir tertidur. “Aku ingin bersamamu.” Aluna mendongak. “Kamu bau alkohol.” “Aku hanya minum sedikit tadi.” Ethan memejamkan mata. Tangannya terulur mengusap puncak kepala Aluna. “Dengan siapa?” “Sendiri.” “Di mana?” “Di rumah.” Aluna mendekat. Menyandarkan kepalanya di dada Ethan. “Jangan minum sendiri, ada aku.” Ethan tertawa begitu saja. “Kau tidak bisa minum.” Aluna mendengus. “Kau bisa bercerita padaku. Bukan aku mau minum denga
H-7 pernikahan Ethan dan Grace. Semua persiapan hampir rampung. Pernikahan mereka akan dilaksanakan di gereja dan akan berlanjut resepsi di sebuah vila di Bali. Aluna menghela nafas berkali-kali sebelum menatap dirinya di cermin. Melihat lehernya yang terdapat bercak merah yang begitu banyak. Siapa lagi kalau bukan ulah Ethan. Tiba-tiba perutnya di peluk dari belakang. “Kau cantik.” Ethan mengecup pipi Aluna. Aluna mengangguk. “Aku tahu aku cantik.” Dengan wajah yang sombong. Ethan berdecih. Memutar balikkan tubuh Aluna. Mengusap pinggang Aluna pelan. “Aku akan berangkat lebih dulu.” Ethan mendekat—mengecup pelan bibir Aluna. Namun ciuman ringan tersebut berubah menjadi lumatan panas di pagi hari. Aluna mengalunkan kedua tangannya di leher Ethan. Membalas setiap pangutan di bibirnya dengan sama gairahnya. Mereka untuk beberapa menit larut dalam permanan panas. Ethan mengangkat tubuh Aluna ke atas sebuah nakas. “Kamu harus berhenti.” Aluna mendorong dada
PLAAK!!! Tamparan itu mampu membuat Aluna sampai jatuh tersungkur. Aluna memegang pipinya yang terasa perih akibat tamparan itu. “Awhss…” ringis Aluna. “Berdiri kau jalang!” teriak Margaret. Aluna tidak kunjung berdiri juga, karena selain pipinya yang perih. Kepalanya juga terasa pusing. Sampai akhirnya Margaret menarik paksa Aluna hingga berdiri. “Tidak usah berpura-pura polos. Aku tahu selama ini kau menjadi selingkuhan anakku.” Margaret mengeluarkan sesuatu dari tasnya. Melempar foto-foto kebersamaan Aluna. Aluna sejenak menatap foto-foto dirinya yang bertebaran di lantai. Ada banyak sekali, bahkan fotonya dan Ethan di taman hiburan. Foto mereka saat ke taman hiburan dan kebun binatang bersama Gio. Yang terakhir adalah foto mereka di rumah sakit. Untuk sejenak, Aluna butuh waktu untuk mencerna semuanya. “Ini..” lirih Aluna sudah tidak sanggup berkata-kata. “Tidak usah berkelit lagi kau jalang!” Margaret memukul meja. “Aku kira Ethan akan meninggalkanmu saat
“Aku minta maaf,” ucap Aluna. Ya, hanya itu yang bisa ia lakukan. Karena ia juga tahu, ia sendiri salah karena menjalin hubungan dengan tunangan orang. “Maafmu tidak berarti apapun jalang!” PLAAK!Grace menampar pipi Aluna. Tidak berhenti disitu saja. Ia juga menarik rambut Aluna dengan sekuat tenaga. Lalu mendorong Aluna sampai terjatuh. Tanpa perlawanan. Aluna menerimanya. Bukankah ini adalah konsekuensinya karena menjalin hubugan terlarang dengan tuangan orang lain? Aluna mengusap tangisnya. “Sudah? Sudah puas?” Ia bangun dengan tertatih. Grace tertawa. “Kau mati sekalipun tidak akan membuatku puas.” Grace mengusap rambutnya. “Sial, aku begitu jijik melihatmu. Bagaimana bisa Ethan menyukai jalang sepertimu.” Grace menunjuk Aluna. Menunjuk sekaligus mendorong Aluna dengan jari telunjuknya. “Selama ini aku hanya berpura-pura ingin berteman denganmu. Karena aku ingin melihat sejauh mana kau akan berpura-pura di hadapanku.” Grace menghela nafas. “Ah sial, kau memang tidak
Beberapa hari yang lalu. Gio tersadar dari komanya. Pertama kali orang yang ia cari adalah Agatha. Ibunya bilang, Agatha pulang. Agatha berjanji tidak akan menemuinya sampai keadaan benar-benar aman. Marah. Tentu saja, neneknya yang membuat Agatha pergi. Gio masih membutuhkan perawatan intensif. Untuk bergerak saja ia tidak bisa. Untuk itu ia mengerahkan orang-orangnya untuk membantunya. Dari pada seperti ini, sudah terlanjur. Maka ia akan meneruskannya saja. Ia akan berpura-pura tidak berhubungan dengan Agatha dahulu sampai Rapat itu dimulai. Pada awalnya ia akan datang awal rapat. Tapi sekali lagi keadaannya tidak memungkinkan. Perutnya masih terasa keram. Alhasil ia datang terlambat—namun masih melihat perkembangan rapat itu lewat kamera kecil. Kamera itu terpasang di pakaian orang yang mewakilinya di sana. “Banyak orang yang menghianatiku juga.” Gio berada di dalam mobil. Melihat orang-orang yang tidak mengangkat tangan untuk Agatha. Orang-orang yang tela
“Tapi Agatha Ethelind Harper baru saja terjun ke dunia bisnis. kinerjanya di dalam perusahaan baru mencapai tahun pertama.” Agatha tersenyum sinis. Menggunakan pengalamannya yang baru sebentar untuk menjatuhkannya. Agatha masih menahan senyumnya—ingin tertawa padahal. Kekurangannya yang diumbar di depan banyak investor. Sedangkan kekuarangan Levin disembunyikan. Agatha menjadi satu-satunya wanita yang berada di dalam ruangan ini. “Siapa yang mendukung Agatha Harper Ethelind menjadi pemimpin sementara?” Satu persatu orang-orang yang mendukung Agatha mengangkat tangan. Sekitar 3… Lalu satu orang mengangkat tangannya… Ternyata Pak Beni… Pak Beni tersenyum sembari mengangguk pada Agatha. Sedangkan pak Robert? Jangan tanya. Pria itu bahkan tidak berani menatap Agatha. seolah tidak mengenal. Tidak seperti tadi… Ternyata… si Mafia itu tidak mendukungnya. Memang, di dalam dunia bisnis tidak bisa ditebak mana yang benar-benar teman. Dan mana yang musuh. Setidaknya
“maaf nona. Hal seperti ini saya pasti tidak akan terulang lagi.” satu bodyguard maju menghadap Agatha. Ada dua mobil yang dicoba dijalankan. Hanya satu yang remnya blong. Mobil yang selalu digunakan oleh Agatha. Agatha berkacak pinggang. ia tidak ingin menghabiskan energinya untuk hal tidak masuk akal seperti ini. Tapi semua ini menyangkut nyawanya. “Sebagai ketua. Kau harus mencari tahu siapa anak buahmu yang berhianat. Aku memberimu waktu sampai jam istirahat makan siang. jika kau tidak bisa menemukan penghianat itu.” Agatha menghela napas. “Ganti semua bodyguard yang mengawalku.” Akhirnya Agatha masuk ke dalam mobil. Selama di dalam mobil, Agatha tidak berhenti cemas. Untuk siapapun yang berusaha membunuhnya. Agatha pastikan akan segera menangkap orang itu. Hidupnya tidak bisa tenang dan dihantui oleh kematian. Akhirnya mobil sampai juga di kantor. Dengan selamat! Agatha masuk ke dalam ruang—disambut oleh sekretarisnya. “Rapat akan dilaksanakan pukul 1
“Sial.” Agatha tidak berhenti mengumpat setelah keluar dari ruang penyidikan. “Aku yakin ada yang menyuruhnya untuk membunuhku.” Agatha mengatakannya pada polisi. Namun polisi itu menghela napas dan terlihat lelah. “Kami sudah menyelidikinya. Kami sudah datang ke tempat tinggalnya. Tidak ada tanda-tanda disuruh orang….” “Tidak mungkin.” Agatha menggeleng. “Pasti ada petunjuk… Aku sering diteror. Tidak mungkin kalau dia hanya menyukaiku. aku yakin dia memang punya niat buruk dan disuruh orang lain.” “Tenanglah..” polisi itu hanya menepuh pelan bahu Agatha. Agatha ingin melayangkan protes tapi ia ditarik oleh seseorang. Pengacara Gio. Akhirnya Agatha dan pengacara Gio berada di dalam mobil untuk berbicara. “tidak ada gunanya berbicara pada polisi. Bukti tidak ada. Mereka juga tidak akan menggap kasus ini serius.” Pengacara Gio memberikan dokumen pada Agatha. Agatha membukanya. Melihat isinya sembari dijelaskan. “Pria itu sudah 2 tahun belakangan mengincar wanita c
Agatha pulang. Berjalan gontai masuk ke dalam penthouse. Tadi.. di rumah sakit. Karena dirinya semuanya malah bertengkar. Orang tua Gio memang berpihak padanya. tapi tidak dengan nenek Gio yang begitu membencinya. Tadi di rumah sakit…. “Jangan lakukan hal itu, Mom.” Aluna lagi-lagi menarik margaret agar menjauh dari Agatha. “Gio bukan anak kecil. Dia dewasa dan dia bisa menentukan apa yang dia inginkan. Dia ingin melindungi Agatha. aku sebagai orang tua tidak bisa mencegahnya dan akan mendukungnya.” “Kamu gila? setelah melihat anakmuu sekarat kamu mengatakan hal ini?” tanya Margaret memegang lengan Aluna. “Sadarlah Aluna, Gio ditusuk pria yang mengincar wanita itu.” margaret menatap Agatha begitu benci. Aluna memijjit keningnya. “Jangan membahas hal ini lebih dulu. Kita tunggu Gio..” “Gio tahu apa yang harus dilakukannya.” Margaret menatap Ethan. “Apa yang kamu lakukan?” “Semua keputusan ada di tangan Gio. Aku sebagai orang tua tidak bisa memaksanya. Begitupun
Setelah memberikan pidato, Agatha tidak tahu Gio ke mana. Ia langsung pergi dan mencari pria itu bersama bodyguard yang lain. Tapi tubuhnya langsung kaku ketika melihat Gio yang tertusuk. Gio dibawa ke rumah sakit. Sedangkan penjahat itu sudah ditangkap dan dibawa ke kantor polisi. Agatha tidak bisa berhenti cemas. Ia menunggu Gio di depan ruang ICU. Tubuhnya berlumuran dengan darah… Agatha tidak peduli pada dirinya sendiri. Ia duduk dengan kepala yang menunduk. menunggu berjam-jam Gio yang masih mendapat perawatan oleh dokter. agatha mendongak ketika mendengar suara langkah kaki. Ia melihat kedua orang tua Gio yang baru datang. “Bagaimana keadaannya?” tanya Ethan pada Agatha. “Gio masih dirawat di dalam,” balas Agatha. Ethan menatap Agatha. “Aku yakin kamu sudah tahu kalau kita orang tua Gio. Kami juga sudah tahu kamu kekasih Gio. Kamu bisa jelaskan pada kami bagaimana semuanya bisa terjadi?” Agatha meremas pelan tangannya. Tapi—elusan lembut di bahuny
Semuanya berjalan dengan lancar. Gio yang melindungi Agatha sehingga membuat Agatha benar-benar aman. Namun, Mereka tidak bertemu beberapa hari karena Gio yang ada urusan bisnis di luar negeri. Tapi katanya akan pulang hari ini, entah jam berapa. Agatha berada di dalam mobil—ia sampai di sebuah gedung. Acara yang didatangi adalah sebuah peluncuran produk baru dan peresmian kerja sama antara Harper Advertise dengan brand tersebut. Untuk itu Agatha begitu antusias. Agatha keluar dari mobilnya.. Masuk pelan ke dalam gedung. Ternyata sudah ada beberapa orang yang datang. Semuanya berjalan dengan lancar. Sampai seorang mc menyatakan dengan resmi akan terjalin kerja sama. “Untuk Ibu Agatha waktu dipersilahkan…” Agatha mengangkat micnya. Ia tersenyum ke depan. Namun pandangannya tertuju pada satu pria yang sedang berada di antara orang-orang yang hadir. Pria itu membawa sebuah buket bunga dan tengah tersenyum kepadanya. “Saya Agatha.. saya pemimpin Harper Adve
21++ Memborgol kaki Agatha dengan sisi ranjang. Hingga kedua kaki Agatha terbuka dengan lebar. Agatha benar-benar tidak bisa bergerak. Matanya juga tertutup semuanya gelap. Namun ia menunggu apa yang akan dilakukan pria itu. Gio memasukkan jemarinya ke dalam milik Agatha. menekannya hingga membuat Agatha bergerak gelisah… “Ahh!” Agatha membuka bibirnya. Gio tersenyum miring. “Kau suka?” tanyanya. Agatha mengangguk. “Aku suka..” lirihnya. Gio menggerakkan jarinya maju mundur—menggoda milik Agatha. Agatha tidak bisa menahannya lagi—sampai pelepasannya datang juga. “Ahh!” desah Agatha ketika milik Gio mulai memenuhi miliknya. “Gio ahh!” Gio bergerak menghujam agatha lagi. Tangannya terulur mengusap pipi Agatha… Memasukkan jemarinya ke dalam bibir wanita itu. Gio terus bergerak menghujam Agatha. memenuhi milik wanita itu dengan miliknya terus menerus. Sampai ia menarik borgol di kaki Agatha. Ia mengangkat satu kaki Agatha dan kembali menghujam milik wanita i
21++ “Sayang ahh ohhh!” Gio menekan miliknya ke dalam mulut Agatha. Membuat Agatha terdorong sampai membentur pantry. Tapi untungnya telapak tangannya bergerak dengan cepat melindungi belakang kepala Agatha. Agatha melakukan tugasnya—membuat Gio semakin tergila-gila dengannya. Agatha pastikan, Gio akan semakin menyukainya. “babe..” Gio menggerakkan pinggulnya maju mundur. “Ahh babe… kau nikmat ohh!” Gio menarik Agatha kemudian menyatukan miliknya ke dalam milik Agatha. Menarik satu kaki Agatha—membawanya ke atas. Kemudian pelan-pelan menghujam milik Agatha. Tubuh Agatha terguncang.. kedua dadanya bergerak dengan pergerakan pria itu. Agatha hanya bertopang pada meja pantry sementara Gio yang terus menghujamnya. Gio menarik pinggangnya dan memutar tubuhnya. kembali menghujamnya dari belakang. Salah satu tangannya di bawa ke belakang. Gio memang mengendalikan permainan ini. Tidak berhenti sebelum dirinya puas. Meskipun Agatha kelelahan. Tapi Agatha merutuk or