Home / Fantasi / Sang Dewi / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Sang Dewi: Chapter 21 - Chapter 30

102 Chapters

Bab 21 : Alasan untuk Bertemu

Langit menunjukan waktu telah memasuki senjakala. Ketika matahari mulai tenggelam, Larasati menyelinap keluar dari pondok dengan memanjat dinding belakang, lalu melompat turun dan melangkah menuju pusat keramaian di Setana. Dari kejauhan, dia melihat sedang ada pementasan seni tayub yang dibawakan oleh beberapa sinden. Wanita-wanita tersebut bernyanyi sambil berlenggak-lenggok untuk menggiring penonton menari bersama. Larasati tersenyum menyaksikan masyarakat yang bersuka ria, mereka sangat menikmati hiburan. Semua berjalan dengan begitu damai karena masyarakat rukun dan antusias. Tak jauh dari pentas seni, Larasati melihat Lelana yang sedang berbicara pada seseorang. Lelana segera menyadari kehadiran Larasati sehingga berbalik dan tersenyum menatap gadis itu. Larasati sendiri tak tinggal diam, dia berjalan menghampiri sang pujaan hati. "Nona, di sini." Lelana melirik ke sekitar. Larasati sedikit canggung. "Ya, Anda sendiri?" "Seperti yang Nona lihat." Senyum di wajah Lelana
last updateLast Updated : 2024-06-29
Read more

Bab 22 : Kenakalan Larasati

Di pagi cerah ketika matahari telah meninggi, Larasati yang baru saja bangun tidur melangkah menuju ke kamar mandi dan berganti pakaian. Padahal saudara-saudaranya bersiap untuk belajar, tetapi gadis itu justru berjalan mengendap-endap menuju kandang. Dia menuntun seekor kuda berwarna putih, lalu menungganginya keluar dari gerbang pondok. Larasati menarik tali kekang, sebelum turun dan mengikat kuda pada pohon kecil di dekat Sungai Brantas. Ada gubuk jerami di tepi sungai sehingga dia duduk di sana sembari menikmati indahnya pemandangan alam, bahkan saking terlenanya tidak menyadari kedatangan Lelana yang sejenak tersenyum memperhatikan. “Sudah lama menunggu?” seru pria tersebut. Seketika Larasati menoleh. Dia turun dari gubuk setelah tahu siapa yang berdiri di belakang, lantas mengayunkan tungkai lebih dekat pada sang pujaan hati. “Tidak, aku juga baru sampai,” katanya. “Aku telah berjanji membawamu berkeliling Setana hari ini, jadi mari berangkat sekarang,” ajak Jaka Lelana
last updateLast Updated : 2024-07-01
Read more

Bab 23 : Cinta Atau Sahabat?

Makin malam, Larasati yang bersandar di tubuh Li Jing makin larut dalam kekacauan hati. Walau bercerita indahnya jatuh cinta, nyatanya Larasati sangat terpuruk kala mengingat sang pujaan hati."Lelana pria baik, di muka bumi ini hanya dialah yang mampu mengalihkan duniaku," ungkap Larasati.Li Jing menjadi penasaran. "Lalu bagaimana dia bisa mati?" "Itu cerita yang lain." Ingatan Larasati menerawang ke masa lampau ketika Jaka Lelana berakhir di tangan Dharmasura. "Tidak!" Waktu itu, Larasati menyaksikan Jaka Lelana tertusuk oleh pusaka magis sang Raja Asura "Kau harus tetap hidup. Aku mencintaimu, Larasati," ungkap Jaka Lelana yang sekarat di pangkuan Larasati. Sesaat kemudian, pria tersebut memejamkan mata dan mengembuskan napas terakhir. Seketika Larasati menggila, jeritannya begitu menyayat hati karena tak mampu menerima kenyataan bahwa Jaka Lelana telah kembali lebih dulu pada Sang Hyang Widhi. Air mata makin deras membasahi pipi Larasati. Dia tak mampu lagi membayangkan beta
last updateLast Updated : 2024-07-02
Read more

Bab 24 : Perselisihan Antara Ying Fei dan Larasati

Masakan di meja makan masih utuh sehingga benak Larasati bertanya-tanya, mengapa Li Jing belum sarapan walau waktu sudah siang. Kebetulan ada seorang pelayan yang sedang menyapu, bidadari itu pun menolehnya. “Bibi, apa Li Jing sudah pergi ke Studio?” tanyanya. Sembari menunduk pelayan menjawab, “Tuan Muda belum terlihat sejak pagi, Nona.” “Benarkah.” Larasati mulai merasa aneh. Wanita di hadapan berpamitan. “Permisi, Nona.” Bidadari itu membalas senyum, tak lama kemudian melangkah menaiki anak tangga dan menuju lantai atas. Setelah dia membuka pintu sebuah kamar, ternyata Li Jing masih terlelap di ranjang dengan seluruh tubuh tertutup bad cover. “Bukannya hari ini kau ada syuting?” tanya Larasati. “Kenapa malah bermalas-malasan?” Akan tetapi, hening, tak ada jawaban dari Li Jing. Karena khawatir, Larasati cepat-cepat mendekat, lantas menyibak selimut di bagian kepala sang aktor. Seketika, matanya membelalak lebar begitu melihat pria tersebut menggigil kedinginan. Perlahan
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 25 : Pertunangan Sang Atmajaya Wimala

Matahari mulai mengurangi panas dari sinarnya, pertanda waktu memasuki senja. Pada saat itu, Larasati dan Han berjalan-jalan di sekitaran taman kota.“Dunia artis memiliki banyak sekali peraturan, yang membuat kami harus melakukan penipuan publik. Juga kami punya batasan untuk menjalin hubungan asmara dengan artis lain, bahkan jika agensi kami sama-sama tidak setuju, bisa dipastikan karir kami akan hancur,” ungkap Han.“Kenapa bisa begitu?” Larasati menolehnya sesaat sebelum mengalihkan pandangan kembali ke depan. “Tapi apa pun alasannya, aku tidak menyukai sikap Ying Fei. Dia seperti sengaja melukai perasaan Li Jing.”“Kau terlihat seperti orang cemburu,” terka Han sembari memperhatikan bidadari tersebut.Larasati tersenyum jengah menyikapi. “Aku ini temannya, mana mungkin cemburu? Aku hanya tidak suka melihat Li Jing dipermainkan,” terangnya. “Saat Li Jing mabuk, dia berkata tidak ingin kehilanganku. Kalau aku pergi dia benar-benar sendiri.”Sejenak Han berpikir keras hingga mengeru
last updateLast Updated : 2024-07-03
Read more

Bab 26 : Hadiah Ulang Tahun Ying Fei

Di bumi, Li Jing menggandeng tangan Larasati, sebelum memasuki acara pesta Ulang Tahun Ying Fei yang ke-27. Bidadari tersebut tampil beda dengan balutan busana seksi berwarna maron serta rambut yang dibiarkan terurai, sedangkan Li Jing mengenakan pakaian formal berkemeja hitam. Keduanya melangkah menghampiri Ying Fei dan Han berada di koridor depan. Tentu saja aktris tersebut masih mengingat perkataan Madam sehingga matanya tak berkedip sewaktu melihat Larasati."Selamat, Ying Fei, kau telah memasuki usia matangmu," ucap Larasati sembari tersenyum. Ying Fei menjadi sedikit gugup. "Ya, terima kasih.""Aku akan memberikan hadiahmu nanti. Kau pasti menyukainya," kata Larasati yang menatap misterius.Muncul firasat buruk di benak Ying Fei, walau begitu, dia masih bersikap ramah. "Tak masalah. Nikmatilah pestanya." Ying Fei segera mendekat pada Li Jing, lalu menggandeng tangan pria itu dan membawanya menjauh dari Larasati. Hal tersebut membuat Larasati tersenyum angkuh menyikapi, bahkan
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab 27 : Melamar Ying Fei

Karena mendengar suara bel yang dipencet berulang kali, Han pun segera membuka pintu rumah, yang ternyata Li Jing telah berdiri di luar dengan tatapan dingin. "Oh, kau," sapa Han sembari tersenyum.Li Jing tidak ingin berbasa-basi sehingga langsung saja menjelaskan, "Aku datang untuk menjemput Larasati." "Sayang sekali ... dia tidak ada di sini, sudah pergi sekitar lima menit lalu." Ekspresi gerak bibir di wajah Han makin mengembang. Dahi Li Jing seketika mengerut menyikapi. "Ke mana?" Seraya mengangkat pundak beserta kedua telapak tangan, Han berkata, "Aku tak tau."***Sejauh mata memandang, Li Jing yang mengemudikan mobil masih tidak melihat Larasati. Tentu saja, Li Jing menjadi khawatir sebab bidadari tersebut sudah tidak pulang semalaman. Terdengar notifikasi We Chat sehingga Li Jing segera menyambar smartphone di bagasi depan, lalu melihat siapa yang mengirim pesan.[Di pantai.] Cepat-cepat, dia memutar balik mobil melesat menuju ke Wuchang River Beach yang masih berada di
last updateLast Updated : 2024-07-04
Read more

Bab 28: Penderitaan Abadi

Larasati yang baru saja selesai memasak pagi, dikejutkan oleh suara bel berbunyi. Dia segera membuka pintu, lalu melihat lima orang berdiri di luar rumah.“Oh, ini yang namanya Larasati?” terka gadis berusia sekitar 22 tahun dengan sinisnya.Pandangan seorang pria berusia 30 menelisik. “Dia cukup cantik!”“Kau benar, Paman,” sahut pemuda berusia sekitar 26 tahun. Hal tersebut membuat seorang pria paruh baya berdeham melirik ketiganya. “Diam!” bentak seorang wanita paruh baya yang lalu menatap tajam Larasati.“Di mana Li Jing?” desak wanita berambut pendek dengan aksesori kalung mutiara besar dan mengenakan gaun semata kaki itu. Sembari memperhatikan semua orang, Larasati menjawab,” Ada, tapi siapa kalian?”“Kami keluarganya,” terang pria paruh baya. “Aku Tang Zizi, pamannya, dan dia Xiao Lu, bibinya.” “Mereka bertiga sepupu Li Jing, Yu er, Zhao Jinmai, dan Wen Yang.”“Silakan masuk.” Ketika Larasati memberi jalan, Xiao Lu melangkah masuk lebih dulu seraya melihat ke lantai atas.“
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 29: Kembali ke Indonesia

Saat Li Jing datang ke rumah Han, si pemilik rumah sedang duduk di sofa ruang tamu dengan posisi menyilangkan kaki, sementara tangan pria berkemeja hitam tersebut sibuk mengetik sesuatu di laptop. “Di mana Larasati?” tanya Li Jing. Han menolehnya, lantas menjawab, “Dia ada di kamarku.”Tanpa menunggu lagi, Li Jing menuju ke tempat yang dimaksud. Setelah melalui pintu terbuka, dia melihat Larasati tengah terlelap di ranjang. Posisi bidadari tersebut meringkuk dengan kimono handuk membungkus tubuhnya.Pikiran Li Jing menjadi liar, sampai-sampai menduga bahwa Larasati telah melakukan sesuatu yang kotor bersama Han. Hingga tak lama kemudian, Larasati menggeliatkan tubuh dan membuka mata. “Kau datang menjemputku?” Baru saja Larasati beralih ke posisi duduk, Li Jing sudah mendekat, lalu secara tiba-tiba menyambar tangannya dan menyeretnya keluar dari kamar.“Ayo pergi,” ajak Li Jing.Larasati menatap tak mengerti. “Tapi kenapa?” Sementara itu, Han telah berdiri di luar sehingga Li Jing
last updateLast Updated : 2024-07-05
Read more

Bab 30: Maylano

Setiba di Indonesia, Larasati yang baru keluar dari bandara memandangi langit cerah sampai-sampai tersenyum sendiri ketika menarik napas lega. Sebelum akhirnya, bidadari itu berjalan sembari menggeret ransel. Dia menghentikan satu taksi di jalanan, lalu memasukinya dengan membuka pintu terlebih dahulu. Tanpa menunggu lama, kereta tanpa kuda melesat menjauh. Akan tetapi, karena siang begitu panas, Larasati meminta sopir untuk menunggu sebentar, sementara dia turun dan melangkah menuju salah satu minimarket dari deretan ruko berjajar. Pada saat bersamaan, ada seorang anak laki-laki yang berlari cepat dari kejaran orang-orang, bahkan hampir menabrak Larasati. Untung saja bidadari bergaun putih semata kaki itu menghindar dengan cara memiringkan tubuh sehingga anak laki-laki tersebut jatuh tersungkur di tanah. Sejenak, Larasati memperhatikannya meringis kesakitan. Namun, sesaat kemudian, orang-orang telah datang dan memukuli anak tersebut. “Rasakan kau, ya!” “Dasar maling!” “Masih ke
last updateLast Updated : 2024-07-06
Read more
PREV
123456
...
11
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status