Beranda / Fantasi / Sang Dewi / Bab 26 : Hadiah Ulang Tahun Ying Fei

Share

Bab 26 : Hadiah Ulang Tahun Ying Fei

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-04 09:14:16

Di bumi, Li Jing menggandeng tangan Larasati, sebelum memasuki acara pesta Ulang Tahun Ying Fei yang ke-27. Bidadari tersebut tampil beda dengan balutan busana seksi berwarna maron serta rambut yang dibiarkan terurai, sedangkan Li Jing mengenakan pakaian formal berkemeja hitam. Keduanya melangkah menghampiri Ying Fei dan Han berada di koridor depan. Tentu saja aktris tersebut masih mengingat perkataan Madam sehingga matanya tak berkedip sewaktu melihat Larasati.

"Selamat, Ying Fei, kau telah memasuki usia matangmu," ucap Larasati sembari tersenyum.

Ying Fei menjadi sedikit gugup. "Ya, terima kasih."

"Aku akan memberikan hadiahmu nanti. Kau pasti menyukainya," kata Larasati yang menatap misterius.

Muncul firasat buruk di benak Ying Fei, walau begitu, dia masih bersikap ramah. "Tak masalah. Nikmatilah pestanya."

Ying Fei segera mendekat pada Li Jing, lalu menggandeng tangan pria itu dan membawanya menjauh dari Larasati. Hal tersebut membuat Larasati tersenyum angkuh menyikapi, bahkan
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Sang Dewi   Bab 27 : Melamar Ying Fei

    Karena mendengar suara bel yang dipencet berulang kali, Han pun segera membuka pintu rumah, yang ternyata Li Jing telah berdiri di luar dengan tatapan dingin. "Oh, kau," sapa Han sembari tersenyum.Li Jing tidak ingin berbasa-basi sehingga langsung saja menjelaskan, "Aku datang untuk menjemput Larasati." "Sayang sekali ... dia tidak ada di sini, sudah pergi sekitar lima menit lalu." Ekspresi gerak bibir di wajah Han makin mengembang. Dahi Li Jing seketika mengerut menyikapi. "Ke mana?" Seraya mengangkat pundak beserta kedua telapak tangan, Han berkata, "Aku tak tau."***Sejauh mata memandang, Li Jing yang mengemudikan mobil masih tidak melihat Larasati. Tentu saja, Li Jing menjadi khawatir sebab bidadari tersebut sudah tidak pulang semalaman. Terdengar notifikasi We Chat sehingga Li Jing segera menyambar smartphone di bagasi depan, lalu melihat siapa yang mengirim pesan.[Di pantai.] Cepat-cepat, dia memutar balik mobil melesat menuju ke Wuchang River Beach yang masih berada di

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-04
  • Sang Dewi   Bab 28: Penderitaan Abadi

    Larasati yang baru saja selesai memasak pagi, dikejutkan oleh suara bel berbunyi. Dia segera membuka pintu, lalu melihat lima orang berdiri di luar rumah.“Oh, ini yang namanya Larasati?” terka gadis berusia sekitar 22 tahun dengan sinisnya.Pandangan seorang pria berusia 30 menelisik. “Dia cukup cantik!”“Kau benar, Paman,” sahut pemuda berusia sekitar 26 tahun. Hal tersebut membuat seorang pria paruh baya berdeham melirik ketiganya. “Diam!” bentak seorang wanita paruh baya yang lalu menatap tajam Larasati.“Di mana Li Jing?” desak wanita berambut pendek dengan aksesori kalung mutiara besar dan mengenakan gaun semata kaki itu. Sembari memperhatikan semua orang, Larasati menjawab,” Ada, tapi siapa kalian?”“Kami keluarganya,” terang pria paruh baya. “Aku Tang Zizi, pamannya, dan dia Xiao Lu, bibinya.” “Mereka bertiga sepupu Li Jing, Yu er, Zhao Jinmai, dan Wen Yang.”“Silakan masuk.” Ketika Larasati memberi jalan, Xiao Lu melangkah masuk lebih dulu seraya melihat ke lantai atas.“

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Sang Dewi   Bab 29: Kembali ke Indonesia

    Saat Li Jing datang ke rumah Han, si pemilik rumah sedang duduk di sofa ruang tamu dengan posisi menyilangkan kaki, sementara tangan pria berkemeja hitam tersebut sibuk mengetik sesuatu di laptop. “Di mana Larasati?” tanya Li Jing. Han menolehnya, lantas menjawab, “Dia ada di kamarku.”Tanpa menunggu lagi, Li Jing menuju ke tempat yang dimaksud. Setelah melalui pintu terbuka, dia melihat Larasati tengah terlelap di ranjang. Posisi bidadari tersebut meringkuk dengan kimono handuk membungkus tubuhnya.Pikiran Li Jing menjadi liar, sampai-sampai menduga bahwa Larasati telah melakukan sesuatu yang kotor bersama Han. Hingga tak lama kemudian, Larasati menggeliatkan tubuh dan membuka mata. “Kau datang menjemputku?” Baru saja Larasati beralih ke posisi duduk, Li Jing sudah mendekat, lalu secara tiba-tiba menyambar tangannya dan menyeretnya keluar dari kamar.“Ayo pergi,” ajak Li Jing.Larasati menatap tak mengerti. “Tapi kenapa?” Sementara itu, Han telah berdiri di luar sehingga Li Jing

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-05
  • Sang Dewi   Bab 30: Maylano

    Setiba di Indonesia, Larasati yang baru keluar dari bandara memandangi langit cerah sampai-sampai tersenyum sendiri ketika menarik napas lega. Sebelum akhirnya, bidadari itu berjalan sembari menggeret ransel. Dia menghentikan satu taksi di jalanan, lalu memasukinya dengan membuka pintu terlebih dahulu. Tanpa menunggu lama, kereta tanpa kuda melesat menjauh. Akan tetapi, karena siang begitu panas, Larasati meminta sopir untuk menunggu sebentar, sementara dia turun dan melangkah menuju salah satu minimarket dari deretan ruko berjajar. Pada saat bersamaan, ada seorang anak laki-laki yang berlari cepat dari kejaran orang-orang, bahkan hampir menabrak Larasati. Untung saja bidadari bergaun putih semata kaki itu menghindar dengan cara memiringkan tubuh sehingga anak laki-laki tersebut jatuh tersungkur di tanah. Sejenak, Larasati memperhatikannya meringis kesakitan. Namun, sesaat kemudian, orang-orang telah datang dan memukuli anak tersebut. “Rasakan kau, ya!” “Dasar maling!” “Masih ke

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Sang Dewi   Bab 31: Naik ke Kayangan Agnicaya

    Di kayangan tempat para dewa, suasana begitu asri. Pemandangan taman surga menyajikan keindahan sosok-sosok bidadari yang berlalu lalang dan tertawa renyah. Burung-burung pipit beterbangan di langit, bahkan kesejukan silir angin turut menyambut ketika Larasati berjalan memasuki istana. Sesekali, dia berpapasan dengan para peri yang segera menaruh rasa hormat saat melihatnya. Namun, karena yang dituju sang Atmajaya Wimala, Larasati hanya membalas senyum sembari mengedarkan padangan ke sekitar, hingga tanpa sengaja bertemu Hastapati di aula. “Laras Dewi, kebetulan kau berada di sini,” sapa sang Dewa Perang. Bidadari itu pun menunduk untuk memberi salam, sebelum mengangkat wajah kembali dan menatap Hastapati. “Aku harus ingatkan padamu. Putra Mahkota telah kutunangkan dengan putriku Randita. Sebaiknya, kau menjaga jarak meski Dewa Mandala temanmu,” pinta Hastapati. Tentu saja hal tersebut membuat Larasati terkejut, selama ini, Mandala tidak pernah bercerita bahwa dia akan menikah. Wa

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-06
  • Sang Dewi   Bab 32: Pertarungan Larasati Melawan Hastapati

    Di dapur istana langit, Larasati memasukkan satu per satu bahan-bahan yang tersedia di meja batu kristal ke dalam kulah. Ketika dia sibuk meracik ramuan, Wening Sari datang menghampirinya. "Baru juga kembali dari bumi, tapi sudah sesibuk ini!” sindir bidadari bertubuh semampai tersebut.Sembari terus membubuhi penyegar dengan beberapa sari, Larasati tersenyum menyikapi. "Selagi aku bisa melakukannya.”"Memang untuk siapa ini?" Wening Sari menatap tak mengerti."Untuk Dewa Mandala," terang Larasati.Wening Sari tercedak heran. "Kau bersikap seolah-olah kau ini istrinya.""Aku dan dia memiliki hubungan yang dekat sebagai teman, wajar saja kalau perhatian,” kata Larasati.Wening Sari mangut-mangut. “Ya, ya, ya." Sejenak Larasati terdiam karena merasa ada yang kurang dari racikan di dalam kulah, lantas menoleh Wening Sari di samping kanan. "Aku harus memetik apel putih. Jadi, tolong jaga penyegarku sebentar. Aku akan segera kembali," pintanya."Tak masalah,” sahut Wening Sari.Larasati

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-07
  • Sang Dewi   Bab 33: Pertarungan Larasati Melawan Sujatmika

    Tiga hari telah berlalu. Kini, pengadilan langit dipenuhi oleh para dewa yang ingin melihat jalannya sidang antara Larasati dan Hastapati. Selain itu, sang Dewa Perang sendiri sudah mengawali menunggu dengan didampingi Randita. Ada pula Gandasastra yang datang bersama Tantramana menempati barisan paling depan. Sementara itu, sang Atmajaya Wimala selaku putra mahkota memasuki ruangan tepat waktu, selanjutnya duduk di singgasana. Menyusul kemudian, Wening Sari yang menatih Larasati agar melangkah hati-hati ke sebelah kiri Hastapati.Setelah semua dewa-dewi duduk di tempat masing-masing, Tirtayasa, dewa yang memiliki wewenang dalam menentukan hukuman, segera memulai sidang. "Laras Dewi dan Dewa Perang Hastapati, Dewa-Dewi telah membuat kekacauan di istana langit dengan perkelahian Dewa-Dewi berdua. Akibatnya, Dewa-Dewi terluka dengan sangat parah, selain itu beberapa properti istana rusak. Lalu, bagaimana kalian akan menyelesaikan ini?" tanya Tirtayasa."Mengenai perkelahian, saya men

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-07
  • Sang Dewi   Bab 34: Panglima Perang Karpala

    Walau masalah dengan Sujatmika belum terpecahkan, Larasati masih bisa pergi kayangan untuk membuat ekstra bunga, sedianya cairan bening yang dia masukan ke dalam botol kecil tersebut akan dibawanya turun ke bumi sebagai persediaan, mengingat bahwa inti sarinya telah rusak.Sembari tersenyum memperhatikan yang di tangan kanan, Larasati melangkah menuju pagar pembatas dapur. Sejenak, dia mengalihkan perhatian, lantas memandangi awan-awan berjalan juga burung-burung pipit yang beterbangan. “Aku memiliki banyak ekstra bunga, kenapa tidak meminta saja padaku?” tanya Mandala. Seketika Larasati menolehnya yang berjalan menghampiri, kemudian bersandar ke teralis. “Dewa, kau rupanya.”“Melihatmu di kayangan akhir-akhir ini, aku merasa sedikit tenang.” Senyum menghias di wajah tampan Mandala yang menatap indahnya langit.Larasati terbawa perasaan, sampai-sampai mengira bahwa sang Atmajaya Wimala menyukainya. “Dewa merindukanku?” celetuknya.“Bukan, tapi karena kau selalu berbuat kekacauan di

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-08

Bab terbaru

  • Sang Dewi   Bab 102 : Tamat

    Kembalinya sang Atmajaya Wimala ke Agnicaya dengan membawa Shima Dahyang cukup mengejutkan para dewa, tak terkecuali Randita. Bagaimana tidak, Mandala mengumumkan jika dia akan menikahi Dewi Agung dari Candracaya tersebut sesuai tanggal yang telah ditentukan, padahal mereka berdua tak pernah terlihat menjalin hubungan. Kekecewaan seketika tersirat dari mata Randita yang berdiri di antara para bidadari. Selain luka karena patah hati, dia juga tak menyangka bahwa Hastapati, ayahnya, berada di belakang Mandala dan Shima Dahyang untuk memberi dukungan penuh. Randita benar-benar tak bisa menahan air matanya agar tak terjatuh sehingga lekas berbalik. Masalah kehadiran Rara Kinasih masih tak bisa dia terima, kini sudah bertambah kenyataan pahit lagi. Kini, langkah wanita itu makin berat oleh beban kebencian dalam hati. Hanya Shima Dahyanglah satu-satunya yang menyadari ekspresi wajah Randita. Meski demikian, sang Dewi Agung tetap menebar senyum pada semua para makhluk abadi langit di aul

  • Sang Dewi   Bab 101: Keputusan Sepihak

    Pagi itu, Shima Dahyang keluar dari kediaman dan langsung disuguhkan dengan pemandangan sang Atmajaya Wimala yang sedang mengelus-elus tubuh harimau putih di bawah pohon cempaka. Meski semula masih merasa canggung, wanita yang mengenakan kemban berwarna gading serta bawahan sutra bermotif batik tersebut mengayunkan tungkai menghampiri mereka berdua."Lukamu sudah baik-baik saja?" tanyanya.Mandala yang tak bergeming tersenyum menyikapi. "Menyerap sebagian intisari dari dewi berusia ribuan tahun, membuatku merasa lebih bugar," jawabnya.Embusan napas lelah keluar dari hidung Shima Dahyang. "Kau tak pernah berubah, entah sebagai Atmajaya Wimala atau Jaka Lelana selalu mempermainkanku.""Aku tidak bermaksud mempermainkamu," sahut sang Dewa. "Situasilah yang membuatku terpaksa melakukan semua.""Apa ini sebuah penjelasan?" Sebelah alis Shima Dahyang meninggi.Mandala sendiri segera berdiri, kemudian berbalik untuk menatap lawan bicaranya itu. Tentu saja, dia tahu bahwa Shima Dahyang menye

  • Sang Dewi   Bab 100: Penyembuhan

    Pada waktu Shima Dahyang masih sibuk membicarakan sesuatu dengan Randita, Rara Kinasih palsu memijakkan kaki di kediaman Dewi Agung yang masih berada di sekitar Taman Arutala. Pemandangan tirai-tirai berwarna merah jambu yang berkibaran tertiup angin menyambut sang Atmajaya Wimala. Beberapa aksesori bebatuan kristal berbentuk padma serta perabotan dari emas putih juga menghiasi ruangan tersebut. Walau begitu perhatian Mandala hanya terfokus pada cermin ukir di atas meja. Tanpa menunggu lagi, dia pun memegang gagang benda pusaka itu untuk melihat bayangan diri sendiri. Seketika cermin mengeluarkan cahaya silau, lantas menampilkan wujud sepasang kekasih dari alam berbeda yang memiliki paras serupa dengan Mandala dan Shima Dahyang. Pria di cermin memeluk wanita yang tengah terluka parah penuh sayatan, seakan-akan menegaskan bahwa cinta mereka tak terpisahkan hingga akhir. Namun, sayang sebelum semua menjadi lebih jelas, terdengar langkah kaki Shima Dahyang memasuki ruangan sehingga Ra

  • Sang Dewi   Bab 99: Penyamaran

    Atas undangan Shima Dahyang, Rara Kinasih datang ke Candracaya. Dia langsung diarahkan memasuki Taman Arutala oleh Sekar Langit, meski selanjutnya harus berjalan sendiri untuk menemui sang Dewi Agung. Sebelumnya, putri dari istri pertama Hastapati tersebut telah mengantongi informasi seputar si adik yang tinggal di sana sebagai pelayan, bahkan pada kesempatan kali ini, dia berharap bertemu Rara Kinasih guna memberi pelajaran karena telah berani naik ke kayangan. Benar saja, Randita berpapasan dengan sesosok peri yang membawa nampan berisi daging mentah sewaktu melewati pohon bunga cempaka putih. Tanpa basa-basi, lantas bidadari bergaun biru tersebut menarik lengan kanan wanita dari arah berlawanan sampai-sampai berbalik menatap dirinya, sementara nampan pelayan tersebut langsung jatuh ke tanah. "Rara Kinasih!" gerutunya, tetapi setelah diamati ternyata sosok di hadapan memiliki wajah berbeda dari si adik. "Kau bukan Rara Kinasih?" "Randita!" Demikian, sang Atmajaya Wimala ya

  • Sang Dewi   Bab 98: Memperhatikan

    Dua hari sudah sang Atmajaya Wimala tinggal di Candracaya dalam wujud Rara Kinasih, walau masih sulit mendapatkan kepercayaan Shima Dahyang, setidaknya kini dia selalu berada dekat dengan wanita yang telah membuat hatinya galau itu. Bagi Mandala, hal ini sudah cukup membuatnya merasa tenang daripada hanya berdiam diri di Taman Asmaradahana untuk menikmati kegelisahan. Karena semenjak kebangkitan Larasati, perasaan cinta kian hari justru kian menyiksa batin sehingga mau tak mau sang Dewa harus menghalalkan segala cara agar bisa bertemu. Layaknya pelayan, sore ini Rara Kinasih berjalan menghampiri Shima Dahyang yang sedang duduk sembari mengelus manja harimau putih di Taman Arutala. Tak lupa pria tersebut juga membawa cawan berisi ramuan, yang setelah bersimpuh, dia letakkan ke meja batu ukir. "Ternyata Sang Dewi sangat menyukai kucing besar," celetuknya. Keangkuhan terlihat jelas saat Shima Dahyang tersenyum menyikapi. "Kalau kau setia, aku juga akan menyukaimu." Sebab tak tahu har

  • Sang Dewi   Bab 97: Rara Kinasih

    Sesuai titah Shima Dahyang, Sekar Langit menemui sesosok peri, lalu bersama-sama mengantar Rara Kinasih menuju Taman Arutala. Di sana terdapat sebuah bangunan berornamen emas. Pun sesaat setelah mereka bertiga memasuki salah satu ruangan kamar di dalamnya, Sekar Langit berbalik untuk berhadapan dengan Rara Kinasih di belakang, sementara si peri segera undur diri. "Di sinilah Dewi akan tinggal," jelas wanita berambut panjang bergelombang itu. "Di sebelah, merupakan kamar milik Dewi Agung. Sang Dewi sangat membenci kebisingan, jadi mohon agar Anda selalu menjaga sikap." Senyum menghiasi wajah Rara Kinasih yang lantas mengangguk. "Saya mengerti." Akan tetapi, kemudian mata tajam Sekar Langit beralih fokus ke arah luar dari tirai. "Kumbang Lanang biasanya berkeliaran di sekitar sini," katanya. "Rara Dewi harus lebih berhati-hati karena mungkin dia akan agresif pada penghuni baru." "Tak perlu khawatir, saya bisa bisa melindungi diri sendiri," balas Rara Kinasih. Sekar Langit percaya

  • Sang Dewi   Bab 96: Menghapus Kenangan

    Sembari duduk pada sebuah batu kristal, Shima Dahyang mengelus puncak kepala harimau putih yang sedang menunjukkan sikap manja. Matanya begitu teduh ketika beralih memperhatikan sekitar, di mana banyak pantulan cahaya putih menembus Taman Arutala. Meski meski sekian lama tak dapat singgah untuk menenangkan diri seperti sekarang, dia seakan-akan tak merasakan adanya perubahan. Perlahan, sang Dewi Agung berdiri, lantas berjalan ke tengah-tengah sehingga bayangan dirinya tergambar jelas pada lantai sebening air. Pandangannya memang tertuju pada langit-langit, tetapi ingatannya menerawang ke masa-masa sulit kala hidup sebagai manusia fana. Kutukan raja asura berkepala kambing memang menjadi kenyataan, Shima Dahyang mengalami penderitaan sewaktu menjalani kehidupan Larasati yang jatuh cinta kepada Jaka Lelana, bahkan hingga berstatus abadi pun masih dipermainkan oleh sang Atmajaya Wimala. Itulah alasan mengapa wanita tersebut tak mengambil sikap setelah kembali menemukan kesejatian dir

  • Sang Dewi   Bab 95: Bangunnya Shima Dahyang

    Begitu menyakitkannya hidup yang Larasati alami, cinta telah membuatnya terluka hingga begitu dalam. Walau terpuruk, kali kini, dia sudah mengikhlas apa yang terjadi, bahkan berniat melepas segala keterikatan duniawi. Setiap langkah pada perbukitan terjal menuju puncak gunung kian pasti, hatinya mantap untuk menyerahkan semua masalah kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tak ada takdir yang bisa ditolak, tetapi yoga brata bisa membawa siapa saja menuju kedamaian, meski harus lenyap dari semesta alam. Dari kejauhan, Li Jing menatap kepergian bidadari itu untuk selamanya. Memang berat jika dia harus melepas si sahabat, sayangnya Larasati kukuh pada pendirian sehingga pria tersebut tak mampu menghentikannya. Maylano demikian, anak itu sungguh tidak menginginkan nyonyanya pergi secepat ini. Namun, bagaimanapun dia mengerti bahwa penderitaan cinta Larasati begitu dalam, mau tak mau Maylano harus membiarkannya memutuskan jalan demi menemukan kebahagiaan. "Hei, bocah, pergilah denganku ke China, a

  • Sang Dewi   Bab 94: Memutuskan Segala Ikatan

    Seakan-akan seperti mengulang masa lalu, sang Atmajaya Wimala duduk di samping Larasati yang telah direbahkan pada kasur awan. Dengan kekuatan adikodrati, pria tersebut mengarahkan tangan kanan sehingga perlahan darah merah Sujatmika tertarik keluar melalui mulut Larasati, lantas melayang di udara. Namun, setelah membuangnya ke sembarang arah, Mandala justru terbatuk-batuk sampai percikan cairan berwarna putih melekat pada telapak tangannya. Selain menahan nyeri di dada, pandangan Mandala sedikit kabur, walau begitu tetap memutuskan berdiri dan melangkah pergi. Sesaat kemudian, Larasati membuka mata sampai-sampaiterkejut ketika menemukan diri sedang berada di Taman Asmaradahana. Bergegas bidadari itu beralih ke posisi duduk. Saat bola matanya bergerak memindai ke sekitar, dia melihat darah merah yang membekas pada lantai awan. Sejenak pikirannya dipenuhi tanda tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi sewaktu diculik Sujatmika, sebelum mengalihkan perhatian dan malah menemukan berca

DMCA.com Protection Status