Home / Pernikahan / Istri Kedua Om Bara / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Istri Kedua Om Bara: Chapter 11 - Chapter 20

114 Chapters

11. Teguran Bara

“Tiap malam pulang larut dan selalu diantarkan pulang oleh pacarmu lagi?” tegur Bara sejak tadi memperhatikan kepulangan Keira dari balik jendela.Akhirnya, setelah hampir sebulan, Bara memberanikan diri untuk buka suara saat melihat Keira selalu pulang malam diantar oleh lelaki yang sama. Selama ini, sengaja ia diam saja, membiarkan Keira melakukan apa yang diinginkannya. Bara ingin melihat sampai kapan dan sejauh mana Keira akan terus keluar malam bersama pacarnya. Selain itu, dia juga tidak ingin kembali diacuhkan oleh Keira selama seminggu lebih, seperti yang terjadi saat dia memaksa Keira sarapan sehari setelah pernikahan siri mereka.Namun, kali ini Bara merasa tak bisa diam saja karena dianggapnya Keira sudah keterlaluan. Kalau hanya sekedar sampai seminggu, Bara masih bisa menoleransinya. Tetapi hampir genap sebulan, Keira selalu pergi pagi dan pulang malam bersama seorang pemuda, Bara merasa perlu angkat bicara.“Om kan bisa lihat sendiri! Untuk apa sih nanya sesuatu yang u
Read more

12. Surat Perpisahan

Kevin baru saja menerima sebuah surat yang diantar oleh satpam rumahnya. Surat itu dari Keira, pacarnya yang sudah hampir 3 tahun bersamanya. Dengan penuh penasaran dan perasaan yang bercampur aduk, ia membuka surat tersebut dan mulai membacanya.Dear Kevin,Maafin aku karena harus mengakhiri hubungan kita dengan cara kayak ini. Aku terlalu takut dan enggak sampai hati untuk bilang langsung sama kamu, Kevin. Aku tahu dengan datangnya surat ini, mungkin akan menyakiti kamu, dan itu adalah hal terakhir yang enggak ingin aku lakukan.Selama kita pacaran, aku sudah melalui begitu banyak hal yang menyenangkan sama kamu, dan aku sangat menghargai setiap momen yang kita habiskan berdua. Kamu adalah orang terbaik yang pernah aku kenal, dan aku beruntung bisa menjadi bagian dari hidup kamu.
Read more

13. Kejujuran Tertahan

Keira merasa hatinya hancur kala matanya menembus langsung ke dalam pancaran mata Kevin. Dia tak sanggup mengatakan yang sebenarnya. Bagaimana ia bisa menjelaskan situasi yang sebenarnya kepada Kevin? Bagaimana dia bisa menjelaskan bahwa pernikahan terpaksa dengan Om Bara adalah jalan satu-satunya untuk menutupi kehamilannya?Namun, di depan mata Kevin yang penuh harap, Keira tahu bahwa ia harus mengatakan sesuatu. Tapi kata-kata itu terjebak di tenggorokannya, dan yang bisa dia lakukan hanyalah membiarkan air mata mengalir perlahan di pipinya.Di sela-sela air mata yang mengalir, pikirannya sedang berkelana untuk mencari alasan yang tepat supaya Kevin bisa menerima permintaan putusnya, tanpa perlu menyakiti hati lelaki yang ia cintai itu.“M–maaf, Kevi
Read more

14. Kecewa Mendalam

“Jawab, Kei! Jangan bikin aku mengartikan diamnya kamu sebagai jawaban kalau memang benar, kamu mutusin aku karena nikah sama Bapak-bapak ini! Bukan itu ‘kan alasan sebenarnya?” suara Kevin bergetar, penuh dengan emosi yang bercampur aduk antara marah, kecewa, dan patah hati.Kevin tak ingin mempercayai begitu saja ucapan Bapak-bapak yang tiba-tiba muncul dan mengaku-ngaku kalau Keira adalah istrinya.Namun, diam dan tangis Keira, seolah bisa menjadi jawaban bisu atas pertanyaan Kevin yang tak kunjung terurai dari bibir indah kekasihnya. Mengenal Keira sejak awal semester perkuliahan, membuat Kevin tahu betul bahwa diamnya Keira berarti kebenaran yang pahit. Jika tuduhan itu salah, Keira pasti sudah membela diri den
Read more

15. Sedih Bercampur Kesal

Setelah Kevin pergi, Keira tak henti-hentinya menangis tersedu-sedu di kamarnya. Tangisannya menggema, memenuhi setiap sudut ruangan dengan kepedihan yang mendalam. Ia merasa bersalah telah menyakiti hati Kevin, tetapi ia juga tidak tahu harus berbuat apa. Kesedihannya seperti ombak yang terus-menerus menghantam hatinya tanpa ampun. Hatinya bagaikan disayat sembilu, setiap helaan nafas terasa berat dan menyakitkan. Ia memeluk bantal erat-erat, mencoba membendung air mata yang terus mengalir tanpa henti.Sementara itu, Bara sengaja membiarkan Keira menenangkan diri. Ia tahu, tak ada yang bisa ia lakukan untuk memperbaiki suasana hati gadis itu. Tatapan mata Keira sebelumnya begitu tajam, seolah ingin membunuhnya jika gadis itu punya kesempatan.Bara duduk di ruang tamu, merasa tak berdaya.  Perasaan bersal
Read more

16. Kecurigaan Vera

“Tidur di mana semalam kamu, Mas? Kenapa tidak pulang?” desak Vera dengan nada tajam, kecurigaan tergambar jelas di wajahnya. “Ada pertemuan bisnis lagi?”Bara terkejut mendengar suara Vera. Tidak menyangka istrinya sudah berada di hadapannya ketika ia baru saja membuka pintu rumahnya. Terlalu sibuk dengan pikirannya tentang Keira, yang tampaknya masih memendam kekesalan padanya dan tak mau sering-sering didatangi, membuat Bara sampai tidak mendengar langkah kaki Vera yang mendekat. “Maaf, Ve,” desah Bara dengan suara tertekan. Wajahnya terlihat begitu letih dan keruha. “Ada masalah yang harus aku urus.”Bara sudah malas memberitahukan pada istrinya itu kemanapun ia pergi, sekalipun hanya untuk sekedar alasan atau berbohong. Percuma, mau ia berkata jujur atau pun dusta, istrinya itu tak akan percaya dengan perkataannya.“Masalah apa yang akhir-akhir ini membuatmu menjadi sering pulang terlambat dan terkadang sama sekali tidak pulang ke rumah?” gerutu Vera, matanya memancarkan keger
Read more

17 Hilang Kesabaran

“Pagi sekali keberangkatanmu ke Kantor, Mas? Sudah bosan sarapan bersama istri dan anakmu?! Atau sudah tidak sabar untuk melepas rindu dengan sekretaris barumu?!” tuding Vera menyilangkan kedua tangannya di atas dada dengan tatapan sedemikian tajamnya.Kecurigaan tak mau hilang juga dari benak dan sanubari Vera. Semenjak suaminya itu mempunyai sekertaris baru dan juga menjadi wali anak gadis mendiang Mahesa, Vera tak pernah merasakan ketentraman singgah di hatinya.Vera takut suaminya berpaling darinya. Ia takut Bara akan meninggalkannya suatu saat nanti demi wanita lain. Dilandasi oleh trauma masa lalu, membuat Vera sangat takut nasib malang yang pernah dialami ibunya terjadi padanya. Ia tidak mau suaminya tergoda. Apalagi sampai memutuskan berse
Read more

18. Keira Jatuh Sakit

Bara kira dengan mencoba memahami istrinya, Vera akan berhenti merepet dan berhenti mencurigainya Namun, ternyata dugaannya salah. Meski sebulan sudah berlalu, semenjak ia kelepasan dan tanpa sadar menampar istrinya, Vera tetap saja penuh curiga dan tak berhenti melontarkan gerutuan padanya.Sia-sia saja ia sudah berusaha pulang secepatnya dari kantor. Kunjungan ke rumah Keira pun sudah ia batasi karena kebetulan ia sedang mencoba menepati janjinya atas permintaan gadis itu sendiri.Akhirnya Bara menyerah, ia kembali malas pulang ke rumah dan memilih menenggelam diri dalam lautan pekerjaan.Hanya hari minggu saja terkadang ia betah di rumah. Bagaimana pun ia juga seorang ayah dan ia menyediakan waktu pada hari minggu untuk bercengkrama dengan putrinya. Itu pun kala
Read more

19. Prioritas Utama

Keira membuka matanya perlahan dan mengerjap beberapa kali, mencoba menyesuaikan pandangannya dengan cahaya di sekitarnya. Namun, begitu melihat wajah Bara yang tersenyum tipis di sebelah ranjangnya, rasa kesal langsung menyeruak dari dalam dada. “Kenapa sih setiap aku di rumah sakit, orang pertama yang aku lihat pasti Om Bara?!”  keluh Keira, suaranya penuh nada sebal. Ia memicingkan mata tajam menatap pria yang duduk di samping ranjang rawatnya.Suara tetesan infus yang jatuh satu demi satu dan aroma antiseptik yang khas memenuhi udara, menambah rasa tak nyaman yang sudah menderu dalam dadanya.Keira memang tak terkejut mengapa ia bisa berada di rumah sakit. Sudah lebih dari semingguan ini Keira merasa mudah lemas, dadanya sesak, dan kepalanya sering pusing berkunang-kunang.
Read more

20. Kebohongan Demi Kebaikan

“Sebulan ke luar kota? Yang benar saja, Mas? Memang bisnis apa yang sampai menyita waktumu selama itu?” cecar Vera dengan nada yang penuh curiga, alisnya bertautan tanda keheranan.Tak biasanya suaminya pergi selama itu untuk urusan bisnis. Kalau tiba-tiba begini, rasa curiga yang hingga kini belum kering juga, makin mengakar dalam benak Vera.Jangan-jangan, keluar kota hanya alibi suaminya saja. Bisa saja , ternyata suaminya malah sengaja berdalih bekerja, padahal hanya ingin menikmati waktu berdua dengan sekretaris barunya.Bara menarik napas dalam-dalam sebelum menjawab, mencoba tetap tenang di hadapan istrinya yang curiganya seolah tak pernah pudar.“Ada sengketa  tanah di luar kota  yang membuatku harus turun tangan secara langsung, Ve. S
Read more
PREV
123456
...
12
DMCA.com Protection Status