Om Bara mengangguk pelan, "Baiklah, Keira. Ayo kita bicara."Mereka berdua melangkah keluar ruangan, meninggalkan Sabiru yang tertidur di sofa dan Aurora yang tertidur di ranjang. Di lorong rumah sakit yang sepi, Keira mulai membuka suara.Keira menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Kejadian ini... membuat aku sadar betapa pentingnya kehadiran Om bagi anak-anak. Terutama Aurora. Dia terus memanggil namamu, Om. Bahkan saat aku ada di sampingnya."Ada nada getir dalam suara Keira, membuat Om Bara merasa bersalah. "Keira, kamu tahu itu bukan berarti Aurora tidak menyayangimu. Dia hanya—""Aku tahu, Om," potong Keira lirih. "Aku paham. Justru itulah yang membuatku berpikir ulang tentang keputusanku membawa anak-anak pergi darimu. Jujur, aku...aku mulai ragu dengan keputusanku itu," Bara tertegun, tidak menyangka Keira akan mengangkat topik ini. Namun, ia hanya diam saja, seolah memberi Keira kesempatan untuk melanjutkan uca
Baca selengkapnya