Bara duduk termenung di ruang kerjanya. Matanya menatap kosong ke arah foto keluarga yang terpajang di dinding—foto lama yang menampilkan dirinya, Vera, Arka, dan Tasya kecil. Di sebelahnya, ada foto baru yang diambil minggu lalu di taman belakang rumah, menampilkan seluruh keluarga termasuk Keira, Aurora, dan Sabiru.Bara menghela napas panjang, tangannya memijat pelipis yang mulai berdenyut. Restu yang diberikan Vera beberapa hari lalu masih terngiang di telinganya, membuat perasaannya campur aduk antara lega dan gelisah. Di satu sisi, ia merasa seolah beban berat terangkat dari pundaknya. Namun di sisi lain, tantangan yang dihadapinya justru semakin berat.Restu dari Vera memang sebuah pemberian yang tak pernah ia bayangkan akan datang, tetapi kini justru membuat hatinya galau. Di satu sisi, ia merasa bersyukur atas kebesaran hati istrinya. Di sisi lain, rasa bersalah menggerogoti nuraninya—bagaimana mungkin ia bisa mencintai dua wanita sekaligus?"Pak Bara," suara Maya–sekretarisn
Baca selengkapnya