All Chapters of Dicampakkan Calon Suami, Diratukan Suami Pengganti: Chapter 141 - Chapter 150

361 Chapters

Bab 141 : Tertangkap Basah

“Mama kenapa baru dipakai bajunya?”Ternyata Meida sudah menangkapku yang tergesa memakai pakaian saat dia membuka pintu kamar.Anak perempuanku ini pasti terbangun karena mencariku.“I-iya, Sayang. Mama tadi sedikit gerah jadi bajunya dibuka bentar.”Aku yang sudah mengenakan bajuku kembali, kini bergegas menghampiri Meida yang berdiri di depan pintu kamar itu.“Kenapa mama tidak tidur sama Meida?” tanya bocah itu dengan merengek.“Iya, ayo Mama temani tidur lagi?” kugendong Meida ke kamar dan gadis kecilku itu menyempatkan menegur papanya yang duduk di lantai di samping sofa, masih tampak salah tingkah karena sudah hampir tertangkap basah oleh anak perempuannya itu.“Papa juga gerah? Kok bajunya juga dilepas?”“Hah? I-iya!” jawab Ed gelagapan. Tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu pula.Ed baru menyeret kemejanya dan menggenakannya lagi.Aku jadi menahan senyum sendiri karena kami sudah macam maling yang ketahuan saja.Tidak bisa kubayangkan kalau tadi Meida langsung membuka
Read more

Bab 142 : Tetanggaku

Deg!Itu Erna tukang gosip di gang ini. Dia pasti sepagi ini mengumpulkan beberapa warga untuk ikut mendukungnya mempermalukanku.Wanita itu sudah berkacak pinggang saja menunjuk-nunjuk rumahku, sementara Kang Parto tampak menahannya.Aku yang mengintip mereka dari dalam rumah jadi panik sendiri.Mereka mana tahu kalau Ed adalah suamiku?Bagaimana kalau wanita itu membuat ulah lalu warga akan berbuat nekat dengan menggrebek kami?Kuharap Kang Parto bisa menengahi keadaan. Dia ketua RT di lingkungan perumahan kami. Untungya Kang Parto sudah menganggapku adik sendiri. Jadi tidak senang saja ada yang akan sembarangan padaku.“Nanti aku tanya pada Mila baik-baik. Kasihan dia baru dapat musibah. Sedikitlah bersimpati pada tetangga kita itu. Bu Narti baru menjalani operasi transplantasi ginjal. Mbak Erna jangan cepat mengambil kesimpulan sendiri,” tukas Kang Parto mencoba memberi pengertian pada Erna.Sebagai ketua RT di gang ini Kang Parto pasti sudah paham betul bagaimana watak tetanggaku
Read more

Bab 143

Pangeran tampan dan putri cantikku sudah siap bersekolah. Kuajak mereka keluar kamar untuk bersiap. Aku tidak memasak jadi nanti kuajak mereka makan di luar saja. Namun, di meja ternyata sudah ada kotak-kotak makanan. Ed pasti yang memesankannya.Sekarang di mana dia?Aku mencarinya ke depan untuk mengajaknya sarapan bareng anak-anak. Kulihat Ed sudah duduk bersama dengan Kang Parto di teras. Mereka sudah terlihat cepat sekali akrab. Terdengar dari suara tawa keduanya yang entah sedang membicarakan apa?Apa Ed sudah menjelaskan tentang hubungan kami pada Kang Parto?Pasti sudah. Kalau tidak bagaimana Kang Parto sudah tampak tidak mempermasalahkan apapun saat melihat ada seorang pria di rumahku?Entahlah, bagaimana Ed menjelaskannya tadi pada Kang Parto hingga tidak perlu ada ketegangan dan keruwetan. Padahal, tidak mudah lho menjelaskan tentang hubungan kami sebelum ini hingga akhirnya kami terpaksa berpisah.“Bagaimana tadi?” kutanya pada Ed dengan sangat penasaran saat dia masuk ke
Read more

Bab 144 : Berbicara Dengan Sam

Selepas Ed berangkat, sebuah mobil mewah parkir di depan rumah. Aku segera tahu itu Sam yang kata Ed akan menjemputku.Segera kuambil tasku dan kotak makanan yang akan aku bawa ke rumah sakit untuk sarapannya Mbak Lilis. Lalu tidak berlama-lama langsung bergegas masuk ke dalam mobil.“Bisakah kita mampir ke rumah sakit dulu?” ucapku pada Sam yang sedang menyupir di depan itu.“Baik, Nyonya,” tukas pria itu.Sejak tadi Sam tampak diam saja sepanjang jalan dan aku yang duduk di belakang pun tidak mengusiknya.Jadi ingat kata-kata Ed. Dia akan segera melepas asistennya ini setelah memberinya kesempatan untuk meminta maaf padaku secara langsung.Walau aku juga kecewa dengan sikap pria ini, tapi mengetahui dia akan diberhentikan aku jadi kasihan juga.Bisa jadi Sam sudah bekerja lama menjadi asisten Ed. Dilepas oleh tuannya, pria ini pasti begitu sedih.Sesampai di basement parkiran mobil yang disediakan khusus untuk pegawai kantor Lavidia, Sam langsung bangkit membukakan pintu untukku. Se
Read more

Bab 145 : Penjelasan Sam

“Saya hanya menjalankan perintah dari Nyonya Besar Melisa. Beliau sangat menyayangi Tuan Edward. Mendengar kabar kisah cinta cucunya yang nestapa, Nyonya Melisa sungguh merana. Beliau memintaku secara khusus agar bisa membuat Tuan Edward menyadari bahwa Anda sama sekali tidak pernah mencintai beliau. Lalu menggiring beliau secara sadar untuk melupakan Anda.”Sam mencoba menceritakan alasan mengapa dia harus bersikap tegas untuk membuat tuannya itu meninggalkanku. “Perusahaan sedang diserang banyak masalah oleh keluarga Ramzi, membuat Nyonya Melisa merasa kehadiran Anda di hidup Tuan Edward hanyalah sebuah manipulasi Ramzi untuk semakin menghancurkan keluarganya. Beliau sudah pernah dikhianati keluarga Bharata, jadi sedikit hal saja yang masih meyangkut nama Bharata sudah membuatnya sangat sensitif.”“Anda tidak lupa ‘kan bahwa Ramzi adalah putra Bharata asisten kepercayaan Tuan Permana yang sudah culas ingin mengusai perusahaan keluarga? Nyonya Melisa sangat tidak terima kalau Tuan
Read more

Bab 146 : Ibu Sudah Membaik

Ketika hendak menghubungi Ed untuk menanyakan anak-anak, ternyata dia sudah mengirim pesan foto dan video si kembar saat menungguinya di sekolah.Senyumku terkembang melihat tingkah dua bocah itu. Aku senang mereka cepat sekali dekat dengan papanya. Bahkan Gala yang awalnya tampak menolak, kini bocah itu sudah tidak jutek lagi. Aku tahu, Gala juga sama inginnya punya papa seperti Meida sejak dulu. Sejenak aku jadi heran, foto dan video ini diambil ketika anak-anak belajar di kelasnya. Setahuku saat pernah mengantar anak-anak, orang tua tidak boleh ikut masuk kelas waktu kegiatan belajar mengajar.Ini bagaimana Ed bisa ikut masuk?[Emang boleh masuk saat kegiatan belajar?] tanyaku dalam pesan.[Aku dibolehin sama gurunya anak-anak] balas Ed sambil menyertakan emoticon menyeringai.[Hmm, pasti kamu centil sama gurunya?] tulisku lagi. Sudah kubayangkan Ed merayu guru PAUD itu agar dibolehkan mengambil foto dan gambar anak-anaknya.[Enggak, Mama sayang. Papa sudah lama lupa caranya cen
Read more

Bab 147 : Memenuhi Kerinduan

Perasaanku lega mengetahui kondisi ibuku sudah berangsur membaik.Kalau tahu begini, aku jadi tidak terlalu kepikiran lagi.Ed mengajakku ke sebuah tempat untuk menemui anak-anak. Aku heran saja. Ini bukan hotel tempatnya menginap. Melainkan sebuah vila. Dan aku tahu, lokasi tempat ini tidak jauh dari tempat proyek resort perusahaan di bangun.“Anak-anak di sini?” tanyaku membuntutinya masuk.“Iya,” ujarnya menggandeng tanganku untuk segera masuk.Melihat dua bocah kembar itu sedang berenang-renang dengan berteriak-teriak kesenangan, aku hanya menggeleng. Ed juga sudah meminta beberapa orang untuk mengawasi anak-anak. Dua diantaranya perempuan.“Sudah sore ini, ayo selesai!” panggilku pada mereka.“Mama?!” Meida terlihat senang melihatku datang.“Ayo, Ma. Ikut renang!” Gala malah memintaku ikut nyemplung.“Papa juga ayo renang!” Meida menyahut.Dua bocah itu sepertinya kompak ingin kami ikut nyemplung di kolam.“Tidak, Sayang. Ini sudah sore. Sebentar lagi mal--” aku tidak sempat m
Read more

Bab 148 : Awal Kesalah Pahaman

Kutatap Ed saat mengatakannya dengan tanpa beban.Tetiba perasaanku menjadi terluka karena kata-kata itu terucap begitu saja dari bibirnya. Padahal aku sendiri yang memintanya bersikap agar bisa  memikirkan haknya yang akan diambil Jessica jika dia tidak menikahinya.“Kalau kau memang mau melakukannya, nikahi saja dia!” kukatakan itu tanpa bisa  menyembunyikan kesalku. Lalu berbalik badan memunggunginya.Kudengar Ed malah tertawa. Dan itu mengesalkan sekali.“Lha kok ngambek? Aku sudah bilang kalau aku akan memilihmu dan anak-anak daripada harus menikahi Jessica. Kamu  yang masih tidak terima saja, kan?” Ed menarik bahuku tapi aku menolaknyaSungguh memalukan aku ini. Sok-sokan menantangnya untuk memikirkan haknya, begitu Ed membalikan pertanyaan, apa aku memintanya menikahi Jessica, aku malah kesal.“Yang penting bagiku saat ini hanya kamu dan anak-anak, Sayang. Kemarin duniaku hanyalah kehampaan
Read more

Bab 149 : Kehangatan Keluarga

Aku terbangun dengan terkejut melihat jam digital di nakas menunjukan pukul 09.00 dan matahari sudah bersinar cerah dari balik gorden jendela.Jam segini seharusnya anak-anak sudah berangkat sekolah dan aku sendiri sudah di kantor.Karena bingung harus bagaimana, jadinya aku keluar kamar dulu untuk mencari anak-anakku. mudah-mudahan Ed sudah mengurus mereka dan aku tinggal berangkat ke kantor. Biar nanti aku cari alasan keterlambatanku pada Rafael.Ada Sam di sana, dan kuharap dia bisa membantuku memberikan alasan pada Rafael.Oh. Aku hampir lupa belum membahas hal ini semalam dengan Ed. Tentang Sam yang akan dilepasnya. Kuharap Ed bisa memikirkan kembali keputusannya.Setelah mengeluarkan unek-unek yang tertahan di dadaku lima tahun ini, semuanya sudah terasa plong sekarang. Aku tidak ingin lagi mengusik hari-hari kami selanjutnya dengan masih memendam dendam dan benci. Yang terpenting saat ini adalah aku sudah mendapatkan suamiku, dan anak-anak j
Read more

Bab 150 : Keputusan Untuk Sam

 “Sudah selesai menelponnya, Ed?” tanyaku tanpa mengusik nama Jessy.“Iya, sudah,” ujarnya seperti biasa tidak mencoba menjelaskan sesuatu lagi. Selalu begitu dan membuatku kesal.Kutunggu dia mengatakan sesuatu tapi tidak juga dia mencoba mengatakan apapun.Inginnya aku menanyakan tentang mengapa wanita itu mencarinya, tapi segan saja.Walau sudah kusepakati tidak ingin ada kesalahpahaman di antara kami dengan saling terbuka dalam hal apapun itu, nyatanya aku tidak mungkin se-bar-bar dengan memaksanya mengatakan semua hal kepadaku.“Kita menjemput ibu jam berapa?” tanyaku lebih memilih mengingatkan tentang rencana menjemput ibu.“Kalau sudah siap kita ke rumah sakit sekarang,” tukasnya menghampiriku. Mungkin tahu raut wajahku yang muram melihatnya pergi mengangkat panggilan Jessica tadi, Ed memeluk dan mencium puncak kepalaku.“Anak-anak boleh tidak masuk ke rumah sak
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
37
DMCA.com Protection Status