“Sudah selesai menelponnya, Ed?” tanyaku tanpa mengusik nama Jessy.
“Iya, sudah,” ujarnya seperti biasa tidak mencoba menjelaskan sesuatu lagi. Selalu begitu dan membuatku kesal.
Kutunggu dia mengatakan sesuatu tapi tidak juga dia mencoba mengatakan apapun.
Inginnya aku menanyakan tentang mengapa wanita itu mencarinya, tapi segan saja.
Walau sudah kusepakati tidak ingin ada kesalahpahaman di antara kami dengan saling terbuka dalam hal apapun itu, nyatanya aku tidak mungkin se-bar-bar dengan memaksanya mengatakan semua hal kepadaku.
“Kita menjemput ibu jam berapa?” tanyaku lebih memilih mengingatkan tentang rencana menjemput ibu.
“Kalau sudah siap kita ke rumah sakit sekarang,” tukasnya menghampiriku. Mungkin tahu raut wajahku yang muram melihatnya pergi mengangkat panggilan Jessica tadi, Ed memeluk dan mencium puncak kepalaku.
“Anak-anak boleh tidak masuk ke rumah sak
“Sebenarnya aku lebih nyaman di rumah sendiri, Mila. Tapi kalau ibu memilih di rumah, kau dan anak-anak pasti ikut ke rumah. Dan suamimu akan ikut juga. Kasihan dia kalau harus tinggal di rumah kita yang kecil,” ujar ibu saat kubantu beristirahat di tempat tidur. Ed langsung membawa kami ke vilanya setelah menjemput ibu dari rumah sakit tadi.“Suasana di sini lebih nyaman, Bu. Ibu juga tidak perlu dengar orang-orang bergunjing tetang kita. Biar tidak kepikitan terus. Nanti kalau ibu sudah sehat, kita pulang ke rumah, ya?” bujukku padanya. Kuingatkan juga bahwa sebelum dia jatuh sakit ibu pasti stres mendegar ocehan tetangga.“Kata Lilis, Erna sudah pindah, Mila. Sudah tidak ada yang mengusik kamu lagi. Kalau Rosita, dia hanya beraninya karena ada teman. Setelah ini Rosita pasti sudah tidak punya taring.” Ibu ternyata tahu tentang tetangga depan rumahku yang pindah mendadak itu.“Kupikir ibu belum tahu hal itu,” tukasku mendengar ibu membicarakan Erna.Pasti ibu selama ini juga merasa
“Mila?!” Rafael mengejutkanku dari belakang.“Oh, iya, Pak. Saya langsung datang begitu mendapat pesan dari Anda,” ucapku pada Rafael. Kulihat di tangannya ada dua minuman hangat.“Oh. Baiklah kalau begitu. Aku antar minuman ini ke dalam untuk Tuan Edward dan Nona Jessica. Kau tunggulah aku di ruang sebelah. Setelah ini kita akan sama-sama survey pembangunan lagi.”“Pak Rafael, izinkan saya yang membawakannya. Saya jadi tidak enak harusnya itu tugas saya.” Kuambil dua gelas plastik yang ada di tangan Rafael dan dia nampak tidak keberatan.“Terima kasih, Mila,” ujar Rafael yag merasa bebannya berkurang.Setelah melihatnya berlalu ke ruang sebelah, aku menghela napas panjang dan menyiapkan mental untuk masuk ke ruangan itu.Entahlah. Pengen saja melihat bagaimana reaksi Ed melihatku yang datang membawakan minuman mereka.Kesal juga mengapa dia pergi pun tidak bilang kalau akan menemui Jessica di tempat ini.Apa selama ini tidak cukup kesalahpahaman yang membuat kami harus sebegininya men
“Dari mana saja tadi baru sampai di proyek?” suara Ed terdengar ketika aku kembali ke mobil untuk mengambil sesuatu sementara Rafael masih sibuk bersama mandor dan beberapa pekerja. “Oh. Kau di sini?” tanyaku setengah terkejut ternyata pria ini juga ke tempat proyek.“Sudah setengah jam sebelum kalian datang,” tukas Ed tampak kesal.Kenapa jadi dia yang kesal?Siapa juga yang minta dia lebih dulu ke proyek? Ini tugasku dan Rafael, bukan tugas seorang big bos sepertinya.Bisa jadi setelah aku memergokinya bersama Jessica di ruangan tadi, Ed tidak enak dan ingin menjelaskan padaku. Mengiraku sudah berangkat lebih dulu ke proyek bersama Rafael pria ini pasti berniat segera menyusul. Ternyata kami baru sampai tiga puluh menit setelahnya.“Tidak perlu ikut datang ke proyek, biar Rafael yang kerjakan!” Ed mencari perhatianku yang mengabaikannya.“Pak Rafael butuh bantuan, sebagai pegawai yang baik aku tentu membantunya ‘kan?”“Mila, letakan itu dan ikut aku pulang.” Ed menarik lengank
“Anda lihat ‘kan aku tidak melakukan apa-apa, dan wanita itu sudah mengiraku yang menggoda Tuan Edward.”“Yang kau panggil wanita itu adalah Nona Jessica, Mila. Panggil dia dengan sebutan Nona Jessica.” Rafael tidak menanggapi ucapanku justru mengoreksi caraku memanggil Jessica.Aku mendegus dan baru ingat, pria ini kan teman baiknya Jessica. Tentu akan selalu membelanya. Apalagi dia bisa menjadi asisten Ed karena jasa Jessica juga.Oh. Pintar sekali Jessica menjadikan teman baiknya sebagai asisten Ed. Pasti misinya agar Rafael bisa mengawasi Ed untuknya.Untungnya kulihat Ed tidak terlalu mempercayakan segala urusan pada Rafael. Buktinya, saat dia menghilang sekalipun, Rafael sendiri tidak tahu di mana dia berada. Sekarang, sepertinya aku mulai kehilangan penilain baikku pada Rafael. “Kalau kau sakit baiknya kau istirahat saja.” Rafael kembali mengingatkanku. Dia pasti takut tuannya marah-marah padanya karena membiarkanku tetap bekerja.“Tidak apa, Pak Rafael. Aku masih bisa
“Bukannya kau bersama Tuan Edward?” Rafael keluar dari jeep karena melihat Jessica menghampiri.“Bodoh amat! Pokoknya aku ikut kamu. Persetan dengan pria itu!” Jessica menyenggol bahuku hingga aku mundur dari pintu jeep itu dan dia langsung naik ke dalam jeep.“Aku bagimana, dong?”Ini sudah sore, hanya ada pekerja cowok di proyek ini. Tidak nyaman saja kalau ditinggal di tempat ini sendirian. Mana ponselku lowbat, lagi!“Bodoh amaaaat, kamu kan sukanya cari perhatian laki orang. Tuh banyak mangsa yang bisa kau goda. Nikmati sepuasnya sendirian biar gak gatel lagi!”Darahku mendidih mendengar wanita ini selalu mengataiku buruk. Ingin sekali kusumpal mulutnya. Tapi tidak mungkin juga aku nekat melakukannya. “Oh, maaf, Mila. Nanti aku akan minta yang lain menjemputmu di sini. Aku antar Nona Jessica dulu.” Rafael sudah barang tentu akan mengutamakan wanita itu dan berlalu dari tempat proyek ini. “Oh, baiklah. Tidak apa, Pak Rafael. Nanti aku akan coba jalan ke depan. Biasanya ada b
“Mau apa?” kupasang wajah dingin pada pria bertelanjang dada itu yang ingin merangsekku.“Lagi pusing kepalaku, butuh sentuhan lembutmu. Tahu dong harus bagaimana?” ujar Ed dengan tatapan memohon.Dih, lupa apa dia sudah bikin kesal? Sekarang sok pengen di layani.“Kenapa enggak minta disentuh saja sama wanita yang kau temui itu?” Aku tidak menahan diri membahas tentang pertemuan Ed dan Jessica tadi di sekretariat proyek.Ini bukan tentang mereka yang bertemu, tapi lebih pada Ed yang tiba-tiba menghilang dari rumah setelah menjemput ibu, tidak memberitahuku kemana mau pergi, tahu-tahu malah menemui Jessica di sekretariat proyek.“Aku tidak menemuinya, Sayang. Dia yang menemuiku!” Ed menghampiriku namun aku masih menghindarinya.Dia tidak akan mudah mendapatkan apa yang dia mau setelah membuatku kesal tadi.“Sama saja, kalian bertelponan tadi pagi lalu siangnya ketemuan. Pintar banget sih ngajak ketemuannya di sekretariat proyek?” Kuutarakan kesalku padanya.“Haha, istriku cemburuan s
Lalu, perdebatan kami pun berakhir di bathtub air hangat dengan minyak aromatherapy yang menenangkan.Sedikit menguras emosi tadi sudah membuatku lelah. Ed dengan penuh perhatiannya membiarkanku bersandar di dadanya sementara dia mencoba merilekskan otot dan syarafku dengan memijit lembut kepalaku.“Pijitannya enak, Nyonya?” tanyanya melihatku terkantuk-kantuk.“Hmm, lumayan, Tuan. Cukuplah buat melemaskan syaraf kepalaku yang sempat tegang tadi,” ujarku.“Kalau mau dilemasin semua, aku bisa kok.” “Boleh,” tukasku sembari tersenyum. Tidak perlu munafik lagi, aku sudah tahu apa yang dimaksudnya. “Tambah seksi saja ibu dua anak ini,” celoteh Ed sembari menyusuri setiap lekuk tubuhku. Dua benda kenyal yang disebutnya squishi itu selalu menjadi favorite mainannya.“Di mananya tambah seksi?” aku menggodanya, apa dia masih ingat bagaimana aku dulu hingga dibandingkannya dengan sekarang?“Dulu yang bagian ini tidak terlalu berisi, Nyonya. Aku tentu masih ingat betul.” Ed terkekeh dan me
Karena sudah terbiasa beraktifitas, ibu jadi mudah bosan kalau terus rebahan. Namun demi kesehatannya, aku mewanti-wanti pada perawat yang diminta Ed untuk menjaga ibu agar tidak mengizinkannya banyak bergerak dulu. Kalau Ibu mau keluar atau bosan biar perawat bantu mendorongnya pakai kursi roda saja.Dokter mengatakan pemulihan ibu butuh waktu sekitar 6 sampai 8 minggu ke depan. Kuharap wanita yang kusayangi ini bisa patuh dengan perawatnya agar lebih cepat pulih.Kalau ibu pulih, anak-anak juga pasti tidak sedih lagi karena neneknya bisa kembali mengantar mereka sekolah.Lihat saja mereka di samping yang kini berenang bersama papanya. Tidak mau berangkat ke sekolah dengan alasan kalau bukan papanya yang ngantar harus neneknya. Sementara hari ini Ed harus ke kantor karena sudah meminta Rafael mengadakan meeting.“Wali murid temannya Gala dan Meida mau ada rencana jenguk, Mila. Ini Bu Laksmi tanya apa aku sudah di rumah?” Ibu menunjukan pesan di group chat wali murid sekolahnya si