All Chapters of Kau Nikahi Sahabatku, Kunikahi Bosmu : Chapter 11 - Chapter 20

134 Chapters

Bab 11 Kecewa

Aku benar-benar sangat terkejut saat melihat sosok lelaki yang aku temui di Bus beberapa jam yang lalu adalah bos di mana saat ini aku sedang melakukan interview.Jantungku berdegub dengan kencangnya saat Mas Attala akan memulai interviewnya kepada diriku."Duduklah, Rania! Kau jangan tegang seperti itu," kata Mas Attala saat sepintas dia melihat wajahku yang tampak sangat gugup saat itu.Aku pun menganggukkan kepalaku dan mulai duduk di atas kursiku.Kulihat Mas Attala tampak sibuk membuka laptopnya dan melihat Curriculum Vitae yang aku email saat itu."Rania Salsabila, rupanya kau cukup berpengalaman bekerja di luar negeri," puji Mas Attala sambil melirik wajahku.Aku hanya tersenyum tipis, merasa sedikit bangga akan pencapaian yang sudah kulewati. Tidak terasa, obrolan kami berlanjut, dan Mas Attala mulai menanyakan tentang banyak hal yang berhubungan dengan kantor tempatku bekerja sebelumnya.Sejenak, aku menarik napas dalam-dalam, mencoba mengingat segala pengalaman dan kisah yan
Read more

Bab 12 Teman Kantor Rese

Mengawali pagi hari di tempat kerja yang baru, aku sengaja bangun lebih awal dan berangkat ke kantor dengan penuh semangat.Meskipun saat ini aku hanya diterima sebagai OB untuk bosku, tapi aku tetap bersemangat untuk memberikan yang terbaik."Sudah waktunya aku membuktikan diri, dan kali ini aku akan menunjukan kepada Pak Attala bagaimana aku bisa bekerja dengan baik dan menerima tantangannya kali ini," gumamku sembari mempersiapkan keperluan hari ini. Mungkin saat ini Mas Attala sedang menguji ketahanan dan kemampuanku, tapi aku yakin suatu hari nanti aku bisa meraih impianku dan mendapatkan posisi yang lebih baik di tempat ini.Aku berharap Mas Attala akan melihat usaha dan kerja keras yang aku tunjukkan nanti."Ini bukan akhir dari perjuanganku, ini adalah awal yang baru," bisikku semangat di dalam hati.Dengan langkah pasti, aku segera berangkat ke kantor agar tidak terlambat di hari pertama bekerja. Aku ingin menunjukkan bahwa aku serius dan berdedikasi pada pekerjaan ini, wala
Read more

Bab 13 Fitnah Mas Raka

Aku terkejut saat mendengar ucapan Mbak Rima di depan Pak Attala. Rasanya seolah-olah aku ditampar cukup keras. Bagaimana mungkin Mbak Rima bisa mengatakan hal seperti itu di hadapan Pak Attala? Aku pun mencoba untuk membela diriku yang telah difitnah oleh Mbak Rima."Apa maksud Mbak Rima? Ini pasti salah! Bukankah tadi Mbak Rima yang bilang kalau Pak Attala lebih suka minum kopi manis?" elakku dengan nada marah, seakan merasa tersudut oleh ucapan Mbak Rima.Mbak Rima menatapku dengan sorotan mata yang begitu tajam, seolah ingin menegaskan bahwa dia tidak pernah mengatakan hal tersebut kepadaku. Aku merasa kebingungan semakin menjadi, bagaimana bisa kesalahpahaman ini terjadi? Apa yang sebenarnya Mbak Rima maksudkan? Sementara itu, Pak Attala hanya menyaksikan perselisihan kami dengan tenang. Ia tampak seperti menilai kami dari ekspresi wajah yang tersirat di wajah kami berdua. Adakah maksud tertentu di balik pandangan Pak Attala yang begitu mendalam? Atau ia hanya ingin melihat se
Read more

Bab 14 Perhatian Mas Attala

Melihat story Mas Raka di media sosial yang tiba-tiba viral, seketika membuat hatiku seperti disambar petir.Pikiran-pikiran buruk mulai menghampiri dan air mata menggenang di pelupuk mataku.Aku bertanya dalam hati, "Mengapa ini harus terjadi padaku?" Aku merasakan kemarahan bercampur sedih sementara tanganku bergetar seketika memegangi ponsel milik Mbak Rima.Mbak Rima, yang seperti sengaja mendekatiku, menatapku dengan raut wajah penuh kepuasan seolah merasakan kebahagiaan dari kesedihan yang tengah kualami.Fitnah dari Mas Raka bagai racun yang merayap, mempengaruhi pikiranku dan perasaanku.Namun, aku tidak ingin Mbak Rima semakin berbahagia melihat penderitaanku, secepatnya aku menghapus air mata yang belum sempat jatuh dan kembali membungkam emosiku.Aku menarik nafas dalam-dalam sambil berkata pada diriku sendiri, "Aku harus tetap kuat. Aku tidak boleh terpengaruh dengan fitnah ini. Ini bukan diriku yang sebenarnya."Dengan tekad yang bulat, aku segera melanjutkan pekerjaanku
Read more

Bab 15 Tawaran Menikah Mas Attala

Aku terharu saat mendengar Pak Attala akan membantuku untuk membalas perbuatan Mas Raka saat itu. Namun, aku belum tau dengan cara apa Pak Attala akan membantuku."Bapak akan membantu saya?" tanyaku dengan menatap wajah Pak Attala.Pak Attala lalu tersenyum ke arahku dan seketika membuat jantungku berdegup dengan kencangnya."Tentu saja aku mau membantumu, asal kau juga mau membantuku," balas Pak Attala sambil menatap wajahku. Aku merasa ada sesuatu yang berbeda dari tatapannya kali ini, membuatku tidak bisa memahami maksudnya. "Maksud Bapak?" tanyaku dengan rasa ingin tahu yang bercampur rasa was-was. Pak Attala tersenyum tipis, lalu memutar kursi yang kupakai hingga menghadap ke arahnya. Dia pun menarik kursi yang ada di belakangnya dan duduk di sana. Suasana semakin terasa tidak nyaman dan aku pun mulai gugup dibuatnya."Ini bukan karena aku memanfaatkan situasi, tapi saat ini aku memang sedang mencari seorang istri," jelas Pak Attala yang semakin membuatku terkejut dan bingung.
Read more

Bab 16 Menerima Ta'aruf

Aku terpaku dalam pikiranku, antara menolak dan menerima tawaran dari Pak Attala membuatku sulit untuk memutuskan, apalagi kami baru saja bertemu dan tidak mungkin jika kami harus menikah dalam waktu singkat.Lama aku berpikir, membuat Pak Attala seketika membuyarkan lamunanku."Apa yang kau pikirkan lagi, Ran? Bukankah lebih baik kita ta'aruf dan kau menerima lamaran ku? Aku akan mengatasi masalah ya g kamu hadapi dengan mantan suamimu," ujar Pak Attala dengan tatapan tajam dan penuh intimidasi ke arahku. Aku merasa terpojok dan bingung, tak tahu harus menjawab apa. Benarkah dia bisa mengatasi masalahku dengan mantan suami? Namun, bagaimana jika aku tidak sepenuhnya bisa menerima hatinya? Tiba-tiba, bunyi teleponku berdering membuyarkan lamunanku. KringKringKring. Segera, aku mengangkat telepon tersebut. "Hallo, assalamualaikum, Bu," sapaku saat menyadari bahwa itu ibuku yang menelepon. "Rania, kenapa bisa seperti ini?" Ibuku terisak saat mengatakan itu padaku. Aku merasa sepe
Read more

Bab 17 Calon Istri

Keesokan harinya, seperti biasa aku bekerja dan menyiapkan kopi untuk Pak Attala. Di tempat kerjaku, aku baru berkenalan dengan beberapa rekan kerja di kantor tersebut, dan sepertinya mereka tidak menyukai kehadiranku, terutama setelah berita viral tentangku yang dibuat oleh Mas Raka di media sosialnya. "Kenapa mereka menilai ku seperti ini? Apakah mereka tidak mau tahu alasannya dulu?" gumamku dalam hati. Mereka menatapku sinis, seolah aku yang bersalah, dan banyak di antara mereka yang menggunjing di belakangku. Aku merasa tidak adil dan sedih karena perasaan dikucilkan oleh mereka. Namun, di tengah kegelapan ini, ada satu orang yang bersikap baik kepadaku, yaitu Mas Dani. Dia adalah OB, sama seperti diriku. Kemarin kami bertemu secara tidak sengaja di mini kitchen, dan saat itu kami mulai mengobrol dan saling berkenalan."Kamu jangan terlalu memikirkan apa yang mereka bicarakan, Rania. Mereka hanya melihat dari penampilan luar, yang penting kamu tidak melakukan apa yang mereka
Read more

Bab 18 Seperti Mimpi

Mereka semua terkejut, termasuk diriku yang sama terkejutnya saat mendengar ucapan Pak Attala. Tak pernah terlintas di benakku, Pak Attala akan mengumumkan hal seperti itu di depan para karyawannya yang saat itu kebetulan berada di pintu lift sedang menunggu lift terbuka. "Apa? Calon istri?" gumam mereka serempak dengan pandangan tak percaya. Aku sangat gugup, jantungku berdebar cepat. Mereka semua menatapku dengan tatapan yang berbeda dari sebelumnya. Pikiranku kembali memutar situasi seandainya, apakah mereka sekarang membenarkan bahwa tujuanku ke kota ini hanyalah untuk mencari seorang pria tajir yang bisa kumanfaatkan? Aku segera berbicara, meralat ucapan yang sudah terlontar dari mulut Pak Attala. Aku tak ingin karyawan-karyawan itu beranggapan buruk tentang diriku. "Maaf, saya perlu mengklarifikasi bahwa saya belum menjadi calon istri Pak Attala. Memang benar, beliau mengajak saya untuk ta'aruf. Namun, saya dan keluarga saya belum memutuskan apakah akan menerima atau tidak
Read more

Bab 19 Kejutan dari Camer

Pandangan teduh Pak Attala begitu intens menghujamku, membuat hatiku berdebar kencang dan tak bisa menahan rasa malu serta canggung.'Kenapa dia memandangi aku seperti ini?' gumamku dalam hati, kemudian dengan segera mengalihkan pandanganku ke arah lain.Kebetulan di sampingku terdapat sebuah kemeja berwarna biru muda yang warnanya sama dengan gaun panjang yang tengah kupakai.Seolah ingin mengalihkan pembicaraan, aku berkata, "Kemeja ini cocok untuk Bapak."Aku segera memberikan kemeja tersebut yang masih tertempel pada hanger ke Pak Attala.Senyum Pak Attala muncul lembut di bibirnya, seakan dia ingin menyampaikan sesuatu padaku."Seleramu bagus, Ran. Kenapa aku tidak kepikiran untuk memilih kemeja yang senada dengan baju yang kamu pakai? Terima kasih, karena sudah memilihkan kemeja ini untukku, tunggu di sini, aku mau ganti kemejaku," ucap Pak Attala lalu menyerahkan paper bag miliknya padaku.Aku merasa terkejut dan sekaligus terheran-heran, mengingat saat itu aku sama sekali tida
Read more

Bab 20 Aku Calon Suami Rania

Aku terkejut saat mendengar apa yang dikatakan oleh mama Pak Attala saat ini, seolah-olah jantungku mau copot setelah mendengar pernyataan itu."Iya, Ran. Maaf, jika ini membuat dirimu terkejut, tapi sebenarnya kami ingin membuat sebuah kejutan untuk dirimu," sahut Pak Attala dengan nada santainya.Aku hanya mematung dan tak tau lagi apa yang harus aku jawab. Sungguh, aku belum siap jika keluarga Pak Attala datang ke rumahku untuk bertemu dengan ibuku.Bukan hanya itu saja, aku takut akan gunjingan dari tetangga yang akan membenarkan fitnahan dari Mas Raka kepadaku."Tapi Pak, apakah ini tidak terlalu mendadak? Ibu juga belum tau soal ini, aku takut kedatangan Bapak dan keluarga, malah akan menjadi gunjingan para tetangga, mengingat saya yang masih belum selesai masa Iddah." Aku mencoba untuk menjelaskan ini kepada mereka, agar tidak salah paham dengan penolakanku."Kami mengerti maksudmu dan apa yang saat ini sedang kamu risaukan, kedatangan kami bukan untuk melamar, hanya silaturrah
Read more
PREV
123456
...
14
DMCA.com Protection Status