Home / Rumah Tangga / Jerat Cinta Wanita Pengganti / Chapter 41 - Chapter 50

All Chapters of Jerat Cinta Wanita Pengganti: Chapter 41 - Chapter 50

71 Chapters

41. Makan Malam Bersama

SHINTA terlihat tersenyum lebar, bahkan sebelum mobil yang dikendarai Rama berhenti sempurna di depan rumah Antasena.Perempuan paruh baya itu turun dengan tak sabaran, tak sabar ingin memeluk menantunya."ANYA SAYANG!" Shinta mengangsurkan sebuah parcel buah ke arah Antasena, lalu merentangkan kedua tangannya. Memeluk Pradnya dengan senyuman bahagianya."Astaga, Ma!" tegur Antasena, mereka sengaja menunggu kedatangan Rama dan Shinta di depan teras rumahnya."Apa sih, Sayang?" Kemudian Shinta kembali menoleh ke arah Pradnya."Mama, apa kabar?" tanya Pradnya sembari terkekeh."Baik, dong Sayang. Gimana kamu? Pasti mual-mual terus, ya? Morning sickness terus, nggak?""Nggak usah ditanya, deh Ma. Hampir setiap pagi, alarmku itu suaranya Anya. Setiap pagi dia pasti muntah-muntah dan bikin aku khawatir."Tak berselang lama, Rama yang baru saja turun dari mobil, lantas berjalan menghampiri mereka. Antasena dan Pradnya mengalihkan pandangannya, lalu mencium punggung tangan ayah mertuanya."M
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

42. Kekalahan Satya

“ANYA, hati-hati! Yang nyuruh kamu angkat-angkat beginian siapa, sih?”Suara penuh nada kekhawatiran Lyra siang itu, sontak membuat Pradnya terkekeh.“Astaga, Ra. Aku cuma angkat beberapa coffee bean doang. Nggak berat ini.”“Nggak, nggak,” sergah Lyra. Meminta perempuan itu untuk mundur beberapa langkah, sementara pekerjaannya diambil alih olehnya. “Kamu nggak sadar kalau perut kamu sekarang udah membola gitu? Kan udah dibilangin kalau kamu boleh kerja, tapi kerjanya duduk doang di depan meja kasir, dan nggak boleh ke mana-mana.”“Terus nggak boleh bikin kopi juga?”“Nggak lah! Bisa kena demo pejabat pemerintahan yang ada!” Lyra mendesah pelan. “Lagian ya, suami kamu kan udah kaya raya, Nya. Ngapain sih kamu mesti capek-capek kerja begini? Padahal gaji bulanan kamu itu setara sama gaji hariannya suami kamu tahu, nggak! Kalau aku jadi kamu… mending enakan di rumah sambil drakoran.”“Aku nggak bisa kalau disuruh diem, Ra. Lagian di rumah sepi. Cuma ada Bi Ummi sama Pak Amin doang. Tau
last updateLast Updated : 2024-08-22
Read more

43. Renggangnya Hubungan Saudara

Sudah bermenit-menit yang lalu mereka duduk bersama di sofa. Satya dengan perasaan tabahnya berusaha untuk melepaskan Pradnya, kemudian pria itu tersenyum."Buat lo." Satya mengangsurkan sebuah paper bag berwarna coklat ke arah Pradnya. "Biasanya ibu hamil suka makanan yang manis-manis. Waktu di Paris gue ingat sama lo, makanya gue beliin coklat spesial buat keponakan gue.""Wah!" Pradnya berbinar senang kala mendengar perkataan Satya. Lalu pandangannya melongok ke dalam, ada sekotak coklat besar dengan merek ternama di dalamnya. "Beneran buat saya?""Buat siapa lagi? Jarang banget gue mau repot-repot gini, ya kan? Asli, lo bakalan menyesal kalau nggak pilih gue, sih." Lalu kini giliran Satya yang terkekeh. "Gini ya, Nya. Dari sekian cewek yang deketin gue. Sorry to say, ya. Gue jarang banget deketin cewek, kecuali lo sama Sairish. Sisanya gue nggak perlu usaha dan gampang banget ngedapetin mereka. Tapi gue nggak nyangka bakalan sesakit ini waktu lihat lo bunting anaknya Abang gue.""
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

44. Yang Sebenarnya

Pradnya baru saja duduk di sebelah Antasena yang baru saja masuk ke kursi kemudi. Tangannya menjulur ke belakang, menaruh paper bag pemberian Satya sebelum kembali menoleh ke depan. Oleh-oleh untuk ibu hamil, katanya.Perempuan itu melirik sekilas ke arah suaminya. Tidak seperti biasanya, dan dia tahu apa penyebabnya."Apa itu?" tanya Antasena sebelum mulai melajukan mobilnya meninggalkan Despresso Coffee."Oleh-oleh dari Mas Satya. Katanya untuk ibu hamil."Setelah mendengar jawaban Pradnya, tatapan Antasena kembali tertoleh ke depan. Tidak berminat mengatakan apa-apa, dan langsung melajukan mobilnya detik itu juga.Sepanjang perjalanan menuju kediamannya, membutuhkan waktu kurang lebih tiga puluh menit. Namun melihat bagaimana padatnya jalan yang ada di depan sana, mereka tidak yakin."Lagi banyak banget kerjaan, ya Mas?" tanya Pradnya memecah keheningan yang sempat hadir di antara mereka."Hm-mm."“Entah cuma perasaanku saja, Mas sekarang banyak diam. Ada masalah di kantor?”“Lagi
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

45. Babymoon

Sambil menunggu waktu boarding, Antasena melangkah menuju ruang tunggu bersama Pradnya. Dengan menggandeng tangannya posesif, pria itu tampak melindunginya seperti seorang bayi yang bisa saja diculik oleh orang lain.Hari ini mereka akan berangkat ke Maldives. Tadinya karena alasan kondisinya yang membuat Antasena khawatir, pria itu mengajaknya untuk babymoon ke destinasi lain. Delapan jam berapa di dalam pesawat pasti akan membuat Pradnya tak nyaman.“Nggak apa-apa, Mas. Aku pengen ke Maldives. Belum pernah ke sana,” rengeknya saat itu.“Tapi kamu lagi hamil, Sayang.”“Kata dokter aku baik-baik saja. Bayiku juga dalam kondisi yang sehat, Mas. Asal nggak capek-capek aja boleh, kok,” rengek perempuan itu dengan wajahnya yang cemberut.“Delapan jam naik pesawat lho, Nya.” Antasena berusaha membujuknya.“Nggak apa-apa. Janji nggak bakalan rewel, deh Mas,” ujarnya sembari bergelayut manja di lengan Antasena. “Ya, ya, ya? Boleh, ya?”Pria itu mendesah gusar. Tidak lagi memiliki alasan untu
last updateLast Updated : 2024-08-23
Read more

46. Sairish dan Kesempurnaannya

“Mas, aku udah cantik belum?”Pertanyaan retoris Pradnya sontak membuat Antasena yang belum selesai mengancingkan kemejanya dengan sempurna, menoleh.Masih dalam kondisi kemejanya yang terbuka, pria itu melangkah mendekati perempuan itu, lalu menarik pinggangnya agar mendekat."Mas…""Kamu tanya atau ngode, sih?" ujar Antasena begitu mereka berada dalam jarak dekat. “Mumpung aku belum jadi ngancingin kemeja aku, nih? Kalau Dede mau ngajak main lagi, Papa masih sanggup, kok satu ronde lagi.”Dan tentu saja Pradnya memberikan tatapan tajam ke arah suaminya. “Nggak usah aneh-aneh, deh Mas! Yang tadi kurang?”Antasena terkekeh. Setelah berhasil mengusir Satya tadi siang, Pradnya yang tadinya ingin berenang di laut, justru harus terjebak di kamar dan bercinta bersama Antasena.Tidak ada pilihan lain selain pasrah. Antasena memang selalu berhasil membuat Pradnya bertekuk lutut dan kesulitan untuk menolak. Terlebih sentuhan pria itu selalu menciptakan candu.“Nanti malam lagi… boleh?”“Mas!
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more

47. Kekecewaan Pradnya

“Hai… mantan?”Antasena mengernyit saat menemukan Priya berdiri tak jauh darinya. Perempuan itu mengulas senyum, lalu melangkah mendekati pria itu dengan satu tangannya yang membawa dua gelas minuman. “Champagne?” tawarnya.Antasena baru saja selesai mengangkat panggilan dari Mahesa yang tengah membicarakan pekerjaan bersamanya. Pria itu menyingkir sejenak, meminta Satya dan Sairish menemaninya selagi dia bicara dengan rekan kerjanya.“Ada apa?” tanya Antasena dingin.Satu tangannya menyimpan ponselnya ke dalam saku celananya, sementara satu tangan lainnya menerima gelas yang diangsurkan Priya kepadanya. Percayalah Antasena hanya ingin menghargai perempuan itu."Kamu sepertinya nggak senang ketemu sama aku, ya?" kata Priya. "Kabarku baik-baik saja kalau itu yang membuatmu penasaran. Kangen, nggak?"Antasena menghela napas. Baru saja pria itu ingin membuka mulutnya, Priya sudah lebih dulu bersuara. "Ironi, kan? Aku yang seharusnya berada di sini sama kamu, bukan dia," katanya sembari m
last updateLast Updated : 2024-08-24
Read more

48. Cara Lainnya

TIDAK ada percakapan apapun setelah menit demi menit berlalu. Pradnya duduk dengan gelisah, sementara Antasena tak kunjung bicara saat itu. Kepala Pradnya terasa pening, ingin rasanya dia menangis saat mengingat perkataan Priya yang ditulis di dalam kertas itu.“Ada seseorang yang ngasih aku ini.”Antasena yang sibuk membuka kancing kemejanya, lantas berjalan mendekati Pradnya. Dia meraih kertas yang bertuliskan tangan itu, lalu menghela napas panjang.“Aku sama Priya memang pernah terlibat di masa lalu, Anya. Tapi bukan berarti aku bisa menghilangkannya dari masa lalu aku, kan?”Sementara Pradnya hanya diam membisu dengan kepalanya yang menunduk.“Bilang sama aku gimana caranya biar kamu bisa tenang, hm? Aku memang nggak bisa mengusir Priya dari sini karena dia adalah salah satu artis yang diundang ND Entertainment. Kamu mau aku melakukannya?”Mungkin kedengarannya memang egois. Tapi salahkah jika Pradnya takut kehilangan Antasena, meskipun pria itu sudah berulang kali meyakinkannya?
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

49. Fakta yang Sebenarnya

PRADNYA menggeliat di atas tempat tidur ketika hawa dingin dirasakannya pagi itu. Perempuan itu merapatkan selimutnya hingga sebatas bahu, sementara dia bisa merasakan tangan Antasena melingkar posesif di perutnya, sambil sesekali mengelusnya pelan setiap kali dia bergerak.Masih dalam kondisi yang sama-sama polos, entah sampai pukul berapa akhirnya mereka memutuskan untuk terlelap. Tubuhnya terasa remuk redam, tapi dia juga merasa lega sekarang.Saat perempuan itu akan beranjak, tangan Antasena sudah lebih dulu mencegahnya. "Mau ke mana?""Mau pipis, Mas. Mau ikut?""Mau," jawab Antasena namun masih dalam kondisi matanya yang terpejam.Pradnya hanya menggelengkan kepalanya. Mengusap lembut lengan Antasena, hingga pria itu kembali terlelap, dia bangkit dari ranjang tidurnya, lalu melangkah ke kamar mandi."Astaga, Mas Sena ini hobi banget, ya bikin bekas merah-merah gini! Dia keturunan drakula atau apa!""Ngomongin aku, ya?"Pradnya sontak berjengit kaget, lalu menoleh ke belakang beg
last updateLast Updated : 2024-08-25
Read more

50. Menghindar

PRADNYA ingin sekali tidak mempercayainya. Tapi suara rekaman yang didengarnya tadi, lagi-lagi berputar di kepalanya. Perempuan itu terus berlari menjauh. Menyusuri bibir pantai, yang entah ke mana tujuannya. Tidak sadar bahwa kini kondisinya tengah hamil.Napasnya terengah-engah. Air matanya terus mendesak keluar, dadanya terasa nyeri. Sampai akhirnya perempuan itu menghentikan langkahnya, kemudian ambruk di atas pasir pantai.“ANYA!”Suara seseorang yang berteriak membuat Pradnya sedikit menelengkan wajahnya dengan susah payah. Perutnya terasa berkedut nyeri, diusapnya pelan-pelan perut itu.“Nya, kamu kenapa?” tanya Sairish setelah berlari menghampirinya, tatapannya terlihat panik saat melihat Pradnya tiba-tiba ambruk di sana.“Mbak Sairish…”“Nya, kamu kenapa?” ulang Sairish terlihat khawatir saat melihat Pradnya menangis tersedu-sedu.Pradnya membungkam mulutnya dengan satu tangannya. Dadanya sudah terasa sesak, tak sanggup menjawab pertanyaan Sairish. “Semua baik-baik saja, kan
last updateLast Updated : 2024-08-26
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status