SHINTA terlihat tersenyum lebar, bahkan sebelum mobil yang dikendarai Rama berhenti sempurna di depan rumah Antasena.Perempuan paruh baya itu turun dengan tak sabaran, tak sabar ingin memeluk menantunya."ANYA SAYANG!" Shinta mengangsurkan sebuah parcel buah ke arah Antasena, lalu merentangkan kedua tangannya. Memeluk Pradnya dengan senyuman bahagianya."Astaga, Ma!" tegur Antasena, mereka sengaja menunggu kedatangan Rama dan Shinta di depan teras rumahnya."Apa sih, Sayang?" Kemudian Shinta kembali menoleh ke arah Pradnya."Mama, apa kabar?" tanya Pradnya sembari terkekeh."Baik, dong Sayang. Gimana kamu? Pasti mual-mual terus, ya? Morning sickness terus, nggak?""Nggak usah ditanya, deh Ma. Hampir setiap pagi, alarmku itu suaranya Anya. Setiap pagi dia pasti muntah-muntah dan bikin aku khawatir."Tak berselang lama, Rama yang baru saja turun dari mobil, lantas berjalan menghampiri mereka. Antasena dan Pradnya mengalihkan pandangannya, lalu mencium punggung tangan ayah mertuanya."M
Last Updated : 2024-08-22 Read more