Home / Rumah Tangga / Jerat Cinta Wanita Pengganti / Chapter 51 - Chapter 60

All Chapters of Jerat Cinta Wanita Pengganti: Chapter 51 - Chapter 60

71 Chapters

51. Kalah Cepat

“SATYA! Udah!” lerai Sairish saat itu. Satya masih saja ingin menghajar Antasena, padahal jelas-jelas Pradnya sedang dalam kondisi yang tidak baik-baik saja di dalam sana. “Lo pada nggak gila, kan? Anya lagi di dalam diperiksa sama dokter, dan kalian nggak mungkin ribut di sini!”“Semua ini karena dia!” desis Satya masih kesulitan meredakan emosinya. “Kalau lo nggak bermesraan sama si Jalang itu, Anya nggak bakalan di sini.”“Satya, udah!” Sairish lantas menarik Satya agar menjauh dari Antasena. “Kalian berdua babak belur gini, nggak ngerasain perih apa?”“Rish, sebenarnya ada apa?” tanya Antasena saat itu.Sairish menghela napas. “Lo habis dari mana aja, sih Sen?”“Gue khawatirin Anya kayak orang gila sejak tadi, Rish.”“Gue nggak sengaja lihat Anya nangis-nangis tadi. Lo ada masalah apa sama Anya?” tanya Sairish dengan tenang.“Masalah apa, Rish? Gue sejak tadi bingung nyariin Anya. Gue sama dia habis sarapan di restoran, dan tiba-tiba aja dia ngilang. Gue salahnya di mana?”“Lo ngg
last updateLast Updated : 2024-08-26
Read more

52. Bantuan Arjuna

SETELAH memastikan jika kondisi Pradnya membaik, Antasena memutuskan untuk kembali ke Jakarta. Dan tentu saja terpaksa memangkas waktu sehari babymoon-nya bersama Pradnya, lantaran situasinya yang tidak kondusif."Aku tahu kalau kamu kecewa dan marah sama aku. Tapi tolong marah dan kecewanya ditahan dulu, ya? Bisa, kan?"Pradnya mengangguk. "Mas Sena baik-baik saja?"Tidak tentu saja. Sejak kemarin suaminya itu terlihat kacau, meskipun dia berusaha untuk baik-baik saja.Pradnya sempat melihat kabar tentang foto yang telah disebarluaskan ke media. Meskipun belum sepenuhnya dia tahu seperti apa cerita di balik adanya foto itu, situasi kali ini memaksa Pradnya untuk memberikan kepercayaan sekali lagi untuk suaminya."Selama ada kamu di sisiku, aku akan baik-baik saja, Nya. Tolong jangan tinggalin aku. Mama sama Dede yang kuat, ya?""Iya."Begitu mobil yang dikendarai mereka berbelok, Antasena dengan cepat membawa Pradnya masuk ke dalam rumah. Di sana, ada Bi Ummi dan Pak Amin yang telah
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more

53. Rencana Antasena

“Mas, mau ke mana?”Pradnya mengerjapkan matanya, kemudian mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk. Perempuan itu menatap Antasena yang kini sudah siap dengan pakaian casualnya. Menoleh ke arahnya dengan senyuman lembutnya."Bentar ya, Sayang. Aku angkat telepon sebentar."Pradnya mengangguk kecil. Antasena mencium kening istrinya, kemudian melangkah menuju balkon."Gimana, Sa?""Lo work from home saja untuk sementara waktu. Gue tahu gimana kacaunya lo sekarang.""Thanks, Sa. Sorry gue bikin kantor sedikit kacau akhir-akhir ini.""Resiko kalau lo punya simpanan artis biasanya begini.""Sialan!" kekeh Antasena, sesekali menoleh ke arah Pradnya yang baru saja keluar dari kamar mandi setelah selesai mencuci muka."Oke. Gue tutup."Setelah mengakhiri panggilannya dengan Mahesa, Antasena kembali melangkah ke dalam, lalu menghampiri Pradnya.“Hei, kok bangun?”“Mas mau ke mana?” ulang Pradnya.Antasena mengulas senyum kecil, lalu mencium kening Pradnya dengan lembut. “Aku mau ke rumah Ma
last updateLast Updated : 2024-08-27
Read more

54. Pengalihan Sementara

PRADNYA diam mematung ketika membaca pesan yang baru saja dikirimkan Antasena kepadanya. Langkahnya terayun ke depan saat telinganya menangkap samar suara mobil berhenti tepat di depan rumahnya."Mas?"Antasena turun dari mobil, lalu mendaratkan kecupan singkat di kening perempuan itu. "Kamu belum siap juga?""Kita mau ke mana, Mas?" tanya Pradnya cemas. "Nggak usah ngajak aku bercanda, karena aku lagi nggak bisa diajak bercanda!"Antasena membenarkan posisi topinya, lalu terkekeh. "Siapa, sih yang ngajak bercanda? Soal aku yang ngajak kamu ke Bandung itu?""Iya! Mana lagi?" sungut perempuan itu kesal."Aku serius, Sayang. Kayaknya aku lagi ngidam pengen cilor, deh. Kata dokter kamu harus banyak-banyak jalan kaki, kan?""Mas!"Antasena menarik Pradnya, lalu mendekapnya dengan erat. "Kita siap-siap, yuk. Malam ini kita bertolak ke Bandung."Tak memberikan Pradnya menyanggah ucapannya, Antasena mengajak Pradnya melangkah meninggalkan teras, lalu bergegas menuju kamarnya untuk segera ber
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

55. Pillow Talk

“Kenapa hitam dan merah?” tanya Pradnya saat itu, wajahnya masih berkeringat, napasnya masih tak beraturan setelah aktivitas yang baru saja dilakukan mereka barusan. “Kenapa nggak pink atau kuning?”Antasena mengulas senyum lelahnya. Tangannya menjulur ke depan, lalu membelai wajah Pradnya dengan lembut. “Hitam dan merah itu definisi seksi, Sayang. Dan aku suka aja,” jawabnya lirih.“Kenapa kepikiran buat beliin lingerie, sih Mas? Malu nggak, sih pakai pakaian beginian? Jujur aja aku masih ngerasa nggak nyaman.”“Tapi kamu kelihatan cantik banget, Anya. Apalagi dalam kondisi perut kamu membesar gini.” Antasena mendekatkan wajahnya, lalu mencium bibir Pradnya singkat. “Dan ini adalah salah satu fantasi bercinta yang sudah lama aku ingin lakukan.”“Bercinta sama cewek yang pakai lingerie?”Antasena menggeleng. “Bercinta dengan istri yang pakai lingerie dalam kondisi dia hamil besar.”Pradnya memukul dada Antasena pelan. “Astaga, Mas. Kenapa kamu jadi mesum gini, sih!”“Sah-sah saja kala
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

56. Ancaman Antasena

ANTASENA tidak berbohong ketika dia mengatakan pada Pradnya, jika mereka akan kedatangan tamu dari jauh. Kehadiran Tomi yang tidak diduga sebelumnya, membuat perempuan itu penasaran sebenarnya rencana macam apa yang tengah direncanakan suaminya saat ini.“Apa kabar, Om?” tanya Antasena dengan tenang. “Mau pesan apa? Kopi?” Lalu tanpa menunggu Tomi menjawabnya, pria itu sudah memesankan minuman untuk omnya.“Aku nggak nyangka kalau om akan benar-benar datang ke sini untuk menemuiku.”Senyum kecil tersungging di bibir Tomi, pria dengan aura dingin itu lantas duduk di depan Antasena yang kini tengah duduk di sebuah restoran hotel bersama Pradnya di sampingnya.“Apa yang kamu inginkan, Sen?” tanya pria itu dingin.“Bukankah pertanyaan itu, aku yang seharusnya mengatakannya?” Satu alis Antasena tertarik ke atas. “Selama ini aku nggak pernah mengusik ketenangan Om Tomi, tapi entah kenapa aku penasaran. Entah hanya suatu kebetulan atau… hanya perasaanku saja, kalau Om Tomi sekarang mengingin
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

57. Diarak Warga

"Kenapa sih lo? Kurang pelepasan?"Antasena yang tengah terduduk dengan wajahnya yang gusar, lantas menoleh ke arah Bayusuta. Bayusuta, Arjuna, dan Divya sengaja menyusul Antasena dan Pradnya ke Bandung. Kekhawatiran itu terbukti ketika akhirnya mereka berada di Wijaya Hospital Bandung."Justru karena kebanyakan, gue jadi bikin Anya masuk rumah sakit.""Anjir, itu burung nggak sopan amat, ya!""Ada masalah, Sen? Anya baik-baik saja, kan? Atau gara-gara kepikiran soal ini, dia jadi syok?""Bisa jadi, sih. Gue sempat ngerasa kalau Anya ketakutan. Makanya sebisa mungkin gue nggak bilang apa-apa soal masalah ini.""Gue lihat om lo tadi datang ke sini kalau dilihat dari pelacak gue. Gue khawatir kalau lo nggak bisa mengatasinya, makanya gue ngajak Bayu buat nyamperin lo.""Thanks, J. Lo pasang gps di mananya om gue?""Di mobilnya. In case terjadi apa-apa, kita gampang buat menemukannya," jawab Arjuna dengan entengnya."Dia ngomong apa aja, Sen?""Dugaan kalian benar. Dia udah menghilangka
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more

58. Grup Penangkaran Buaya

PENANGKARAN BUAYA MENUJU TOBATLa Divya Kamandaka: Pak @Yudhistira sama Pak @Mahesa, saya ada cerita lucu. Mau denger, nggak?Yudhistira Ghautama: Eh, Dek @Divya Sayang. Cerita lucu apa?Mahesa Daniswara: Kalian akhirnya jadian? Alhamdulillah, kantor saya nggak bakalan kayak kapal pecah lagi. Cukup Julia aja yang berisik, jangan ditambah kalian.Yudhistira Ghautama: Kalau lo nggak mau diberisikin sama @Julia, coba lo tanya dia mau nggak jadi sekretaris pribadinya COO Diamond Group?Mahesa Daniswara: Tapi gue suka sekretaris berisik, D. Sorry.Yudhistira Ghautama: Sialan!La Divya Kamandaka: Dih, Pak @Mahesa kayaknya supporter terdepan, ya? Awas aja ngejar-ngejar saya kawin tapi sumbangannya receh doang!Yudhistira Ghautama: Wah main-main, Sa. Coba lo kasih tahu ke Dek @Divya lo punya apa aja.Mahesa Daniswara: Kalau nikahnya dua bulan lagi, saya kasih tiket PP Eropa + akomodasi buat honeymoon. Cukup?La Divya Kamandaka: Boleh mengumpat tidak? Pak @Bayusuta, nikah yuk!Yudhistira Ghaut
last updateLast Updated : 2024-09-03
Read more

59. Kondisi Terakhir Donny

Setelah berusaha menjelaskan seperti apa situasinya saat ini, Pradnya tak henti-hentinya gelisah. Beruntung Bayusuta bisa menggantikannya menyetir, Antasena bisa duduk di samping istrinya sembari menenangkannya. Sementara Arjuna membawa mobil satunya di belakang mereka."Mas, Ayah pasti baik-baik saja, kan?""Nggak apa-apa, Nya. Kamu yang tenang, ya? Sebentar lagi kita sampai."Pradnya melemparkan tatapannya ke samping jendela, sambil sesekali mengusap perutnya dengan pelan. Kegusaran yang terpancar di wajahnya sudah sulit untuk disembunyikannya.Akhir-akhir ini harinya buruk. Ada banyak masalah datang bertubi-tubi yang membuatnya bahkan kini melupakan kondisinya sendiri. Setelah berkendara selama dua jam lamanya, mobil berbelok memasuki pelataran parkir Wijaya Hospital. Dengan langkah terburu-buru mereka turun dari mobil, lalu bergegas menemui Pramitha yang menunggu di sana."Mbak!"Pramitha berhambur memeluk Pradnya. Perempuan itu terlihat ketakutan, hingga akhirnya dia menangis di
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more

60. Duka Pradnya

Pradnya masih mengingat jelas perbincangan kemarin bersama ayahnya. Tapi dia tidak menyangka jika perbincangan itu akan menjadi perbincangan terakhirnya bersama ayahnya.Tidak ada tanda-tanda bahwa ayahnya merasa sesak atau kesakitan malam itu. Bahkan ketika Pradnya sengaja datang ke kamar Donny dini hari, hanya untuk memastikan jika ayahnya tertidur nyaman di ruang rawatnya.Ada banyak hal yang ingin dikatakan Pradnya. Tentang mengapa dia melakukan pernikahan sandiwara ini, hingga akhirnya dia menjatuhkan hatinya pada Antasena. Namun, seolah waktu justru tak memberinya kesempatan. Tuhan sudah mengambil Donny selama-lamanya. Dokter dan perawat berbondong-bondong menghampiri ruang rawat ayahnya. Hanya untuk memastikan apakah kondisi Donny masih bisa tertolong atau justru sebaliknya.“Waktu kematiannya 02:20 WIB”Pradnya menjerit hebat di ambang pintu ruang rawat itu. Tangisnya meraung-raung, jika saja Antasena tidak menahannya, pasti perempuan itu sudah menerobos masuk, menghentikan a
last updateLast Updated : 2024-09-09
Read more
PREV
1
...
345678
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status