ANTASENA baru saja menuruni anak tangga lantai dua saat melihat Pradnya dan Bi Ummi sibuk di dapur. Pria itu menyampirkan jasnya di kursi, saat bersamaan Bi Ummi yang menghampirinya."Wah, kelihatan bahagia banget sepagi ini, Mas. Habis menang lotre, ya?"Antasena tersenyum, sesekali melirik ke arah Pradnya yang kini tengah sibuk menyiapkan sarapan di sana."Lebih dari sekadar lotre, Bi." Antasena menyesap kopinya dengan perlahan. "Kopi ini nggak ditambah gula lagi, kan Bi?""Nggak, kok Mas. Kopinya dibikinin sama Neng Anya, seperti biasanya. Kemanisan, ya?""Oh." Antasena manggut-manggut. "Tapi rasanya kenapa agak manis-manis gitu, ya Bi? Atau karena yang bikin manis?"Pradnya membelalak, dan dari tempatnya dia bisa melihat Antasena terkekeh. Seolah sengaja mengatakan hal itu di hadapannya."Nya, kamu nggak mau nemenin aku sarapan?""Ya?" Pradnya mengerjap. "Bentar.""Udah, Neng. Duduk saja, biar saya yang bawa ke sana.""Iya, Bi. Nanggung. Ini biar saya yang bawa ke sana aja."Denga
Terakhir Diperbarui : 2024-08-18 Baca selengkapnya