Semua Bab Jerat Cinta Wanita Pengganti: Bab 31 - Bab 40

71 Bab

31. Berakhirnya Hubungan Mereka

ANTASENA mengembuskan napasnya dengan pelan saat melihat ada banyak tumpukan laporan-laporan yang harus ditandatanganinya.Sesekali dia melirik jam yang melingkar di tangannya, sebentar lagi seharusnya dia sudah tiba di rumah, kan? Antasena ingin makan malam bersama Pradnya malam ini. Setidaknya pukul enam nanti, dia sudah tiba di rumah.Namun sepertinya pekerjaan-pekerjaan ini tidak bisa membiarkannya lolos begitu saja. Pria itu membenarkan letak kacamata yang bertengger di batang hidungnya, bersamaan dengan suara ketukan dari luar terdengar.Antasena mengangkat wajahnya, dan mendapati Julia berdiri di ambang pintu ruangannya."Permisi, Pak.""Ya, Julie. Ada apa?""Ada tamu buat Bapak. Beliau menunggu di lobi."Antasena mengerutkan keningnya. Dia yakin sore ini tidak memiliki janji temu dengan siapapun."Siapa?""Pak Satya. Adiknya Bapak."Antasena mengingat-ingat kembali. Terakhir pertemuan mereka adalah ketika Satya mengantar pulang istrinya, dan mereka sama sekali tidak memiliki u
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-15
Baca selengkapnya

32. Kekhawatiran Sena

ANTASENA membelokkan mobilnya menuju kediaman rumahnya begitu waktu sudah menunjuk angka sebelas malam.Lampu rumah terlihat sudah dipadamkan, hanya ada satu lampu di dapur yang kini masih menyala. Menjadi satu-satunya penerangan yang ada di sana.Pria itu berjalan menuju ke dapur. Setelah melepaskan jas yang sejak pagi tadi membalut tubuhnya, dia menaruhnya di kursi lalu berjalan membuka lemari pendingin di sana.Antasena lantas mengambil satu botol minuman dingin di sana, lalu meneguknya dengan perlahan.Pikirannya saat ini benar-benar kacau. Bahkan sejak tadi ponselnya menyala-nyala, tapi diabaikan olehnya begitu saja. Siapa lagi jika bukan panggilan dari Priya. Dia sudah tidak terlalu peduli lagi.Mulai dari Satya yang sudah mengetahui sandiwaranya sejak awal, dan dia tahu lebih banyak tentang Pradnya dibandingkan dirinya yang notabene adalah suaminya, sejenak membuatnya semakin kalut. Meskipun dia tidak tahu jelas apa yang membuatnya kalut sekarang."Mas?"Antasena membalikkan ba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-15
Baca selengkapnya

33. Boleh Saya Tidur Sama Kamu?

"Boleh saya tidur sama kamu malam ini?"Pradnya sempat tertegun. Pertanyaan itu bahkan belum sempat dijawab olehnya saat tiba-tiba Antasena kembali mendekatkan wajahnya, kemudian mencium sudut bibirnya dengan lembut.Tidak adanya perlawanan dari Pradnya, membuat Antasena lagi-lagi mencoba peruntungannya. Kali ini pria itu menciumnya lebih lama dan intens.Bibirnya bergerak dengan lembut di atas bibir perempuan itu. Ada desiran asing mendadak mengalir di sekujur tubuh Pradnya. Jantungnya berdetak semakin lantang, bersamaan dengan Antasena yang semakin memperdalam ciumannya.Rasa hangat sekaligus sensasi yang terasa mendebarkan membuat Pradnya akhirnya pasrah. Membiarkan Antasena mencium bibirnya dengan satu tangannya yang melingkar di tengkuk lehernya.Ini kali ketiganya mereka berciuman. Pradnya tahu apa yang telah dilakukannya saat ini adalah sebuah kesalahan besar. Anehnya, perempuan itu menyukainya. Pradnya menyukai bagaimana bibir Antasena bergerak di atas bibirnya. Pradnya juga m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-15
Baca selengkapnya

34. Sekali Lagi

Pradnya menggeliat di atas tempat tidur sembari menaikkan selimut hingga menutupi setengah wajahnya.Diam-diam mencuri tatap ke arah Antasena yang kini tengah berbaring di sampingnya. Dengan kedua matanya yang memejam, tangannya melingkar di pinggangnya. Pradnya menahan dirinya untuk tidak tersenyum, meskipun usahanya gagal.Wajah Antasena yang terlihat lelah, rahangnya yang tegas, alisnya yang tebal, juga bulu-bulu halus yang semakin mempertegas garis wajah pria itu. Dalam jarak sedekat ini, Pradnya bisa melihatnya dengan jelas. Tapi tidak dengan apa yang baru saja dilakukan oleh mereka.Seolah masih tidak mempercayainya, perempuan itu menekan dada kuat-kuat. Ada gemuruh hebat yang tak kunjung mereda meskipun sudah berjam-jam yang lalu mereka telah melakukannya."Kenapa nggak tidur?"Suara teguran itu seketika membuat Pradnya membelalak. Kemudian tangan Antasena semakin mendekapnya dengan erat."Mas Sena belum tidur dari tadi?""Udah. Kamu yang belum, kan?" Antasena menjauhkan wajahn
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

35. Bekas Kemerahan

ANTASENA baru saja menuruni anak tangga lantai dua saat melihat Pradnya dan Bi Ummi sibuk di dapur. Pria itu menyampirkan jasnya di kursi, saat bersamaan Bi Ummi yang menghampirinya."Wah, kelihatan bahagia banget sepagi ini, Mas. Habis menang lotre, ya?"Antasena tersenyum, sesekali melirik ke arah Pradnya yang kini tengah sibuk menyiapkan sarapan di sana."Lebih dari sekadar lotre, Bi." Antasena menyesap kopinya dengan perlahan. "Kopi ini nggak ditambah gula lagi, kan Bi?""Nggak, kok Mas. Kopinya dibikinin sama Neng Anya, seperti biasanya. Kemanisan, ya?""Oh." Antasena manggut-manggut. "Tapi rasanya kenapa agak manis-manis gitu, ya Bi? Atau karena yang bikin manis?"Pradnya membelalak, dan dari tempatnya dia bisa melihat Antasena terkekeh. Seolah sengaja mengatakan hal itu di hadapannya."Nya, kamu nggak mau nemenin aku sarapan?""Ya?" Pradnya mengerjap. "Bentar.""Udah, Neng. Duduk saja, biar saya yang bawa ke sana.""Iya, Bi. Nanggung. Ini biar saya yang bawa ke sana aja."Denga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

36. Antasena VS Satya

"Anya…"Suara ketukan dari luar kamarnya, membuat perempuan itu lantas menolehkan wajah. Perempuan itu baru saja selesai berdandan dan kini baru saja mengganti pakaian. Antasena melongokkan wajah di sana, tersenyum lalu berjalan mendekatinya."Bentar, Mas." Pradnya kembali menoleh ke arah layar kaca. Berusaha menjangkau resleting dress yang sudah dikenakan sekarang ini, namun sepertinya dia kesulitan."Butuh bantuan?"Belum Pradnya menjawabnya, Antasena sudah lebih dulu melangkah mendekati Pradnya. Satu tangan pria itu menyentuh pinggang perempuan itu agar merapat. Sementara tangan lainnya menaikkan resleting dress yang kini tengah dikenakan Pradnya."Kapan kita akan sekamar, Anya?"Pradnya mengangkat wajahnya, dari posisinya dia bisa melihat Antasena yang juga menatapnya."Maksudnya?""Kapan kita bisa sekamar?" ulang Antasena sekali lagi. "Bukankah kalau kita sekamar, kita bakalan bisa saling membantu seperti ini? Lagipula kita suami istri, kan?"Pradnya membalikkan badan, lalu mende
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

37. Berita Menggembirakan

"Halo, Ma. Ada apa pagi-pagi telepon?""Gimana kabar kamu?" tanya Shinta dari seberang sana, dan hal itu sejenak membuat langkah Antasena terhenti. Ada yang tidak beres dengan ibunya."Ada apa, Ma?"Shinta menghela napas di seberang sana. "Udah hampir dua bulan, kamu nggak kepikiran buat ngajak Anya ke dokter kandungan?"Benar, kan?"Iya, Ma. Nanti.""Nanti kapan? Kalau kamu nggak sempat nganterin Anya, biar Mama aja. Mama tahu kalau kamu sibuk. Setidaknya, kita tahu gimana kondisinya Anya, kan?""Ma, bahkan pernikahanku sama Anya belum genap dua bulan." Antasena mendesah pelan. "Kasih waktu aku buat bernapas, dong Ma. Aku—""Nggak ada salahnya kalau Mama bertanya, kan Sen? Mama begini karena peduli sama kamu. Entah bisa saja kamu sibuk, kan? Makanya Mama ingin menawarkan diri.""Nggak usah, Ma. Soal ini biar nanti aku bicara sama Anya, ya? Aku mau berangkat ke kantor dulu.""Oke."Usai panggilan itu berakhir, Antasena menghela napas panjang. Tidak habis pikir dengan keinginan ibunya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-19
Baca selengkapnya

38. Berakhirnya Hubungan Mereka

ANTASENA berdiri cukup lama tepat di depan kamar Pradnya. Mendadak pikirannya berkecamuk. Bagaimana bisa Pradnya berpikiran sepicik itu tentang dirinya? Bukankah dia sama sekali belum mengatakan apa-apa?Pria itu menghela napas panjang. Sebelum akhirnya memutuskan untuk turun dari lantai dua, menemui Priya yang masih menunggu di depan sana.Berusaha untuk tetap bersikap tenang, Antasena melangkah menuju teras. Priya duduk di salah satu kursi yang ada di teras tersebut, dengan senyum yang selalu ditunjukkan seperti biasanya. Kemudian bangkit berdiri begitu melihat pria itu menghampirinya.“Ada apa?” tembak Antasena dengan cepat.“Sen, aku ke sini mau minta maaf.”“Minta maaf soal apa?”Priya menghela napas gusar. “Aku tahu sikapku terhadap Anya sudah kelewatan. Aku tahu nggak seharusnya aku mempermalukan dia. Tapi…”“Kamu minta maaf sama orang yang salah, Ya.”“Sen, please… seharusnya kamu memakluminya, kan? Siapapun mereka, mereka nggak akan terima kalau melihat pacarnya sendiri berme
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-19
Baca selengkapnya

39. Pernyataan Cinta

ANTASENA tidak menghitung berapa lama perempuan itu menangis, hingga akhirnya dia terlelap di dalam pelukannya. Dengan tangannya yang bergerak naik turun di punggungnya, sesekali Antasena mendaratkan kecupan di puncak kepala Pradnya.Pria itu baru saja ingin merebahkan tubuh Pradnya agar bisa tertidur dengan nyaman. Tapi rupanya perempuan itu justru terbangun dan membuka matanya.“Mas… mau ke mana?” Suara rengekan itu sejenak membuat Antasena terdiam.“Kamu capek, Nya. Istirahat, ya?” bujuk pria itu dengan lembut.Pradnya menggeleng. “Mas mau ke mana?” “Nggak ke mana-mana. Aku cuma—”“Mas mau nemuin Mbak Priya?”Antasena tertegun selama beberapa saat. Pria itu mendesah pelan, sembari menatap Pradnya dengan tatapan tak percaya.“Bisa nggak, sih nggak kebiasaan motong omongan aku?” ujar Antasena dengan tenang. “Kasih kesempatan aku untuk bicara dulu, Anya. Bisa, kan?”Sementara Pradnya memilih untuk diam. Kepalanya mendadak pening. Perutnya mual tak nyaman, dan dadanya terasa nyeri.“U
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-19
Baca selengkapnya

40. Yudhistira’s Wedding

“Sayang, udah siap?”Suara teguran Antasena yang baru saja keluar dari kamar mandi, kontan membuat Pradnya yang sejak tadi sibuk memantaskan diri di depan layar kaca menoleh. Aroma sabun yang menguar melewati indera penciumannya terasa begitu menenangkan.“Iya, Mas. Oh, ya. Itu kemejanya kamu udah aku siapin.”Hari ini merupakan hari yang membahagiakan lantaran merupakan hari pernikahan Yudhistira dan Julia. Antasena yang baru saja selesai mandi, lantas berjalan menuju ke sofa. Di sana, Pradnya sudah menyiapkan kemeja untuk suaminya.“Perut aku belum begitu kelihatan besar, kan Mas?”Antasena kemudian menoleh. “Belum, kok. Pipinya aja yang kelihatan chubby.”Pradnya sontak menangkupkan kedua tangannya ke wajah, lalu mendelik ke arah suaminya. “Serius, Mas? Aku gendutan, ya?”“Nggak, Sayang. Kamu mungil.”“Dih, kok ngeledek, sih?”Antasena tergelak. Dia melangkah mendekati Pradnya yang terlihat cemberut setelah mendengar ucapannya. Lalu memeluk perempuan itu dari belakang setelah menge
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-22
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234568
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status