Home / Rumah Tangga / Jerat Cinta Wanita Pengganti / Chapter 21 - Chapter 30

All Chapters of Jerat Cinta Wanita Pengganti: Chapter 21 - Chapter 30

71 Chapters

21. Rumah Tinggal Bersama

TIDAK ada percakapan apapun sepanjang mobil yang dikendarai mereka melaju membelah jalanan ibu kota.Pradnya memilih untuk melemparkan tatapannya ke samping jendela, membiarkan Antasena fokus dengan kemudinya.Perempuan itu tidak tahu ke mana Antasena akan membawanya. Setahunya pria itu akan mengajaknya menuju tempat tinggal yang akan dihuni oleh mereka selama keduanya menyandang status sebagai suami istri.Setelah berbelok, tatapan Pradnya mengedar ke sekitar. Sebuah rumah dengan halaman yang cukup luas, ada pepohonan yang menjulang tinggi, membuat suasana rumah itu terlihat nyaman dan menenangkan."Yuk, turun!" ajak Antasena saat itu.Pradnya hanya mengangguk, lalu berjalan beriringan dengan pria itu. Begitu masuk ke dalam rumah, seorang pria dan perempuan paruh baya berjalan mendekat, lalu menyambutnya dengan hangat."Selamat sore, Mas Sena. Selamat sore, Neng Anya. Selamat datang di rumah.""Nya, kenalkan mereka. Ini Bi Ummi, dan ini Pak Amin. Mereka yang bakalan nemenin kita ting
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

22. Kolam Hangat

TIDAK ada yang berani bersuara setelah mendengar pertengkaran Antasena tadi. Pun begitu ketika mereka berada di dalam satu meja untuk menikmati makan malam.Pradnya bahkan kehilangan nyalinya untuk sekadar bersuara. Meskipun dia tahu bagaimana kacaunya Antasena saat ini, perempuan itu tidak ingin mencampuri urusannya. Kecuali jika pria itu yang meminta."Nya…"Pradnya lantas mengangkat wajah. "Ya Mas?""Maaf."Pradnya mulai bosan mendengar ucapan 'maaf' dari bibir Antasena. Tapi dia juga sama sekali tidak berhak melarangnya. Perempuan itu tahu jika kini pria itu benar-benar kacau sekarang."Mas mau saya buatkan sesuatu… teh mungkin?"Antasena menatap datar Pradnya, sebelum akhirnya dia mengangguk. "Boleh.""Sebentar, ya."Pradnya bangkit berdiri sembari membereskan sisa piring di meja makan, lalu melangkah menuju ke dapur untuk membuat teh di sana.Saat perempuan itu sibuk di dapur, Bi Ummi datang menghampirinya."Neng, biar Bibi saja yang beresin. Neng Anya mau bikin apa?""Saya mau
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

23. Cemburu?

"Nya…""ANYA!" Baru panggilan keduanya, Pradnya mengerjapkan matanya lalu menoleh ke arah Lyra yang rupanya sejak tadi sudah berdiri di sampingnya."Eh, apaan? Kamu ngomong apa tadi, Ra?"Lyra mengembuskan napas dengan kesal. Perempuan itu berdiri bersedekap di dekat mesin kopi, heran dengan tingkah sahabatnya itu."Kamu ngapain dari tadi ngelamun? Bukannya happy sekarang udah punya suami?""Happy apanya? Yang ada galau, Ra.""Galau kenapa?" tanya Lyra penasaran.Pradnya menghela napas panjang. Semenjak adegan ciuman semalam, dan ketika mereka bertemu pagi tadi saat sarapan. Melihat sikap Antasena terlihat biasa-biasa saja, sejenak membuat hati perempuan itu jadi gamang. Berbeda dengan Pradnya yang merasa tak karuan, oleh sebab yang tidak jelas."Ra, memungkinkan nggak, sih kalau aku—" Pradnya menggigit bibirnya bagian dalam, ragu untuk mengatakannya."Aku apa?""Aku jatuh cinta sama Mas Sena?"Lyra tertegun selama beberapa saat. Tatapan perempuan itu sejenak membuat Pradnya sedikit m
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

24. Kontrak Perjanjian

[Mas Sena: Nya?][Mas Sena: Udah mau jalan?][Mas Sena: Mau makan siang apa? Biar sekalian saya pesankan.]Pradnya yang tadinya sibuk berganti pakaian, lantas menoleh begitu menyadari ponselnya sejak tadi menyala-nyala. Perempuan itu duduk di tepi ranjang, membuka ponselnya. Yang rupanya ada pesan dari Antasena.Keningnya mengerut saat melihat pesan yang dikirimkan Antasena."Apaan sih ini?" Pradnya mulai mengetikkan sesuatu untuk membalas pesan Antasena, bersamaan dengan pesan dari pria itu muncul di bawahnya.[Mas Sena: Nya?][Astaga, Mas! Kamu gabut banget, ya sampai-sampai ngirim pesan beginian?][Mas Sena: Pesan saya nggak kamu balas. Kali aja kamu balik tidur lagi.]Pradnya mendengus pelan. Perempuan itu memang pernah menceritakan kegiatannya sehari-hari kepada Antasena. Termasuk jika dia mendapatkan jatah shift siang, jam-jam seperti ini biasanya digunakan Pradnya untuk tidur.[Mana mungkin saya tidur. Mas udah sejak pagi ngingetin saya buat ke kantor. Saya nggak mungkin lupa
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

25. Keresahan Antasena

SETELAH berdebat panjang lebar dengan Pradnya terkait isi perjanjian pernikahan kontrak mereka tadi, akhirnya rencana makan siang mereka gagal total.Pradnya harus terburu-buru berangkat bekerja karena sudah memasuki jamnya. Sementara Antasena dikejar deadline laporan sialan akhir bulannya.Antasena menghela napas panjang. Sampai akhirnya pria itu hanya duduk termenung di depan layar monitornya, sambil sesekali melirik ponselnya yang tak kunjung menyala. Baru beberapa menit yang lalu, Antasena mengirimkan pesan kesekiannya kepada Pradnya. Terdengar konyol memang, tapi anehnya pria itu ingin sekali bertemu dengan perempuan itu. Padahal jelas-jelas baru beberapa jam yang lalu Pradnya duduk di hadapannya.[Nya… lagi apa?]Jika seandainya keempat sahabatnya itu melihat tingkah kekanak-kanakannya kali ini, mereka pasti sudah tertawa terpingkal-pingkal karenanya.[Nya, saya pengen americano buatan kamu. Bisa nggak, sih kamu anterin ke sini?]Dan pesan itu lagi-lagi diabaikan.Menghela napa
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

26. Janji Sekadar Janji

"Nya?""Ya, Ra?""Kamu… masih kadang-kadang berhubungan sama Mbak Priya?" tanya Lyra penasaran.Pradnya mengernyit. Sebelum kembali menoleh ke depan. "Kenapa tiba-tiba tanya begitu?""Aku penasaran aja. Kali aja, kan?""Kali aja kenapa?"Lyra mengedikkan bahu. "Secara kalian kan partner kerja, Nya. Dari mana dulu kamu bisa kenal sama Mbak Priya, sih? Dia artis, kan Nya? Dan nggak mungkin semudah itu berhubungan sama rakyat jelata macam kita gini.""Em, dari Mbak Laura. Kebetulan dulu aku sering banget nganterin pesanan kopi buat mereka, kan? Nah, semakin ke sini aku kenal akrab sama Mbak Laura. Termasuk dikenalin sama Mbak Priya saat itu.""Terus mereka tahu soal kondisi ayah kamu. Kamu cerita soal kondisinya atau gimana?""Beberapa tahun yang lalu, aku nggak sengaja ketemu sama Mbak Laura di rumah sakit, Ra. Waktu itu aku lagi nganter ayah periksa. Nah, terus katanya waktu itu Mbak Priya juga dirawat di sana. Cuma akunya nggak mau tanya lebih banyak, sih. Sampai akhirnya aku cerita s
last updateLast Updated : 2024-06-03
Read more

27. Rasa Bersalah Antasena

"Gue nggak yakin masih bisa menetap bersama Priya lagi, Ra. Gue memang pernah berjanji untuk menjaganya, tapi Priya sudah lebih dulu menghancurkan segalanya."Laura mengangguk kecil, tahu apa yang dirasakan oleh pria itu. "Gue tahu, Sen. Apapun keputusan lo, gue bakalan dukung lo sepenuhnya."Sejak semalam mereka terjaga untuk menemani Priya yang kini tengah terbaring di atas tempat tidur. Perempuan itu mencoba untuk bunuh diri setelah mengalami kekacauan bertubi-tubi."Gue titip Priya, ya Ra. Setelah semua selesai, sorry, gue nggak bisa selalu ada lagi buat dia.""Tapi boleh gue minta permintaan dari lo?""Apa?""Sebaiknya jangan sekarang, ya Sen. Kondisi Priya yang lagi nggak stabil, ditambah masalah sama lo, dan masalah di luar sana, gue nggak yakin dia akan baik-baik saja."Antasena mengangguk. "Oke. Kabarin aja kalau ada apa-apa. Gue akan mengusahakan apapun selagi gue bisa.""Oke. Thank you, Sen." Laura menatap lekat ke arah Antasena yang tampak kelelahan. "Thank you karena lo
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

28. Tingkah Konyol Antasena

"Kalian nggak sekurangkerjaan ini sampai-sampai datang ke rumah gue, kan?"Tatapan Antasena tertoleh ke arah kedua sahabatnya. Ada Bayusuta dan Arjuna yang tengah duduk di sofa. Menunggu penjelasan dari mereka."Sembarangan! Mohon maaf gue sibuk, by the way.""Terus? Kalian ngapain ke sini?""Mau numpang makan, Babi. Ini jam makan siang kalau lo lupa. Bi Ummi katanya lagi masak buat makan siang, kata nyokap gue, rezeki nggak boleh ditolak. Bukan begitu, J?""Betul!""Kalian berdua udah macam homo aja tahu, nggak!" Antasena menghela napas panjang. Memilih untuk tidak mendebat perkataan Bayusuta."Katanya Anya sakit?" tanya Bayusuta penasaran."Hm-mm.""Sakit apa?""Demam.""Terus sekarang kondisi dia gimana?""Gue nggak tahu. Dia nggak ngebolehin gue ke kamarnya. Jadi sejak tadi pagi, cuma Bi Ummi yang gue mintain tolong ngecek kondisinya dia."Bayusuta sontak tertawa. "Lo habis ngapain, sih Nyet? Lo habis bikin kesalahan sampai-sampai bini lo nggak mau ketemu sama lo?""Hm-mm." Antase
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

29. Ajakan Kencan Antasena

ANTASENA baru saja menuruni anak tangga lantai dua, kemudian menoleh saat tatapannya kini tertuju ke arah seseorang yang tengah sibuk bersama Bi Ummi di dapur."Anya?""Selamat pagi, Mas Sena."Pradnya terlihat baik-baik saja pagi ini. Bahkan senyum cerianya terlihat mengembang di wajahnya, tidak seperti sebelum-sebelumnya."Udah baikan?" tanya Antasena dengan keningnya yang mengerut.Pradnya tersenyum kecil. "Udah. Mas Sena mau dibuatin kopi?""Boleh." Pria itu lantas menarik kursi yang ada di hadapannya, kemudian mendudukkan diri di sana. Sementara Pradnya berjalan menuju ke dapur untuk membuatkan kopi suaminya."Ini, Mas.""Kamu yakin sudah sembuh?""Yakin, kok. Malah saya hari ini masuk kerja," jawab perempuan itu dengan tenang."Nggak boleh!" ujar Antasena cepat, secepat itu pula pria itu mengutuk dalam hatinya. "Em, maksud saya… kamu baru saja sembuh dari sakit, Anya. Apa nggak sebaiknya kamu istirahat sehari lagi di rumah? Saya akan telepon manajer kamu, dan bilang kalau kamu b
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more

30. Murkanya Priya

"Nya, ngapain sih senyum-senyum sendiri?"Pradnya yang sejak tadi sibuk membuat kopi pesanan pelanggannya, lantas menoleh. Perempuan itu tersenyum."Apaan sih, Ra?""Kamu yang apaan? Nggak jelas banget. Kemarin kamu habis ngomel-ngomel nggak jelas kalau kamu lupa. Dan sekarang kamu kelihatan bahagia. Habis diapain sama Mas Sena?" cibir Lyra dengan curiga."Kemarin kami habis nonton bareng," aku Pradnya dengan wajahnya yang merona. Mengingat apa yang terakhir kalinya mereka lakukan di dalam bioskop saat itu."Jangan-jangan Mas Sena ada rasa sama kamu, Nya?" tembak Lyra penasaran.Pradnya tak langsung menjawab. Sempat perempuan itu berpikir demikian, tapi dia tidak berani menyimpulkan."Nggak usah ngaco, deh Ra. Udah, ah nggak usah ngebahas dia lagi. Aku nganterin kopi ke meja depan dulu, ya."Lyra mengangguk. Membiarkan Pradnya keluar dari area bar dengan kedua tangannya yang membawa sebuah nampan berisikan kopi."Selamat datang di Despresso Coffe. Selamat—"Belum Pradnya melanjutkan u
last updateLast Updated : 2024-08-14
Read more
PREV
1234568
Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status