All Chapters of Demi Anak Suamiku, Kurela Jadi yang Kedua: Chapter 21 - Chapter 30

“Ma, kenapa teriak Ma?” tanya Harsa tergopoh-gopoh datang menemui Zalfa. “Ada yang tiba-tiba menodongkan pisau, tapi orangnya langsung lari ke sana.” Sempat dikejar. Akan tetapi, sudah tidak ada jejak sama sekali, beberapa orang suruhan Harsa juga menyebar ke arah kanan, kiri, maupun arah yang lain. Akan tetapi, hasilnya masih tetap saja tidak ada. “Ayah, silakan masuk Yah.” “Iya, kenapa pada tegang ini?” tanya Zulkifli. “Ada yang tiba-tiba menodongkan pisau, tapi belum ketemu Yah. Udah menghilang," jawab Harsa. *** FLASBACK PENCARIAN BUKTI KETIGA “Zebra, kamu kan udah mau nikah sama dokter Jinan. Saya diundang gak?” “Wkwk, ya pasti dong Bro. Testi, gimana rasanya punya dua istri?” tanya Zebra. “Hahahah, nikmat banget, tapi tidak saya sarankan untuk kamu," jawab Harsa. “Hahahah, aku ya nggak mampu, Har. Cukup Jinan ajalah semoga.” Mereka adalah sahabat dari dulu saat berada di di bangku perkuliahan. Bukan hanya itu, tetapi saat di pesantren juga. Akan

“Enggak kok, ini mau ke … kamar mandi aja Sayang,” jawab Harsa. “Ehm, cepet!” pintanya dengan terpejam. Harsa mengecup kening istrinya. “Baik, tidur lagi yang nyenyak Sayangku.” “Hemmm,” gumamnya. Ayu terlihat mengantuk berat meskipun sempat terbangun. Tidak bohong, Harsa memang kebelet juga untuk ke kamar mandi. Ia juga yang biasanya tidak membawa ponsel ke kamar mandi, saat ini ponselnya ia bawa. Nyiur: “Mas, nggak jadi ya?” Harsa: “Bentar ya Sayang, Ayu kebangun.” Nyiur: “Kalau begitu nggak usah. Mas temenin Ayu aja.” Harsa: “Masyaallah, luas banget hati kamu❤.” Nyiur: “😄Biasa aja Mas, udah Mas ajarin kan dari dulu.” Harsa: “Ajarin?” Nyiur: “Libatin Allah dalam semua hal. Tawakkal, Surat Ghaafir ayat 44.” Harsa: “Yaa ‘Aliimu Yaa Jabbaar, Mas bangga sama istri Mas ini Ya Tuhan.” Nyiur: “Harus dong Mas. Kalau Ayu kebangun kok Mas chat aku?” Harsa: “Lagi di kamar mandi Sayang.” Nyiur: “Oh, jangan lama-lama. Nggak baik kata Mas sendiri.” H

Sebenarnya, ini juga bisa menjadi jalan keluar dari sesuatu yang membuatnya rumit itu. Akan tetapi, ini masih dalam pemikiran Ayu sehingga kalau dikatakan bisa keguguran berarti sandiwaranya itu sudah selesai dan kalau pun nanti Ayu hamil itu sudah bisa dipastikan bahwa mereka mempercayainya itu adalah anak dari Harsa. Itu pikiran pendek dari Ayu, beruntungnya ia segera ingat kesannya terlalu tidak mungkin jika ia bilang keguguran, tetapi dengan secepat itu dia sudah sampai di rumah lagi. Setidaknya ia masih dirawat di rumah sakit untuk melakukan kuret. Karena tidak mau dibuat pusing sendiri, Ayu pun menyerahkan hal itu untuk suaminya saja yang menjawab. Perutnya masih kram, kakinya masih sakit, ia tidak mau pusing memikirkan hal yang ia benci. Kenapa juga mertuanya itu ingat dengan kehamilan? Membuat muak saja! Barusan Nyiur juga sedang menelan pil pahit lagi mendapat cibiran keras dari sang mertua. Ayu tidak tega jika ia juga ikut-ikutan membongkar hal tersebut yang dampaknya leb

Banyak anak tadi ingin foto. Terpaksa Ayu berikan karena ternyata mereka adalah anak pesantren yang sama dengan pesantrennya Ayu, Harsa, fan Nyiur. Setelah itu Harsa pergi untuk membeli makanan dan minuman. Nyiur: "Sweetnya kalian, aku tahu di story Mas Harsa." Ayu: "Hehe, makasih Nyiur, ehhh ... apa? Bikin story apa? Foto aku nggak." Nyiur: "Nggak kok. Cuma tangan kalian aja lagi gandengan." Ayu: "Kok kamu liat, sih? Kamu nggak cemburu?" Nyiur: "Nggak Ay😁, aku yakin Mas Harsa itu bisa bikin kita sama-sama bahagia, nggak cuma kamu dan nggak cuma aku." Istri pertama dan istri kedua Harsa sedang di zona akrab. Mereka bertengkar, bercengkrama dengan tanda-tanda tanpa ada kecemburuan dan persengketaan. Sekalipun mungkin hal ini menjadi sebuah kecemburuan bagi Ayu, tetapi bagi Nyiur itu justru kenikmatan. Sangat renyah dengan jawaban-jawaban dari Nyiur, sayangnya ia juga belum bisa melakukan hal tersebut dengan semudah itu. Ayu: "Ya Allah Ya Allah🥲aku lom bisa seluas itu, Be

Ayu dan Harsa masih menikmati keindahan pantai. Mereka sampai larut sore di sana dan sampai rumah sudah sangat malam. Waktunya benar-benar dihabiskan untuk berdua. Harsa menolak membicarakan perkara penyelesaian masalah, baginya sekarang ini bukan memikirkan hal tersebut waktunya, tetapi untuk khusus bersenang-senang saja. Bukan hanya satu kali Harsa menunda hal-hal yang seharusnya sudah diselesaikan dan dibicarakan menjadi belum terselesaikan. Ayu maupun Nyiur sudah sering komplain atau mengingatkan bahwasanya Harsa itu terlalu menunda. Memang tidak salah jawaban dari Harsa. Ketika masih amarah membludak itu tidak baik untuk menyelesaikan masalah dan ketika saat juga belum tepat itu tidak baik untuk menyelesaikan masalah karena itu hasilnya yang dibicarakan hanya mendapatkan sia-sia saja. "Sayang," ucap Harsa. "Hmmm," jawab Ayu sibuk bikin desain. "Kok hmm sih jawabnya. Tutup laptopnya, udah saatnya istirahat." Harsa mengambil laptop tersebut dan menarik Ayu untuk tidur. "Ya