Ayu sempat takut saat seperti ada binatang di jilbabnya. Hanya kelihatan hitam-hitam dari depan karena warna kupu-kupunya memang hitam. Setelah tahu, mereka tersenyum dan membiarkan kupu-kupu itu pergi dengan sendirinya, tidak mereka usir. Boleh dibilang bahkan hewan pun ikut bahagia. Kupu tersebut tampak sangat bahagia bersandar pada jilbab Ayu. Mereka mengajak bercengkrama meskipun entah bahasa kupu-kupu bagaimana. Yang pasti kehadiran kupu tersebut membuat mereka semakin terenyuh dan bahagia. Hewan pun betah menempel pada Ayu apalagi Harsa. Kupu itu berhasil membuat dunia mereka semakin dan semakin menjadi milik berdua meskipun bersama kupu-kupu juga aslinya. Suasana pantai yang mendukung, ditambah kupu-kupu yang memberi kemesraan dengan begitu cantik, dan cara Harsa memanjakan istrinya dengan penuh ketulusan, istri mana yang tidak bahagia jika dibegitukan? "Enak di sini. Love banget sama Trenggalek, dari kotanya, pantainya, pesantrennya, sampai ke laki-lakinya," kata Ayu.
Ayu dan Harsa masih menikmati keindahan pantai. Mereka sampai larut sore di sana dan sampai rumah sudah sangat malam. Waktunya benar-benar dihabiskan untuk berdua. Harsa menolak membicarakan perkara penyelesaian masalah, baginya sekarang ini bukan memikirkan hal tersebut waktunya, tetapi untuk khusus bersenang-senang saja. Bukan hanya satu kali Harsa menunda hal-hal yang seharusnya sudah diselesaikan dan dibicarakan menjadi belum terselesaikan. Ayu maupun Nyiur sudah sering komplain atau mengingatkan bahwasanya Harsa itu terlalu menunda. Memang tidak salah jawaban dari Harsa. Ketika masih amarah membludak itu tidak baik untuk menyelesaikan masalah dan ketika saat juga belum tepat itu tidak baik untuk menyelesaikan masalah karena itu hasilnya yang dibicarakan hanya mendapatkan sia-sia saja. "Sayang," ucap Harsa. "Hmmm," jawab Ayu sibuk bikin desain. "Kok hmm sih jawabnya. Tutup laptopnya, udah saatnya istirahat." Harsa mengambil laptop tersebut dan menarik Ayu untuk tidur. "Ya
Harsa masih terdiam dan tersenyum menatap istrinya berasa protes bahwa dirinya diperkukan tidak baik oleh orang yang awalnya juga baik. Istri keduanya ini sangat kritis, ada kesalahan sedikit saja dia sudah langsung punya perkataan untuk melawan. Sama saja sebenarnya Nyiur pun juga demikian. Kedua istri Harsa adalah orang yang sama-sama pintar, orangnya sama-sama cerdas dan itu bukan sembarang wanita yang ia kenal. Keduanya memang menjadi sosok yang sangat menggetarkan dunia Harsa. Sebenarnya hidupnya bersama kedua wanita ini itu penuh barokah penuh manfaat dan sangat bahagia. Hanya saja yang membuat ia mengeluh itu ketika permasalahan-permasalahan muncul dan itu membuat mereka menjadi tidak akur. Sebenarnya, hal ini yang ia khawatirkan bukan perkara dua hati yang sama-sama menjadi miliknya. Besok Harsa ingin fokus meneliti tentang kehamilan Ayu. Bagaimana menjelaskan tentang ini ke Nyiur, bagaimana menjelaskan itu semua ke Zulfikar, Zalfa, dan semua keluarga yang sudah tahu. E
"Sakit kenapa, Sayang? Gara-gara haid kamu ya?" tanya Harsa. "Sakit karena nggak dipeluk. Kenapa Mas malah hadap ke sana? Nggak manfaatin kesempatan banget!" rajuk Ayu. "Hahahha, iya-iya sini peluk!" *** Pagi ini, Harsa memberi izin istrinya pergi bersama Nyiur untuk imunisasi kembar. Harsa menemukan diary Ayu di atas ranjang dengan keadaan terbuka. Tertulis Diary Pilu 2021, istrinya itu pasti habis bernostalgia. Tahun 2021 Ayu Renjana kehilangan sebuah kepercayaan yang sangat besar. Semua tidak ada yang berhasil menghibur maupun membuatnya tertawa lagi. Seluruh siang menjadi malam, seluruh panas menjadi dingin yang membekukan, dan kehangatan mentari juga disirnakan oleh senja yang berkabut hitam. Tidak kutemukan lagi pohon yang ada buahnya, tak kutemukan lagi ranting yang ada bunganya. Tidak kutemukan lagi hiasan dinding yang memberi pesona, tinggal tembok polos dengan guratan pena yang sedikit pun tak punya makna. Tuhan ... ini kasih sayang atau memang sebuah hal yang pa
Harsa: “Udah mau pulang belum? Mas hubungi sopirnya biar cepet, soalnya tadi Mas suruh pulang dulu.” Ayu: “Belum, masih makan-makan dan ghibah.” Harsa: “Astaghfirullah, anak cantikku diajak ghibah. Itu mah bukan acara imunisasi kayaknya, yang makan yang ghibah siapa? Ibunya kan? Bundanya kan? Awas jangan genit sama Bapak-Bapak! Ayu: “Siap, Sayangkuuuu.” *** Setelah kemarin Harsa membaca diary dari Ayu, kini ia tiba-tiba teringat dengan Nyiur. Nyiur seorang penulis, sedangkan Ayu adalah pendesain. Harsa mewujudkan keinginan istrinya untuk memiliki toko buku besar, dan itu sudah berjalan lancar dan sangat laris, utamanya buku-buku yang ada di situ adalah karangan dari Nyiur sebagai buku fiksi, dan banyak juga dari Harsa sendiri karena Harsa juga penulis, hanya saja bidang non fiksi. HARSA MASUK TOKO DAN MENGAMBIL SATU BUKU SENANDIKA BERJUDUL JERITAN BA'DA SAH. ITU SENANDIKA, TETAPI NYIUR SENGAJA MENYAMARKAN NAMANYA. Aku bukan lagi wanita yang utuh. Separuh dari hidupku
"Bahagia kok Mas. Kan aku sudah bilang, apapun tentang orang lain … jika Mas masih sanggup bersama untuk menjadi tentaraku ya no problem, " jawab Nyiur. Harsa melepaskan pelukan. Usaha kemarin untuk mengambil langkah membongkar kehamilan masih juga gagal. *** Kemarin ia punya langkah untuk kembali menemui Jinan supaya mengakui semuanya. Terpaksa Harsa lakukan hanya berdua karena untuk memperoleh pengakuan. Waktu itu sempat dibuat bersama banyak orang dan ternyata memang Harsa kurang tepat jika menyelesaikannya seperti itu. Sekalipun mereka cuma berdua dari belakang, anak buah dari Harsa sendiri itu banyak yang sengaja Harsa suruh bersembunyi. Mereka sengaja tetap membawa anak buah untuk menyaksikan dirinya saat bicara dengan Jinan karena posisinya mereka adalah laki-laki dengan perempuan. Bisa meminta anak buah untuk mengawasi dan ketika nanti ia khilaf atau ada gerak-gerak bahaya disuruh untuk segera mengingatkan karena seseorang itu tidak akan tahu kapan untuk berlaku buru
“Nggak paham, wkwk. Ngantuk Mas! Aku juga bingung deh, pokoknya kalau kita nempel dan Mas ngomong panjang tuh aku kayak dihipnotis rasanya!” Ayu sedikit tertawa sembari terpejam. Harsa langsung menutup mulut cerewet itu dengan tautan bibir yang saling berperang. Jika mulutnya berbicara membuat Ayu mengantuk, mungkin ini fungsi mulut yang membuat dirinya bangkit terketuk. Benar, ia langsung menanggapi permainan dengan cekatan. Menikmati indahnya rangsangan halal yang mengibarkan proklamasi kesejahteraan. “Hemmm, ternyata ini fungsi mulut saya yang sebenarnya.” Harsa ikut terpejam sembari memeluk bidadari yang selalu menghiasi langkahnya. Napas Ayu tersengal-sengal. “Huuhhhh, kenapa aku ngerasa lelah banget Mas! Asli lemes, lemes banget badan aku.” Harsa tersenyum dan membuka mata. Menatap istrinya yang memang napasnya sangat tidak beraturan. “Nanti malam akan saya buat kamu lebih dari ini.” “Mas, aku lagi serius. Ini badan aku lemes banget bukan perkara itu. Kepala Ayu ju
Ayu hanya terdiam. Ia membiarkan Harsa tidak puas dengan apa yang ditanyakan. Ia sengaja tidak mau menjawab sebab semuanya sudah jelas dan sesuai dengan apa yang Harsa katakan sesuatu yang sudah jelas tidak perlu diperjelas. Satu sebenarnya keinginan dari Ayu. Ia tidak ingin bersandar di brankar yang sangat tidak nyaman itu. Ia ingin bertanya seperti biasanya dan ingin bertingkah seperti biasanya tidak terlibat oleh selang infus. Dia tidak suka dengan hal yang dibatasi serba dibatasi seperti ini. Hanya saja dokter baru memperbolehkan pulangnya Ayu itu besok. Itu pun belum selalu pasti hanya kemungkinan yang bisa diucapkan kalau keadaan Ayu membaik. Faktanya ia belum juga terlalu baik membaik karena di malam yang dingin itu dia kembali memuntahkan segala isi yang di makan sore tadi. HUKKK. “Mau muntah lagi? Sini-sini, jangan ditahan, gak apa-apa kalau muntah lagi,” kata Harsa. HUEKKK. Ayu melepaskan seluruh dorongan dari dalam tenggorokan untuk muntah. Dengan telatenny
Harsa: "Aman, Sayang. Kamu di belakang saja sama Nyiur." Ayu: "Huuh, iya-iya!" Harsa: "Hehe, bentar ya Sayang ya." Sejatinya, poligami itu pilihan. Pilihan yang bergantung pada kejadian apa yang menyebabkan diri tersebut harus, wajib, atau tidak dianjurkan poligami. Dalam Al-Qur'an memang poligami itu diperintahkan, Nabi Muhammad juga melakukan, tetapi tidak sekedar perintah mentah yang tak mempunyai syarat dan ketentuan. Dalam surat An-Nisa', poligami diperintahkan sampai maksimal empat, salah satu syaratnya yaitu dengan syarat adil terhadap para istri dan itu pun di ayat selanjutnya dipertegas bahwasannya laki-laki tidak akan bisa adil terhadap istri-istrinya. Itu artinya, poligami sifatnya kondisional. Penjelasan dari maksimal empat itu sendiri memliki maksud dalam sejarahnya sebagai batasan karena dulu di zaman Rosululloh itu laki-laki menikahnya dengan banyak sekali perempuan. Nabi Muhammad pun, melakukan poligami selepas istri pertamanya meninggal, poligami Nabi Mu
Poligami menjadi perbincangan besar mungkin dalam suatu kalangan ada yang berpikir bahwasanya poligami ini dianggap haram. Ada juga yang menganggap bahwasanya poligami itu justru dianjurkan. Saat ini harusnya berada di tengah orang yang menganggap bahwasanya poligami itu haram. Bisa dikatakan yang mengatakannya itu adalah orang baru di lingkungan tersebut. Bukan hanya berhasil menjadi orang baru yang memikat banyak perhatian karena ia adalah seorang yang kaya raya dan menjadi cucu dari kepala desa tersebut tetapi orang tersebut juga menjadi seorang yang terkenal agamanya kuat karena kabarnya juga dia ke situ itu setelah pulang dari pesantren serta kuliah juga di luar negeri. Mengetahui hari saya memang poligami seseorang tersebut mendatangi rumah Harsa dan mencoba mengatakan untuk menceraikan salah satu dari istrinya. Ayo langsung emosi Mendengar hal tersebut ya langsung ke belakang dan membicarakan hal tersebut dengan nyiur dengan keadaan wajah yang sa
Itu semua adalah bayangan harga dan akibatkanlah mereka saat ini sedang di kamar tidur. tiba-tiba teringat dengan putrinya, yaitu Aliza yang dijodohkan dengan Yudhistira. bentar lagi memang acara apa di pesantren tersebut itu terlaksana dan rencananya mereka akan membahas hal tersebut lagi. Mereka bercerita seperti itu seakan-akan sudah nyata. meskipun harus sah dan istri pertama usai honeymoon di Bobocabin Coban Rondo Malang mana tempat tersebut juga menjadi tempat yang Ayu inginkan saat mereka di sana Ayu merasa sangat iri sekali sangat ingin segera ke sana dengan Harsa setelah Harsa pulang ternyata keinginan tersebut sudah hilang juga Ayu tidak terlalu menginginkan untuk pergi ke sana bahkan sekarang yang ia bahas setelah hari Sabtu pulang itu bukannya menceritakan tentang bobo cabin Coban Rondo tersebut tetapi saat ini Ayu justru terbuka untuk saling ngobrol mengenai masa depan dari anak-anak mereka. tidak keberatan untuk Harsa
Saat acara haflah di pesantren Nyiur, Harsa, dan juga Ayu, mereka terlebih dahulu sowan ke ndalem dan di sana mereka juga bertemu Yudhistira Pamungkas yang menjadi pura kecil dari Bhima Purnama dan Tessa Soraya yang merupakan pengasuh cabang pesantren yang dulu ditempati oleh mereka bertiga. "Om Tila ayo main!" ajak Aliza. "Main apa Za?" Kini keakaraban Yudhistira dengan putri Harsa pun sudah sangat erat. Sebenarnya mereka itu dijodohkan dari kecil, Yudhistira menyadari itu karena saat ini dia sudah menginjak usia SMP. Jaraknya memang sangat jauh, tetapi orang tua mereka yakin untuk menjodohkan sejak dini. Yudhistira ini orangnya cool, tidak terlalu mengurusi juga apa yang orang tuanya rencanakan. Berbeda dengan Aurora Willona. Sosok cantik kembaran Yudhistira yang sangat cerewet dan nakal. Meskipun sudah ditegur beberapa kali, dihukum juga, ia tetap saja teguh pada apa yang menjadi keinginan. Cewek tomboi, andaikan dia tidak berada di lingkungan yang kenthal agama, mungkin
"Mas Harsaaaaaa! Ayu kangen banget banget banget!" Ayu langsung memeluk sang suami saat masih di depan pintu. "Kamu nggak kangen aku, Ay?" tanya Nyiur. Ayu beralih memeluk Nyiur. "Kangen dong! Kapan sih aku nggak kangen sama kamu!" "Huum, Ayu! Lihat nih Mas Harsa KDRT!" kata Nyiur. "Mas Harsa!" Ayo melotot keras saat melihat lebam di tangan Nyiur. "Kalian ini udah mau bikin saya naik daerah ya masih di depan pintu!" CUPP CUPP Harsa mengecup keduanya dan memberi senyuman desta merangkul mereka untuk segera masuk ke dalam rumah. Putri dan putra mereka tanpa senyum bahagia dan bersorak meskipun sang buah hati yang masih kecil masih bisa tertawa tawanya bayi. Raut wajah mereka tidak bisa bohong bahwa mereka itu sangat merindukan Nyiur dan juga Harsa. Meskipun saat berada di dalam telepon juga Mereka terlihat seperti negara-negara saja itu sebenarnya nyiur dan
"Hahah, iya-iya. Kita keluarkan bareng-bateng ya Sayang!" Harsa masih sempat mengecup Sudah sejauh ini ia melangkah dalam rumah tangganya. Pernah berpikir, dulu waktu kecil punya kesenangan yang luar biasa itu ketika berkumpul dengan teman dan bermain bersama. Harsa terbengong di depan cermin saat menunggu istrinya masih buang air besar. Waktunya cepat sekali berubah. Seakan-akan kita hidup di dunia ini hanya tentang kenikmatan sementara dan digantikan dengan kenikmatan lain seiring berjalannya waktu. Itu bukan seakan-akan, tetapi kenyataan. Yang sebenarnya, dari situ Tuhan sudah memberi peringatan. Ya, peringatan bahwasannya hidup di dunia hanya mampir. Kebahagiaan di setiap detiknya berubah. Ini juga tentang, bagaikan merawat waktu yang sedikit ini untuk bisa menyelaraskan antara kepuasan dan kebijaksaan. Hidup itu ya begitu-begitu saja. Ada ekspetasi, kepuasaan, kekecewaan, dan kekhilafan. Kecil adalah simulasi dari besar. Waktu
"Sayang, aku kebelet banget! Tapi males ini gimana?" tanya Nyiur. "Ya dilawan dong malasnya. Emangnya kamu mau jadi budaknya hawa nafsu? Mau jadi pembantunya? Baru aja semalam kita bahas di Qosidah Burdah pasal 2. Hati-hati sama nasihatnya hawa nafsu, hawa nafsu sesat Sayang!" Harsa menghentikan mobilnya. "Mas! Apa sih orang kebelet malah diceramahin! Bisa-bisa aku ngompol aja di mobil kamu ini!" sahut ketus Nyiur. "Hmmm, maaf Sayang nggak ada maksud Mas yang mau menghakimi kamu! Sini peluk dulu!" kata Harsa. Nyiur pun mengambil kesempatan yang diulurkan oleh tangan sang suami. "Ceramahin boleh banget, tapi Nyiur lagi sensitif hawanya Mas. Aku pengennya marah-marah, aaa nggak jelas deh. Aku jadi makin kangen Ayu kalau lagi nggak jelas kayak gini. Tahu gak Mas? Aku sama Ayu yuh kadang punya perasaan ngerasa gak jelas kayak gini barengan loh." Mungkin, efek akan datang bulan. Ini yang ada da
mereka sudah beberapa hari menginap di Bobocabin Coban Rondo. saat sore hari sudah waktunya mereka untuk pulang, rasanya ya seperti masih ingin berteduh di tempat tersebut lebih lama. akan tetapi tidak bisa dibohongi mereka juga merindukan yang di rumah entah itu Aliza dan Alifa Ayu Alil dan Aliq maupun orang tua dan mertuanya. Salah satu beredar mereka supaya bisa ikhlas atau menerima bahwa mereka itu tempatnya tidak bisa selalu di situ ya karena menyadari bahwa mereka itu sudah berkeluarga dan memiliki keluarga yang tempatnya tidak di situ. tempat tersebut memang memberi sebuah ketenangan yang luar biasa untuk mereka dibalik seluruh keresahannya selama ini. bukan hanya menyediakan tempat untuk bersenang-senang bagi mereka dalam menjalankan sesuatu yang memang menjadi misi akan tetapi mereka di sana Ini juga banyak belajar tentang sebuah kerukunan yang ternyata Puncak dalam mencapainya itu harus disertai effort yang luar biasa. Di sana mere
Endingnya selalu memuaskan. Mereka sama-sama puas dan merasakan apa yang memang menjadi tujuan. Namun, di sisi lain Harsa merasa dirinya terlalu keras terhadap sang istri dalam urusan dunia erotisnya. "Maaf ya kalau di sini Mas mainnya lumayan lebih keras," bisik Harsa. "Hemm, gapapa suamiku, Nyiur seneng kok. Cuman kalau jadi, Mas jangan marah," jawab Nyiur. "Jadi apanya?" tanya Harsa. "Ya jadi anaklah," jawab Nyiur terkekeh. Sebuah hal terjadi di dunia ini sudah banyak tipu dayanya. Harsa mencoba angkat bicara seperti apa yang dinasihatkan dalam Qosidah Burdah pasal dua. Salah satu baitnya mengatakan tentang tipu daya, di sana pakai kata lapar lebih sering dari kenyang. Ini artinya, godaan hawa nafsu itu lebih pintar menyusun godaan yang mana akibatnya tidak seberapa memberi keberuntungan. "Jadi kembalinya gini Sayang. Ya kalau nggak siap dengan akibat, ngapain berbuat?" "Kan bisa jadi karena ngga