Semua Bab Demi Anak Suamiku, Kurela Jadi yang Kedua: Bab 11 - Bab 20

179 Bab

Bab 10. Game

Zulkarnain: "Oh itu wkwk. Tahulah, satu hal nih PR kamu. Kalau jadi suaminya anak Daddy tuh harus banyak-banyak koleksi game. Semenjak kamu tinggal nikah, Ayu suka main game entah itu game apapun, katanya sih biar bisa move on sama kamu." Mas Harsa: "Aduh ada-ada aja, emang gamenya gimana Dad?" Zulkarnain: "Ini nih (Kirim video) Mas Harsa: "Allahu Akbar haha, makasih sekali Daddy. Ehmm, tapi sekarang kan udah nggak perlu move on, kenapa anak Daddy tetap suka game?" Ayu belum tahu kalau Harsa bertanya ke Zulkarnain. Mengetahui hal tersebut, Harsa menahan tawa di depan istrinya yang masih memanyunkan bibir. Jadi semakin sayang sama Ayu, Harsa jadi lebih mengerti jikalau Ayu adalah perempuan yang hebat dalam mengelola cinta. Ia berhasil melawan tanpa harus mengganggu. Zulkarnain: "Ibaratnya kayak kamu kalau semalem aja nggak berinteraksi dengan pasukan dalamnya tubuh anak Daddy🤣🤣. Dah sana rawat anak Daddy dengan baik." Sama saja, Harsa dan Zulkarnain adalah kelompok lelaki
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-08
Baca selengkapnya

Bab 11. Bukti

“Hei! Di mana kamu Mas!” Ayu turun dari mobil dan mengikuti jejak suaminya tadi. Ayu: “Mas, jangan bikin panik dong!” Mas Harsa: “Haha, lagi kebelet Ay.” Ayu: “Nggak percaya! Jangan-jangan ketemuan sama istri pertama!” Mas Harsa: “Tidak, Sayang” Ayu: “Nggak percaya! Toilet samping masjid kosong tuh pintu terbuka.” Kembali membuat Ayu panik dan kesal. Ia sampai masuk ke toilet depan yang entah mengapa sangat bau. Hampir saja muntah, demi suaminya ia rela meneliti di sudut-sudut kamar mandi tersebut. Mas Harsa: “(Kirim foto) Nggak percaya, hmm?” Ayu lupa kalau di belakang masih ada toilet. Baru sadar setelah Harsa mengirim foto sedang buang air besar di toilet tersebut. Harsa yang mengetahui Ayu berada di toilet depan merasa sangat diperhatikan sekali, ada wanita yang sepanik itu dengan dirinya. Mas Harsa: “Kamu ngapain di toilet laki-laki? Di situ bau Ay, belum lagi kalau ada cowok yang kebelet. Saya gak mau istri saya ternodai matanya.” Ayu: “Iya udah kelu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-08
Baca selengkapnya

Bab 12. Air Mata

Video tentang seseorang yang mengatakan tentang kerja sama bersama dokter yang menangani Ayu di depan toilet membuat Harsa tercengang dan Ayu yang mendengar pun langsung ingin memberitahukan hal tersebut kepada Nyiur. Namun, Harsa belum terlalu yakin karena kalau Ayu yang dimaksud itu pasti Ayu Renjana, dan belum tentu juga maksud dari kerja sama tersebut adalah perkara buruk. Satu lagi tentang foto Nyiur memberikan amplop ke dokter yang menangani Ayu, belum pasti juga hal itu buruk. "Sayang, hal itu belum jelas. Kita analisa berdua dulu!" Harsa menutup pintu kamar. "Mas! Ini buktinya sudah jelas, mau tunggu sampai separah apa, hah! Sampai keluarga Mas berhasil dipermalukan Nyiur, iya!" bentak Ayu. Sementara di luar Nyiur kaget mendengarkan Harsa dan Ayu tahu keberadaannya memberi amplop dokter yang memang ia ajak kerja sama. Nyiur sengaja melakukan hal ini dengan tujuan utama supaya Ayu dibenci sang mertua, tetapi lagi-lagi tuduhan tersebut sekalipun dipercaya tetap saja Ayu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-08
Baca selengkapnya

Bab 13. Istri Manjaku

“Katakan apa yang sebenarnya kamu tahu,” Kata Harsa. “Ada rasa takut yang sangat dalam, aku takut kena baby blues, Mas! Jangan jauh-jauh ya, jangan tinggalin aku. Aku tidak pernah mempermasalahkan bagaimana sikap orang lain kepadaku, asal kamu tidak pernah mengabaikanku dan anak-anak, sekalipun sekarang ada Ayu yang benci Nyiur." Nyiur menunduk. Harsa mengangkat wajah sang istri untuk dihadapkan dengan tatapannya. “Sayang, kalau ada yang kurang … bilang ya. Kalau kamu tidak kuat dengan sikap Mama dan Papa, bilang ya. Kalau sekiranya capek banget sampai nggak kuat untuk berbuat baik lagi dan dengan terpaksa akhirnya merajut hal-hal yang dilarang … kamu nggak perlu ketakutan menyembunyikan itu semua dari saya. Kita ini bukan musuh dan saya tidak mungkin mengabaikan kamu serta anak-anak. Apa yang terjadi sekarang ini jika dipandang dari sisi manusia ya memang ini sudah menjadi pilihan kita. Kita udah diberi pilihan, konsekuensi yang menyakitkan mau tidak mau harus diusahakan un
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-09
Baca selengkapnya

Bab 14. Mertua Jahat

“Biar Harsa yang ngeberesin, Ma. Nyiur lagi mau ngasih ASI ke Adik Chali,” jawab Harsa. “Kamu tuh jangan dikit-dikit manjain istri kamu ini! Akibatnya dia jadi pemalas dan membiarkan rumah berantakan! Hari ini ada arisan satu jam lagi di rumah ini, tapi semua masih berantakan. Ngapain aja istri kamu ini!” bentak Zalfa. “Mama kamu benar, Har. Jangan dengan alasan punya anak jadi pemalas! Mama kamu dulu waktu ngelahirin kamu juga tidak selebay Nyiur. Semua tetap dilakukan untuk menjaga kebersihan rumah,” imbuh Zulfikar. Suasana yang seperti ini yang membuat Harsa dan Nyiur sangat sesak. Mau dilawan dengan keras juga, tetapi itu adalah orang tua. Bagaimana pun, pernah berjuang keras bagi berdirinya seorang Harsa. Namun, berbeda dengan Nyiur yang kini justru main belakang dengan terpaksa mengorbankan Ayu. Bahayanya orang yang sedang sakit hati itu ya seperti ini, kembali menyerang dengan caranya sendiri. “Ma, Pa. Mohon maaf, mulai besok Harsa harus mencari pembantu! Semakin ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-09
Baca selengkapnya

Bab 15. Arisan

"Parah deh, kenapa rajin-rajin amat, sih orang-orang itu? Oh, sambil mau nengok Chala Chali, tapi Mama tetap saja bicara yang begitu-begitu. Sayang, kita temani Nyiur yuk! Kita harus bisa melawan apa yang Mama ucapkan, apalagi saat di depan Nyiur,” kata Harsa. “Hah? Melawan?” Ayu bangkit dari bersandar. “Maksudnya tuh mencari tameng untuk melindungi Nyiur, kamu tahu kan? Gimana kondisi seorang ibu yang baru saja melahirkan. Saya nggak ingin Nyiur sampai kena mentalnya,” ungkap Harsa. “Siap! Ayo-ayo berangkat!” Ayu segera ganti kostum. Jika mengingat fitnah yang masih berantakan itu, Ayu memang kesal, siapa yang tidak marah dan emosi dengan keadaan yang dibegitukan. Hanya saja, Ayu mengingat betapa baiknya seorang Nyiur, betapa sabarnya seorang Nyiur menghadapi ini semua yang sudah berjalan lebih dari tiga tahun. Seburuk apapun manusia itu tetap pernah berbuat baik, seburuk-buruknya perilaku manusia, ada hati yang sebenarnya tidak tega untuk melakukannya, tetapi rasa sakit hati
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-09
Baca selengkapnya

Bab 16. Firasat

"Hahahh, boleh dicoba kalau kamu berani,” jawab Harsa. “Beraninya sih berani, tapi kok nggak sopannya kebangetan. Dah ah, terlalu konyol wkwkwk.” Ayu kembali terkekeh. Mereka istirahat sejenak kemudian kembali bersih-bersih dan sholat Ashar berjamaah satu keluarga. Lingkungannya di situ masih sangat minim agama, bisa dikatakan sebenarnya Ayu, Nyiur, dan Harsa adalah perintis hanya saja belum bisa diterima dengan baik oleh masyarakat jika mereka bertindak layaknya di tempat yang mayoritas paham agama. Akibat dari faktor lingkungan juga sebenarnya, Ayu dan Harsa terjebak dalam maksiat di bidang pacaran. *** Ayu: “Sayang, aku kok tiba-tiba sedih lagi.” Harsa: “Udah makan belum?” Ayu: “Belum, Mas.” Harsa: “Kita makan di luar ya, ada yang mau Mas omongin.” Ayu: “Sama Nyiur juga?” Harsa: “Enggak, Sayang. Kita berdua saja.” Ayu: “Jam berapa? Ayu sudah sangat lapar, tetapi masih bertahan menahan lapar karena biasanya sang suami lebih suka makan bersama di rumah. Ia sudah ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-10
Baca selengkapnya

Bab 17. Pemblokiran

Nyiur: “Ay, kamu disuruh buka blokiran dan disuruh makan sama Mas Harsa.” Ayu: “Ogah banget. Udah nggak mood.” Nyiur: “Hahha, gara-gara Mas Harsa sibuk kerja kan? Sama sih, aku juga habis blokir nomornya dan sosial media yang lain.” Ayu: “Heem. Iya kah? Kenapa kamu juga blokir Nyiur?” Nyiur: “Aku tuh curhat, tapi jawabnya ditunda. Kayak nggak dihargai, padahal kan bisa dijawab gimana gitu dulu walaupun cuma sekata, tapi yang nyangkut dengan apa yang aku curhatin.” Ayu: “Ya udah kita kerjain aja sekalian.” Nyiur: “Apaan?” Ayu: “Nggak tahu juga sih wkwkw.” Nyiur: “Wkwkw bentar, masih mikir.” Nyiur: “Kita sembunyikan kopiah dan sarung kesayangannya. Gimana? Setuju gak? Pasti Mas Harsa marah kalau dua hal ini hilang.” Karena sama-sama sedang berada di zona yang bagi mereka sangat menggugah emosi, Nyiur dan Ayu mencoba ingin iseng ke Harsa. Mereka saling berpikir untuk menemukan ide dan dapatlah ide untuk menyembunyikan sarung dan kopiah Harsa. Sudah lama mereka tidak be
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-10
Baca selengkapnya

Bab 18. Bentrok

Harsa terkejut saat ia masuk rumah dan melihat Nyiur menangis, tetapi tidak menjawab apa-apa dan langsung lari menutup pintu kamar. Sedangkan, ketika ia masuk di kamar Ayu juga demikian, Ayu tetap di kamar, tetapi ia menangis dengan sesenggukan. Ternyata letak kekhawatirannya berada di sini. Sudah bisa ditebak bahwa mereka sedang bertengkar. Bukan lagi soal pendewasaan diri maupun hal-hal yang berkaitan dengan itu. Akan tetapi, yang terjadi pada mereka ini adalah tentang hati bisa sakit untuk sosok seseorang yang sudah dewasa maupun belum, semua bisa sakit hati. Bukan berarti seseorang yang menangis itu lemah. Bukan berarti orang yang sikapnya masih seperti anak kecil itu merupakan sosok yang dirinya tidak bisa berpikir dewasa. Pada dasarnya, pikiran dewasa atau tidaknya seseorang itu tidak bisa dipahami secara kasat mata. Hal tersebut berporos pada pikiran dan hati mereka. Akan tetapi, hal tersebut berproses menjadi sebuah perilaku. Namun, bukan berarti setiap perilaku yang t
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-10
Baca selengkapnya

Bab 19. Kepekaan

Nyiur: “Ayah 😞🥺.” Zulkifli: “Jangan nyerah ya anaknya ayah. Kamu pasti bisa.” Nyiur: “Bisanya bisa, Yah, tapi sakit.” Zulkifli: “Itu artinya kamu masih mampu. Tuhan nggak mungkin kasih yang kamu nggak mampu, Sayang. Jangan fokus sama sakitnya, fokus pada apa yang menjadi alasan kamu untuk tetap berjuang.” Nyiur: “Emang Ayah tahu sebenarnya permasalahan Nyiur gimana?” Zulkifli: “Nggak tahu.” Nyiur: “Kok Ayah sedikit pun gak penasaran, gak ngasih celah juga buat Nyiur cerita. Ayah pasti begini.” Zulkifli: “Bukan ranah ayah, Sayang. Bicarakan ini dengan Harsa. Baru, kalau nanti perlu minta pendapatnya ayah, disitulah ayah boleh ikut bicara.” Nyiur: “Boleh nggak, Yah kalau aku nyesel. Aku nyesel mau dinikahin Mas Harsa, padahal sudah tahu yang diharapkan itu Ayu.” Zulkifli: “Nyesel terus bangkit boleh, tapi kalau nyesel buat kamu pesimis begini ya gak boleh. Ya sudah, kalau pengen ketemu ayah, pengen peluk ayah … ayah yang ke sana ya Sayang.” Nyiur: “Iya Ayah😭, Ny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-06-11
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status