Semua Bab Demi Anak Suamiku, Kurela Jadi yang Kedua: Bab 101 - Bab 110

179 Bab

Bab 100. My Sunshine

Ada banyak hal yang ingin mereka obrolkan sebenarnya. Ternyata, Ayu juga tidak betah menahan lapar. Mereka segera mengisi perut terlebih dahulu dan memberi jeda untuk menonton sebelum tidur. Perut lapar mengalahkan rasa nyaman yang telah mereka bentuk. Mereka tidak tahu bahwasanya Nyiur juga berada di samping mereka. Nyiur sedang menyetrika baju, sedangkan Harsa dan Ayu fokus makan berdua. Nyiur tidak menganggap itu sesuatu yang berlebihan karena memang hari itu Harsa waktunya bersama Ayu. Melihat mereka bahagia hati Nyiur juga ikut bahagia. Sebenarnya pemberontakan terbesar oleh Nyiur terhadap perilaku Harsa itu sangat jarang jika dilihat dari kecemburuannya terhadap Ayu, tetapi ia membuat marah atau emosi bahkan cemburunya bisa meledak itu ketika ada suatu dampak yang sangat berpengaruh terhadap anak-anaknya. Ada sesuatu yang membuat heran, tetapi hal tersebut justru sangat menguntungkan dan membuat mereka bahagia. Tiba-tiba saja Zalfa dan Zulfikar yang sangat nanti untuk menye
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya

Bab 101. Tarik Nafas Dalam-Dalam!

“Innalilahi, ada apa di dapur?” tanya Ayu. “Nggak tahu, Sayang. Masa iya ada kucing?” tanya Harsa. Mereka berdua langsung ke dapur. Ternyata, ada Nyiur yang tidak sengaja memecahkan gelas kesayangan Ayu. Ayu pun tidak sesabar nyiur, ia merajuk akut dan langsung ke kamar. “Ge-gelas aku, gelas kesayangan aku dipecahin Mas!” rajuk Ayu. “Maaf ya Ay, aku nggak sengaja. Nanti aku ganti ya,” kata Nyiur. “Ya gak bisa! Bilang aja kalau cemburu dan sengaja pecahin gelas kesayangan aku yang dikasih Mas Harsa waktu habis nikah! Perempuan gak tahu diri sih gak cukup satu kali untuk mencoba jahat!” Ayu berteriak dan segera berlari ke kamar. “Mas, aku beneran nggak sengaja.” Mata Nyiur berkaca-kaca. Harsa memeluk Nyiur. “Iya, saya percaya kok. Jangan dimasukin hati kata-katanya Ayu. Saya akan berusaha untuk memahamkannya.” *** Harsa mendekap sang istri yang menangis geram di atas bantal. “Sayang.” “Nyiur tuh jahat banget! Aku nggak bisa nahan emosi. Dia sangat menyebalkan!”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-08
Baca selengkapnya

Bab 102. Lanjut, Mas!

"Mas Harsa barusan ngomong apa!" Ayu tiba-tiba terbangun, lebih tepatnya belum terlalu tidur. "Haha, kamu belum tidur? Natap kamu mejamin mata itu sungguh membuat saya terpana, Sayang," kata Harsa. "Hemm, lanjut jelasin aja Mas. Ayu lupa per pasalnya Qosidah Burdah apa aja?" pinta Ayu. "Oke, My Sunshine," jawab Harsa. Ayu tidak terlalu mendengar jelas ucapan Harsa mengenai Harsa yang berhubungan itu. Ia mengurungkan keinginan tersebut dan melanjutkan perkacapan romantisnya membahas Qosidah Burdah. "Ini." Harsa kembali membuka lembaran bagian per pasal dan menjelaskan juga maksud-maksudnya. "Kalau yang lagi kita bahas ini masih yang pasal 2, temanya cocok banget dengan keadaan kita, yaitu tentang bahaya hawa nafsu. Baitnya ada 16." Tak henti-hentinya mereka saling bertatap. Mengemban amanah yang sangat penuh dengan berbagai macam kejutan. Tatapan yang mendalam dari Harsa membuat jantung Ayu berdegup kencang sembari mengurut batin dan menarik bibir melantunkan rasa syuku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-09
Baca selengkapnya

Bab 103. Manis Sekali

"Gak apa-apa. Kita cerita di kamar aja, yuk!" ajak Ayu. "Sayang, ada apa? Ngomong ya, apa karena rumah pohonnya sudah jelek? Pengen yang baru? Mau diganti?" tanya Harsa. Wajah Ayu memang tidak seperti biasanya. Ia bisa dikatakan sebagai orang yang tidak menentu, bisa tiba-tiba ingin itu ingin ini hanya saja dengan raut wajah yang biasanya tidak seperti itu. Sudah jelas bahwa ada suatu permasalahan yang berkaitan dengan rumah pohon tersebut karena setelah memandang rumah pohon tersebut Ayu terlihat menjadi begitu sedih. Namun, karena sang istri selalu menolak, Harsa pun menuruti untuk bercerita untuk melanjutkan bercerita di dalam kamar. "Mau lanjut yang mana?" tanya Harsa. "Identitas Sholawat Burdah," jawab Ayu. "Baik, ini kan panjang ... kamu tidur aja kalau ngantuk, Mas nggak maksa kamu untuk mau mendengarkan," kata Harsa. Ayu pun mengangguk. Biasanya Harsa meminta untuk istrinya mendengarkan dengan keseriusan meskipun itu juga sebuah candaan dan tetap memberi keb
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-09
Baca selengkapnya

Bab 104. Gondrong!

"Egois Mas Harsa!" teriak Ayu. "Hahaha ... udah inget sekarang ... maksudnya kaca ibadah itu ya sebagai sesuatu hal yang sifatnya kayak nyindir kita, memberi pantulan. Contohnya larangan menahan hawa nafsu itu yang ada di pasal dua. Memberi tamparan kan sebagai pengingat kita? Lagi tentang lemarinya ilmu, itu artinya dalam qosidah tersebut menampung banyak ilmu, Sayang. Gimana? memahamkan tidak? Soalnya jujur saya sedang tidak terlalu konsentrasi akibat teekagum-kagum dengan pesona istri kecil saya ini wkwk." Harsa terkekeh memandang sang istri. "Hhahahha, udah memahamkan kok," jawab Ayu. "Nggak nyangka, kamu bisa bikin saya segila ini mencintai kamu." *** "Nyiur Sayang, kenapa tangannya memar begini?" tanya Harsa. "Kena pojokan meja, Mas," jawab Nyiur. "Sampai luka loh, Sayang. Udah diobati belum?" Harsa memperhatikan tangan sang istri. "Belum, anak-anak rewel lagi, baru aja mau diam waktu kamu masuk, Mas. Sekarang bisa asyik main tuh anak. Hhh, makin paham menga
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-10
Baca selengkapnya

Bab 105. Menyala

Harsa juga menghubungi istri keduanya. Hanya saja memang nyiur juga belum melihat ia sedang direpotkan dengan dua putrinya yang masih saja terus rewel itu di kamar putrinya dan sedangkan ponselnya berada di kamar ia sendiri. Ayu yang mengetahui hal tersebut pun setelah mengobrak-abrid membuang-buang apa yang telah Ia lipat yaitu termasuk bajunya Harsa dan bajunya ia sendiri Ia pun segera keluar mencari nyiur dan memberi kabar akan hal tersebut. Mereka melaporkan hal tersebut kepada Selva dan juga Zulfikar karena mereka berdua juga tentu sangat kecewa dengan gondrong dari harta yang tiba-tiba dipangkas tanpa ada kesepakatan tanpa ada pamit ataupun apapun yang menyangkut izin itu sangat tidak sopan bagi mereka. Sebenarnya Bukan masalah apa-apa bukan sebuah hal yang sangat harus dilakukan itu juga tidak tetapi mereka sudah sangat suka terhadap rambut gondrong yang dimiliki oleh harta bahkan semenjak ia masih kecil orang tuanya sudah membiasakan harta dengan rambut y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-11
Baca selengkapnya

Bab 106. Mas Harsa Jelek!

Saat melihat chat dari Harsa ke grup keluarga, Nyiur segera membuka pesan yang tadinya sudah kebaca karena memang ponsel Nyiur terbuka untuk nomor Harsa sewaktu tadi ditinggal di kamar anak-anaknya. Ia tidak berniat untuk membalas pesan dari sang suami, melainkan hanya sekedar membaca. Harsa: (Kirim video) Harsa: Yaa Faarisata Ahlaamii ... kenapa nggak ada reaksi kamu mengenai video yang saya kirim? Tapi udah keliatan terbaca Harsa: Sayang Harsa: Sayang marah ya🙏🙏 Harsa: Cegah Ayu jangan boleh pergi dari rumah ya Harsa: Saya minta maaf Harsa: Nyiur Arimbi istri Mas, balas dong Harsa: Janji nggak akan ngilangin gondrong lagi. Terpaksa karena pekerjaan, Sayang. Harus segera kirim foto asli tanpa gondrong soalnya Harsa: Kamu paham kan keadaannya? Rambutnya bisa kok tumbuh lagi. Bujuk Ayu biar nggak marah ya Harsa: Tadi Mas udah telepon Harsa: Kamunya nggak angkat Harsa: Sekarang mau Mas telepon kayaknya kembar lagi tidur Harsa: Nada dering kamu kan keras bang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-12
Baca selengkapnya

Bab 107. TIDAK!

Ayu mencubit keras lengan sangat suami. “Mas Harsaaaaaaaaa! Awas ya diulangin lagi! Kita beneran kabur jauh dan tinggalin Mas Harsa! “Aw aw! Iya-iya Sayang, hahhaha. Kan cuma prank, My Sunshine. Maafin ya.” Harsa mengecup kening sang istri secara bergantian. CUPP. CUPP. Sementara Nyiur melotot keras ke arah sang suami. “Ngeselin! Telor ceplok hangus aja kalau kayak gini!” “Ya ampun Sayang, jangan juga dong. Mas loyo loh entar kalian juga yang repot.” Secara kilat Harsa mencium istri pertama dan istri kedua. Kedua istrinya memprotes Harsa dan mengancam yang tidak-tidak. Zalfa dan Zulfikar yang merasa bahwa dunia hanya milik anaknya pun menyadarkan diri dan bergegas untuk beralih dari kamar tersebut. “Ehmm! Sosor terus! Dunia milik mereka, kita hanya ngontrak Ma. Kita tidur aja di kamar sebelah yok!” sindir Zulfikar. “Yok!” “Hahhaha, cucunya ketinggalan Ma, Pa.” Harsa terkekeh mencium putri-putrinya itu kemudian mendorong stroller diserahkan ke mereka. “Bener
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-13
Baca selengkapnya

Bab 108. SURAM

"Eng-enggak!” DUSSS. Meskipun raga dari Nyiur lemah, ia seakan-akan mendapatkan kekuatan dadakan di kakinya untuk menendang Zar'an. Ia pun menendang dan terkena di bagian area kemaluan. Nyiur berusaha menjauh dan berusaha lari membuka kunci pintu kamar tersebut sampai-sampai lupa bahwa jilbab dan keadaannya bajunya terbuka. “Hahaha, mau mencoba melawan saya, hmmm? Nggak malu keluar dalam keadaan seperti ini?” Zar'an tersenyum getir kembali mendekati Nyiur. Nyiur hanya bisa terduduk lemas di pojokan tembok tersebut. Suara teriakannya juga tidak mungkin didengar oleh orang-orang yang berada di luar karena ruangan tersebut adalah ruangan yang kedap suara. Dalam batinnya Nyiur terus meminta pertolongan kepada sang Maha Kuasa dan juga berharap suaminya itu mempunyai ikatan batin yang begitu tepat untuk mengetahui keberadaannya. “Jadi pilih mana Arim Cantik? Saya setubuhi kamu atau cerai dari Harsa dan nikah sama saya?” Zar'an hampir mencium Nyiur. PLAKKK! NYIUR MENAMPAR
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-14
Baca selengkapnya

Bab 109. MATANG

“Harsa pasti bisa mengerti,” jawab Zalfa. Semuanya masih dalam keadaan yang sangat tegang. Zalfa dan Zulfikar juga bingung akan menyampaikan apa untuk menenangkan menantunya yang masih terus menangis dan merasa bahwa dirinya sangat rendah. Tidak hanya sejenak mereka sama-sama terdiam diri dan hanya menunduk diam. Rasanya sudah terlalu hancur. Sekalipun Zalfa dan Zulfikar pernah salah melakukan perbuatan zina, mereka tentunya juga tidak ingin anaknya mengulangi perbuatan yang sama. Meskipun juga Zaheer memang lahir dari hasil perbuatan tersebut. Zalfa dan Zulfikar tentu merasa bersalah tidak mendidik dan membawa putranya dari Zaheer lahir, tetapi justru memang waktu itu mereka sangat benci dengan keadaan tersebut dan bisa dibilang membuang Zaheer ke orang asing. Yang ada dalam pikiran mereka sekarang ini hanya berandai-andai waktu itu bisa diputar kembali maka mereka tidak akan pernah meninggalkan Zaheer itu seorang diri berpisah dari keluarganya kandung yang ada ikatan darahnya d
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-07-15
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
18
DMCA.com Protection Status