All Chapters of Istri Yang Kau Sia-siakan Ternyata Wanita Terhormat : Chapter 71 - Chapter 80

103 Chapters

Bukan Bucin, Tapi Arti Cinta yang Sesungguhnya

"Leher jenazah Rendi membiru. Mungkin darahnya berhenti karena lehernya patah. Kamu tahu kan kalau menyembelih hewan pasti leher yang di gorok, nah mungkin sama halnya Rendi, urat pernapasan udah patah dan putus jadi benar lah dia enggak tertolong." Heri menjelaskan apa yang ia dengar saat masih di kediaman orang tua Rendi. Para warga banyak yang membicarakan tentang bagaimana kondisi jenazah Rendi saat di mandikan. Dari satu mulut ke mulut lainnya hingga kabar itu begitu cepat menyebar. "Astaghfirullah ngeri ya, Bang." Lia bergidik ngeri membayangkan semua itu. "Iya, makanya kita sebagai umat muslim harus berusaha untuk selalu melakukan hal-hal yang baik sebisa mungkin hindari hal yang di larang agama. Kematian bisa terjadi kapan saja buat siapapun termasuk pada kita. Waktu, hari, jam, menit, detik, semua itu sudah tercatat sebelum kita lahir. Mungkin emang umur Rendi yang pendek, kalau pun dia enggak ikut jalan sehat atau naik ke atas soun di jam itu dia akan meninggal. Entah dia s
last updateLast Updated : 2024-08-29
Read more

Pesona Lia Di Mata Lelaki Lain

Siang itu Heri bersama sang istri, Kayla dan Sofyan duduk di sebuah restoran ternama. Mereka sudah memesan makanan dan makan siang dengan tenang."Ibu, ini enak sekali ya. Dulu saat masih ada Ayah cuma mau beli mie ayam aja harus nahan, tapi sekarang jangankan cuma mie ayam mie apa aja bisa ku makan," celutak Kayla sambil makan mie Wagyu truffle dengan lahap.Makanan itu sejenis Mie yang disajikan dengan daging wagyu yang lembut, saus truffle yang kaya rasa, dan taburan daun bawang serta bawang goreng yang renyah, memberikan perpaduan rasa yang mewah dan gurih."Benarkah? Cuma mau beli mie ayam sampai nahan-nahan gitu, emang Ayah kamu enggak punya uang banget ya, apa enggak pernah kerja?" tanya Heri merasa sangat aneh. Tentu saja ia tahu harga mie ayam di desanya rata-rata sepuluh ribu jikalau ada yang murah lima ribu pun sudah dapat semangkuk mie ayam."Iya, Pa. Ayah tuh punya uang tapi pelitnya minta ampun. Saat aku sama kak Shaka minta uang selalu di marahin makanya kita enggak ber
last updateLast Updated : 2024-08-30
Read more

Kenapa, Mak?

Heri hanya tersenyum mendengar perkataan Tian, kemudian Tian melanjutkan ucapannya. "Tapi liat istri kamu cantik mulus kayak gitu, pastinya dia enggak pernah bersih-bersih rumah kan? Apalagi kamu punya pembantu dan baby sister. Pasti iyalah, semua kebutuhannya dan kebutuhanmu di layani sama mereka. Kalau dilihat dari sisi ini, mungkin ini kelebihan istriku sih, setidaknya, dua anak gue bisa dirawat baik-baik sama dia.""Siapa bilang? Karena Lia cantik jadi kamu lihatnya kayak enggak suka ngapa-ngapain, seperti melakukan pekerjaan rumah gitu. Sebenarnya dia bisa melakukan itu semua kalau mau, tapi aku yang melarangnya mengerjakan pekerjaan itu karena Lia istriku bukan babuku. Tapi, kalau masalah perutku dan anak-anak selalu istri yang masak. Karena Lia pandai memasak meski itu cuma masakan sederhana," balas Heri. Mendengar jawaban itu, muka Tian mulai berubah. Dia tidak habis pikir, sama-sama wanita, kenapa bedanya begitu besar? Heri kemudian tersenyum dan bertanya."Kamu tau gak istr
last updateLast Updated : 2024-08-31
Read more

Kembali Bertemu

"Uangmu simpan aja, Li. Mamak dan Bapak sudah lebih dari cukup karena setiap bulan Heri udah ngasih uang Mamak lima juta dan itu sudah lebih dari cukup untuk kebutuhan kami sehari-hari," ujar Isna menjelaskan."Mak, serius? Enggak bohongi Lia kan?" tanya Lia memastikan. Ia tak mau sang Mamak berbohong demi menolak pemberiannya."Beneran lah, ngapain Mamak bohong," "Apa sudah dari dulu, ya, bang Heri kirim uang buat Mamak?" tanya Lia dengan nada terkejut.Isna tersenyum lembut. "Iya, Nduk. Sejak kamu tinggal di Jakarta, apa Heri enggak pernah bilang sama kamu kalau dia sering ngasih kami uang?" Kini Isna yang bertanya. Ia mengira itu permintaan Lia.Lia terdiam sejenak, meresapi apa yang baru saja ia dengar. "Enggak, Mak, bang Heri enggak pernah cerita?""Berarti ini inisiatifnya dia sendiri. Dia bilang ini tanggung jawabnya sebagai menantu. Mamak jadi nggak pernah kekurangan, alhamdulillah. Kamu simpan saja uangmu buat keperluan lain ya."Lia merasa terharu. "Bang Heri memang luar bi
last updateLast Updated : 2024-09-01
Read more

Tedy Tak Mau Percaya Jika Itu Mantan Istrinya

Lia terperangah ia tak percaya bahwa lelaki di depannya itu lelaki yang menyia-nyiakannya dulu, Tedy. Kedua matanya menyoroti wajah lelaki itu untuk memastikan bahwa pandangannya masih normal."Mas Tedy ngapain ada di sini, dan pakai seragam OB?" batin Lia bertanya-tanya.Sedangkan Tedy sendiri juga terkejut karena tak menyangka bisa menangkap tubuh seorang wanita cantik, perlahan ia merasa gugup."Cantik sekali wanita ini, selain cantik tubuhnya juga sangat wangi. Tapi, aku seperti tidak asing dengan wajah ini, siapa dia?" batin Tedy bertanya-tanya. Tedy sama sekali tak mengenali wanita yang ada di dekapannya, hatinya merasa mengenal namun ingatan di kepala sama sekali tak bisa di ajak bekerja sama. Sosok wanita yang sangat cantik, anggun, dan wangi itu membuat hatinya berdebar.Lia segera sadar bahwa ini semua tak baik baginya, ia segera bangkit dari dekapan Tedy karena tak mau ada yang melihatnya dan menjadi salah paham."Terima kasih," ujar Lia dengan datar. "Kalau kerja yang be
last updateLast Updated : 2024-09-04
Read more

Hari yang Tak Terlupakan

Lia merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuk di kamar hotel. Udara dingin dari AC terasa sejuk di kulitnya yang hangat setelah berendam di bathtub. Wajahnya tampak begitu rileks, tak ada tanda-tanda kelelahan meski hari sudah sore. Dari jendela, matahari yang mulai tenggelam memancarkan sinar jingga, memberi nuansa damai di kamar tersebut. Heri duduk di tepi ranjang, mengenakan handuk di pinggang sambil mengusap rambutnya yang masih basah. Tatapannya penuh kehangatan, memperhatikan Lia yang tampak begitu cantik dalam keheningan. Mereka telah menghabiskan waktu seharian di hotel ini, seolah dunia di luar sana tak ada. Tak ada kerjaan, tak ada kesibukan, hanya mereka berdua, menikmati waktu berdua.“Aku senang kita bisa meluangkan waktu seperti ini,” kata Lia sambil tersenyum lembut, menyelipkan rambut basahnya ke belakang telinga.“Aku juga. Rasanya seperti bulan madu kedua, ya?” balas Heri, menggenggam tangan Lia.Namun, keheningan mereka seketika terusik oleh dering ponsel Heri. De
last updateLast Updated : 2024-09-05
Read more

Kekacauan Tedy

Sepanjang perjalanan pulang naik angkot, pikiran Tedy masih terjebak di kantor. Meski tubuhnya telah berada di angkot yang penuh sesak, pikirannya masih bergelut dengan kejadian tadi siang.Dia menghela napas panjang, memandang keluar jendela yang buram oleh rintik-rintik hujan. Bayangan gedung-gedung tinggi yang menjulang seakan mengingatkannya tentang impiannya yang dulu bisa bekerja dengan nyaman di tempat itu. Tetapi nyatanya selama ini dia belum bisa duduk nyaman di kursi orang-orang kantoran. Sekarang dia bisa masuk ke dalam gedung besar itu namun hanya sebagai seorang OB.Pikirannya juga terus terngiang dengan percakapan di kantor tadi siang. Nama Lia disebut-sebut oleh beberapa rekan kerja, namun konteksnya membuatnya resah. Hatinya tak bisa mengabaikan rasa familiar itu. Lia. Nama itu menghantam hatinya dengan kenangan masa lalu."Mana mungkin Lia yang dimaksud adalah Lia mantan istriku," pikirnya, berusaha menenangkan diri. Tapi kemudian, orang-orang kantor menyebut bahwa Li
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Awal Mula Kehancuran Keluarga Tedy Di Kampung

Beberapa minggu yang lalu, di kampung halaman, suasana tidak jauh lebih baik. Tedy duduk termenung di dalam gubuk kayu sederhana miliknya di sawah. Desir angin sore membawa aroma sawah basah yang biasanya menenangkannya, namun tidak kali ini. Tekanan dari keluarganya semakin membuat hidupnya berat. Utang yang menumpuk, konflik dengan saudara, serta tanggung jawab sebagai anak bungsu yang terus menghantuinya.Pikirannya berkecamuk ketika sang Mamak, memintanya untuk segera membantu melunasi hutang keluarga. Namun, sumber penghasilan di kampung sangat terbatas, dan dia merasa tidak ada jalan keluar.“Aku tidak sanggup lagi, Mak. Semua ini terlalu berat, mau dapat dari mana uang sebanyak itu," gumam Tedy kala itu, suaranya hampir tak terdengar di tengah keheningan sore.Mak Sarmi hanya diam, menatap Tedy dengan sorot mata penuh harap, namun tanpa kata-kata. Bukan Mak Sarmi yang terlilit hutang namun, Surti menantu yang selama ini ia banggakan karena cantik."Kita jual saja separuh sawah
last updateLast Updated : 2024-09-06
Read more

Karma itu Nyata

Mak Sarmi menangis histeris melihat kedua anak lelakinya berantem, mendengar jeritan itu Pak Karto juga keluar dari rumah. Tak hanya Pak Karto tetangga dekat rumah pun berlarian menghampiri."Ada apa ini, Mak?" tanya Pak Karto."Pak, anak kita. Anak kita bertengkar, Pak." Mak Sarmi terduduk di tanah depan rumah Tedy.Pak Karto berusaha melerai, namun tenaganya yang sudah tua pun tak bisa menengahi. Brug....!Tarji pun terjungkal ke tanah karena tendangan Tedy, ia yang tak terima langsung mengumpat. "Dasar keparat!""Ada apa ini? Kenapa kalian bertengkar?""Sama saudara malah pukul-pukulan, kalau ada masalah itu di selesaikan baik-baik.""Kamu juga, Ted, udah tahu kakangmu itu cacat masih aja kamu pukul," Orang-orang membantu Tarji untuk bangun tanpa mau tahu betapa sakitnya tubuh Tedy yang penuh pukulan Tarji."Kenapa bisa sampai seperti ini, ada masalah apa?" tanya Slamet yang baru datang."Met, tolong bantuin Sutri. Dia mau di perkosa sama bakul bank," pinta Mak Sarmi. Ia juga dib
last updateLast Updated : 2024-09-07
Read more

Retak Karena Hutang

Pak Karto yang biasanya tenang kini berubah tegas, nadanya keras saat berbicara pada Mak Sarmi dan Tarji."Sawah itu bukan cuma milik kalian. Jangan main-main dengan warisan keluarga!" Pak Karto memandang keduanya tajam.Namun, Mak Sarmi tak mundur begitu saja. Ia menatap suaminya, tetap bersikeras. "Apa kau pikir kita bisa terus hidup begini? Hutang semakin menumpuk. Tarji butuh uang untuk melunasi hutang bank keliling, dan sawah itulah satu-satunya yang bisa kita andalkan sekarang!"Pak Karto menggeleng pelan, jelas terlihat perasaannya campur aduk. "Itu tanah kita. Aku tak akan biarkan kau jual seenaknya."Desakan dari Mak Sarmi membuatnya berada di posisi sulit. Akhirnya, setelah beberapa menit perdebatan, Pak Karto menyerah. "Baiklah... tapi hanya bagian Tarji. Jangan harap sawah lainnya kau sentuh."Tarji dan Mak Sarmi saling berpandangan, merasa sedikit lega. Meski berat, keputusan itu harus diambil. Sawah bagian Tarji akan dijual untuk melunasi hutang-hutang mereka.Setelah se
last updateLast Updated : 2024-09-08
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status