Semua Bab Terperangkap Jadi Ibu Susu Bayi Presdir: Bab 231 - Bab 240

280 Bab

Bab 231 Situasi Genting

Pasangan suami istri berada di dalam ruangan yang sama. Keduanya masih belum sadarkan diri. Luka yang didapat tidak parah, tetapi ada racun yang mampu melumpuhkan syaraf otot sehingga Amira dan Wijaya masih belum membuka matanya.“Bagaimana, Dok?” tanya Jack yang sangat mengkhawatirkan Wijaya dan Amira.“Kami sudah meminta ahli racun dari Cina untuk datang, tetapi cuaca yang buruk benar-benar sulit untuk mendapatkan penerbangan.“Apa ahli itu datang dari negeri Cina?” Jack menatap dokter yang bertugas merawat Amira dan Wijaya.“Untungnya Dokter itu baru saja kembali ke Indonesia, tetapi dia berada di ujung kota,” jelas dokter.“Berikan alamatnya, aku akan mengirim orang untuk menjemput dokter itu.” Jack menatap tajam pada dokter syaraf.“Dokter Ibra sudah mengurus semuannya. Dia mengatakan kamu tetap harus di sini untuk menjaga Pak Wijaya dan istrinya.” Dokter syaraf menepuk pundak Jack.“Duduklah dengan tenang. Ingat, kamu sendiri yang harus mengatur semua ini.” Dokter syaraf bisa mel
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 232 Kabar Baik

Para penjahat benar-benar tidak menemukan celah untuk bisa masuk ke dalam pintu kamar dengan pelindung besi. Ada kode dan sandi yang harus digunakan untuk bisa membuka pintu yang telah disiapkan oleh Wijaya Kusuma untuk melindungi anak dan istri tercinta ketika dia tidak berada di dalam rumah.“Berapa lama kamu menjadi pelayan sehingga tidak tahu bahwa ini bukan pintu biasa?” Seorang pria berhasil membuka pintu pertama yang terlihat biasa saja.“Kamar ini tidak pernah digunakan,” jawab wanita itu.“Ketika kami gagal membawa pergi dua bayi. Itu artinya kesalahan kamu yang tidak mengetahui bahwa kamar ini memang disiapkan untuk tempat bersembunyi,” tegas pria itu.“Sebaiknya kita robohkan saja rumah ini dengan alat berat,” ucap seorang pria. “Apa kamu mau membunuh dua bayi yang menjadi tujuan utaman kita masuk ke rumah ini?” tanya pria itu menatap tajam pada rekannya.“Lalu apa yang bisa lakukan?” Rekannya balik bertanya.“Keluarkan computer kamu. Pasti ada kode yang tersembunyi. Semuan
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 233 Antara Wijaya dan Anak-Anak

Amira dan Wijaya masih dalam perawatan. Pria itu tahu bahwa dua bayi kesayangan berada di tempat yang tepat, tetapi dia cukup khawatir karena Keano dan Devano butuh asi.“Kami harus pulang,” ucap Wijaya yang sudah duduk.“Tidak bisa, Pak. Anda masih dalam permbersihan racun,” tegas perawat.“Jack!” teriak Wijaya.“Iya, Bos. Bagaimana kabar rumah?” tanya Wijaya.“Rumah sudah dibersihkan. Ada teman-teman Leon yang berjaga,” jawab Jack.“Di mana Amira?” Wijaya baru sadar tempat tidur Amira yang sudah kosong.“Nyonya sedang melakukan terapi di kamar sebelah,” jawab Jack.“Apa? Siapa yang menjaga dan menemani dia?” Wijaya sangat khawatir ketika Amira tidak terlihat di depan matanya.“Anda tidak perlu khawatir, Pak. Orang-orang kepecayaan kita dan dokter Ibra ada di sana.” Jack bisa melihat Wijaya yang tidak tenang. “Pak. Sekarang Anda harus pulih agar kita bisa balas dendam. Kami tidak bisa menemukan anak-anak,” ucap Jack.“Ya. Hanya aku yang bisa membuka pintu itu. Aku harap bibi tidak lu
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 234 Dua Putra

Mobil yang membawa Wijaya dan Amira tiba di rumah. Dua orang itu turun bersama. Mereka memasuki rumah yang tampak tenang dan tidak terjadi apa pun.“Kenapa sepi sekali?” tanya Amira memperhatikan sekeliling.“Anak-anak bersembunyi, Sayang.” Wijaya tersenyum.“Ayo kita temui mereka.” Wijaya menjauhkan Amira dari kamar rahasia yang telah mengurung penjahat.“Kita akan pindah rumah,” ucap Wijaya.“Rumah mana?” tanya Amira. “Aku punya banyak rumah, Sayang.” Wijaya tersenyum.“Jack. Siapkan semuanya. Aku akan membawa Amira ke ruangan anak-anak!” Perintah Wijaya bergerak dengan kursi roda.“Siap, Pak.” Jack tersenyum.“Kemari, Sayang.” Wijaya menarik tubuh Amira jatuh di pangkuannya.“Sayang, kamu sedang sakit.” Amira ingin turun dari pangkuan Wijaya.“Aku sehat, Sayang. Hanya butuh waktu membersihkan racun. Tidak akan mudah membunuhku.” Wijaya menggerakkan kursi roda. Dia mendekati dinding dengan pintu kamuflase. Pria itu menempelkan jarinya dan dinding itu tebuka.“Lift.” Amira terkejut.
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-02
Baca selengkapnya

Bab 235 Bahagia Bersama

Amira masuk ke kamar anak-anak bersama dengan Wijaya. Wanita itu sangat senang melihat ruangan yang luas lengkap dengan taman bermain.“Kamu di sini bersama anak-anak. Aku harus melakukan perawatan.” Wijaya mencium dahi Amira.“Aku akan menemani kamu,” ucap Amira.“Sekarang waktu untuk anak-anak, Sayang.” Wijaya mengusap kepala Amira dengan lembut.“Kasian mereka.” Wijaya melihat dua putra yang tampak kembar sedang terlelap dengan perut kenyang mereka.“Anak-anak tidak bisa tanpa kamu karena mereka butuh asi. Aku akan bertahan hingga sembuh dan memakan istriku yang cantik ini.” Wijaya melahab bibi Amira.“Tetap di kamar anak-anak. Sekarang jawab pengobatan diriku.” Wijaya mengecup dahi Amira.“Ya.” Amira mengangguk dan melihat Wijaya pergi meninggalkannya bersama dua putra tampan.“Sekarang aku punya dua putra.” Amira memeluk Devano dan Keano bersama. Dia mencium dua bayi itu berkali-kali. Air matanya pun menetes setiap kali melihat putra kandungnya.“Devano.” Amira mengangkat tubuh De
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya

Bab 236 Mencari Kebenaran

Wijaya sudah siap untuk pergi ke Perusahaan. Pria itu sudah cukup lama meninggalkan pekerjaan. Dia harus menyelesaikan banyak hal.“Apa kamu akan pergi ke kantor?” Amira merapikan dasi dan jas Wijaya.“Ya, Sayang. Kita punya dua bayi yang harus dibesarkan.” Wijaya tersenyum.“Kamu di rumah saja bersama anak-anak. Aku akan terlambat pulang karena sudah beberapa hari tidak masuk kantor. Jadi, tidak usah menungguku.” Wijaya mencium dahi Amira.“Apa kamu benar-benar sudah pulih?” Amira menatap Wijaya khawatir.“Tentu saja, Sayang. Aku bukan pria lemah.” Wijaya dan Amira berjalan ke halaman. Wanita itu mengantarkan suaminya hingga ke mobil.“Aku berangkat dulu. Tetap di rumah dan jangan keluar. Kamu tahu kan ada orang jahat yang sedang mengintai kita.” Wijaya tersenyum.“Apa ini ada hubungan dengan Devano?” tanya Amira.“Bisa jadi, Sayang. Jadi, tetap berada di dalam rumah bersama anak-anak,” ucap Wijaya.“Ya.” Amira mengangguk.“Aku mencintai kamu.” Wijaya mengecup bibir Amira.“Aku juga.”
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-04
Baca selengkapnya

Bab 237 Penjara Dingin

Wijaya pergi ke rumah yang sudah ditinggalkan. Pria itu tidak terlalu rumah yang penuh dengan kenangan bersama Amira menjadi tempat pembantaian. “Jack. Apa bisa pindahkan mereka ke gudang? Aku tidak tega membuat rumah ini penuh dengan darah dan teriakan. Lebih baik merobohkannya saja.” Wijaya berdiri di depan pintu. Dia memadangi rumahnya.“Bisa, Bos.” Jack tersenyum.“Kita hanya perlu membuat mereka tidak sadarkan diri dan diangkut dengan truk tertutup,” ucap Jack.“Lakukan itu di malam hari. Aku tidak mau mengotori rumah pertama aku dan Amira,” tegas Wijaya.“Baik, Pak. Kami akan bergerak malam ini,” ucap Jack mengikuti Wijaya masuk ke dalam rumah.“Aku hanya mau memeriksa rumah saja. Bawa mereka semua ke penjara kematian.” Wijaya menaiki tangga menuju kamarnya dan Amira.“Terlalu banyak kenangan di kamar ini. Marahnya Amira ketika dia belum jatuh cinta padaku.” Wijaya tersenyum. Dia duduk di tepi kasur. Pria itu memperhatikan seisi kamar.“Sebaiknya aku pulang saja.” Wijaya beranja
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-07
Baca selengkapnya

Bab 238 Mendapatkan Nama

Wijaya masuk ke dalam penjara dan mendekati pelayan yang telah jadi mata-mata di rumahnya. Pria itu mencengkram leher perempuan yang meringkuk kedinginan di lantai yang mulai membeku.“Kamu benar-benar berani masuk ke dalam rumahku.” Wijaya mencekik leher pelayan yang gemetar menahan dingin yang menusuk tulang.“Aku bahkan tidak sadar ada musuh, tetapi tidak akan mudah masuk lebih dalam.” Wijaya tersenyum tipis.“Siapa yang memerintahkan kamu?” tanya Wijaya melepaskan tangannya dari leher pelayan.“Plak!” Tamparan kuat mendarat di wajah wanita itu.“Aku tidak peduli kamu seorang wanita.” Wijaya memberi kode kepada penjaga untuk melakukan penyiksaan pada wanita itu agar menjawab pertanyaannya.“Lakuka napa pun untuk mendapatkan jawaban,” tegas Wijaya.“Baik, Pak.” Para penjaga melepaskan pakaian wanita sehingga hanya mengenakan dalaman saja.“Kamu bisa menjawab karena ada kamera di ruangan ini. Kami beri waktu tiga puluh menit,” ucap penjaga tersenyum.“To-tolong.” Bibir wanita itu berg
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-08
Baca selengkapnya

Bab 239 Kehidupan Baru Luna

Luwiq menatap layar computer. Pria itu mendapatkan laporan bahwa anak buah terbaiknya telah hilang kontak. Dipastikan sudah ditangkap Wijaya.“Apa tidak ada yang tersisa?” tanya Luwiq.“Tidak ada, Bos. Mereka semua masuk ke rumah Wijaya untuk mengambil dua bayi yang disembunyikan,” jawab asisten pribadinya membungkuk.“Bodoh!” bentak Luwiq.“Aku menunggu waktu ini sangat lama dan masih gagal juga. Biaya yang aku keluarkan tidak sedikit dan Wijaya bahkan tidak mati.” Luwiq menatap tajam pada asistennya yang menunduk.“Jika tidak bisa membunuh Wijaya. Aku mau orang yang paling dicintainya. Wanita itu Amira kan? Dia bahkan rela melepaskan Luna demi seorang janda yang memang menggoda.” Luwiq melihat foto Amira yang ada di layar computer.“Siapa pria yang telah membuang wanita yang cantik dan seksi ini?” tanya Luwiq.“Andika. Pria itu terpaksa menceraikan Amira karena dorongan orang tua. Padahal, dia masih sangat mencintai sang istri,” jawab asisten.“Sekarang mencari sang anak yang dikabar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-09
Baca selengkapnya

Bab 240 Rindu Bercinta

Amira dan Wijaya tidur di atas kasur yang sama, tetapi mereka dipisahkan oleh dua bayi laki-laki yang akan memperebutkan asi ketika terbangun.“Sayang, apa bisa kamu tidur di sebelahku?” tanya Wijaya.“Siapa yang akan menjaga Keano?” Amira tersenyum.“Tetapi aku mau memeluk kamu,” ucap Wijaya.“Untuk mala mini. Kita hanya akan memeluk anak-anak.” Amira memejamkan mata dan memeluk Devano.“Hm. Satu saja kami rebutan. Apalagi dua.” Wijaya melihat dua bayi tampan yang ada diantara dirinya dan Amira.Malam semakin larut. Tidur Amira benar-benar nyenyak. Wanita itu tersenyum bahagia memeluk putranya, tetapi mata Wijaya terus terbuka. Dia tidak bisa memejamkan indera penglihatannya karena tidak memeluk sang istri.“Pasti dia sudah tidur.” Wijaya melihat tempat tidur yang memiliki dinding. Pria itu segera turun dan menarik pagar untuk melindungi putrinya. Dia berpindah ke tempat Amira.“Aku tidak bisa tidur. Jika tidak memeluk kamu, Sayang.” Wijaya mencium pipi dan mengecup bibir Amira. Dia m
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-10
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
2223242526
...
28
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status