"Ada sesuatu yang telah mengganjal di hati. Saya seperti mendapat penerangan tentang penyebab kepergian Meysa. Meysa sepertinya telah dibunuh seseorang," jelasku. Bersamaan dengan itu, air mata kembali luruh di pipi."Apa! Siapa yang melakukan itu pada Meysa, Bu?"Mba Sari dan Santi nampak di terkejut. Mereka langsung bertanya padaku."Saya belum bisa memastikan. Saya masih harus mengumpulkan bukti," jawabku lesu."Bisakah saya membantu, Bu?" Santi mengajukan diri."Sepertinya ini terlalu sulit," kataku ragu."Saya akan berusaha, Bu. Katakan saja apa yang harus saya lakukan," balas Santi lagi.Aku memikirkan itu. Belum bisa memutuskan apa yang harus Santi lakukan kalau membantuku nanti. Sementara aku pun masih kesulitan mendapatkan bukti-bukti yang jelas.Perbincangan siang itu tak dilanjut. Aktivitas kami lalui sebagaimana biasanya. Sibuk di dapur merupakan rutinitas yang kini sudah biasa aku lakukan."Bu, sepertinya saya mendengar suara ponsel ibu berdering di kamar," lapor Mba Sari
Baca selengkapnya