Home / Pernikahan / Desahan yang Didengar Anakku / Chapter 91 - Chapter 100

All Chapters of Desahan yang Didengar Anakku: Chapter 91 - Chapter 100

117 Chapters

Bab 91 Berita Penting

Bagai mendengar petir di siang bolong, tentu berita itu amat mengejutkan kami yang mendengar."Aku harus segera ke kantor polisi untuk mencari tahu semuanya." Bastian nampak beranjak dari tempat duduknya. Dia bersiap-siap akan segera pergi."Bolehkah aku ikut?" Aku langsung meminta izin. Aku pun turut penasaran dengan informasi mengenai Gina.Bastian mengangguk menandakan izinnya padaku. Aku pun bergegas mengikuti langkahnya.Dalam perjalanan ke kantor polisi, aku dan Bastian berada di kendaraan yang berbeda, sebab aku mengendarai kendaraan sendiri.Begitu sampai di kantor polisi, sepintas aku melihat pria yang tak asing dalam pandangan. Pria berambut gondrong yang tengah berbincang dengan beberapa petugas berseragam coklat itu nampak berdiri berjajar di depan kantor polisi."Seperti Reyno. Ngapain dia ada di kantor polisi?"Aku yang baru saja tiba dan belum sempat keluar dari mobil, mematung sejenak. Sedikit kaget dan tercengang ketika melihat Reyno berada dengan beberapa polisi. Pri
Read more

Bab 92 Sakitnya Bagai Tertusuk Samurai

Aku pun kembali membeliak terkejut. Pipiku saat ini sudah basah oleh air mata yang kian mengalir deras. "Bawa saya menemui pelaku itu," pintaku. Napasku terasa kian sesak di dalam dada. Sungguh semakin lemas."Mba harus tenang terlebih dahulu. Tetap tenang." Reyno berusaha menenangkanku."Tapi saya ingin segera melihat pelaku itu, Rey." Aku memaksa."Pelakunya tak akan lari kemana-mana. Tenang saja dulu." Reyno masih menahanku. "Atur napas dahulu, Mba," lanjutnya.Aku yang masih menangis sendu, akhirnya menuruti perintah Reyno. Aku segera mengatur napas yang terasa sesak di dada.Berapa menit berlalu ketika air mata sudah kering dan napas kembali terasa lega. "Saya sudah siap. Bawa saya menemui orang itu," pintaku lagi pada Reyno."Baik, saya antar sekarang," kata Reyno kali ini mengiyakan.Tak kusangka bocah yang biasanya penuh dengan gurauan itu, kali ini terlihat serius dan dewasa. Dia menuntun langkahku menuju sebuah sel tahanan dimana di dalamnya terlihat wanita berseragam tahana
Read more

Bab 93 Ada Yang Menagih

Satu hari berlalu setelah semuanya terbongkar di kantor polisi kemarin. Di bawah teriknya matahari, aku menekuk lutut di atas pusara Mesya. Mendoakan anakku yang kini sudah berada di sisi Tuhan. Selesai mengirimkan doa, aku pun menabur bunga di atas pusara Mesya.Tak terasa air mataku kembali menetes, tapi meski pun begitu aku segera menghapusnya agar tak sampai menetes ke tanah."Mey, maafkan Mama ya. Selama ini Mama memang belum menjadi orang tua yang baik buat kamu. Mama tak selalu ada di sisiku. Mama tak selalu mendekapmu di sepanjang waktu. Mama sudah mengabaikanku. Maafkan Mama, Mey." Ketika mengucapkan kalimat itu, aku sedang susah payah membendung kepedihan yang akan kembali tumpah. Aku berusaha untuk tak kembali meneteskan air mata. Sekuat tenaga aku menegal semua duka dan lara."Kamu yang tenang ya, Mey. Mama akan kuat menghadapi semua ini. Terima kasih karena kamu sudah menjadi anak yang baik selama ini. Kamu anak yang penurut, Mey. Kamu tak pernah membantah perintah Mama.
Read more

Bab 94 Harus Bagaimana?

"Assalamualaikum!" Suara bariton membuatku dan Reyno serentak menoleh bersamaan.Kulihat Bastian sudah berdiri di sana. Mengucapkan salam seraya mengukir senyum. Dia berdiri di ambang pintu yang memang terbuka lebar."Waalaikumsalam," balasku dengan isi dadaku yang masih berdebar resah."Ada tamu ya." Bastian melirik sinis ke arah Reyno."Iya, Bas. Masuk saja." Aku pun mempersilahkan Bastian masuk. Dia masuk lalu duduk di sebelah Reyno."Tari, aku mau bicara penting dengan kamu," kata Bastian dengan langsung."Bicara saja, saya siap mendengarkan." Reyno menimpali seraya menaikkan sebelah kaki kiri ke paha kanannya. Terlihat berani dan acuh pada Bastian."Saya tidak punya urusan dengan kamu ya! Harusnya kamu keluar dari rumah ini, saya mau bicara sama Tari," tukas Bastian terlihat geram pada Reyno."Lah maaf, Om. Anda ini siapa, berani-beraninya mengusir saya." Reyno membalas ucapan Bastian."Eh kamu siapa sih? Gak sopan kamu ya." Bastian terlihat semakin geram pada Reyno."Tari, suru
Read more

Bab 95 Ditagih Janji Lagi

Hari ini tepat hampir satu bulan setelah penangkapan Gina. Gina telah melewati beberapa proses sidang, dan aku selalu hadir mengikuti proses jalannya persidangan.Seperti hari ini, untuk yang kesekian kalinya aku duduk di kursi yang rasanya terasa panas ketika menghadiri sidang keputusan atas perkara kematian Meysa.Isi dadaku berdebar resah. Menunggu keputusan yang sudah dinantikan dari jauh-jauh hari. Di samping kananku, turut duduk menemaniku yakni Bu Yunita dan Bastian. Sementara di samping kiriku, Reyno yang selalu memaksa ingin menemaniku. Aku sudah beberapa kali menghindari Reyno, tapi pria berambut gondrong itu tak bisa kuhindari. Dia terus saja menagih janji, namun aku beralasan tak mau membahas masalah itu dahulu sebelum masalah Gina selesai. Beruntung Reyno mau paham. Aku akan memikirkan hal itu nanti saja setelah semuanya selesai.Hingga tiba pada waktu yang sudah ditunggu-tunggu sedari tadi. Hakim pun membacakan hasil keputusannya. Gina ditetapkan bersalah dengan semua
Read more

Bab 96 Ada Yang Berseteru

Masih di ruangan kantor. Aku dan Reyno masih duduk di tempat yang sama. Kali ini Reyno tak menampilkan wajah bergurau. Padahal biasanya dia selalu bercanda."Rey, kita sama-sama tahu kalau kesepakatan kita hanya sebuah ucapan saja. Tak ada bukti apa-apa, termasuk hitam di atas putih. Kamu tidak bisa memaksa saya. Saya tak ada niat menikah dalam waktu dekat." Aku kembali memulai percakapan .Namun seketika sebelah sudut bibir Reyno nampak ditarik ke samping. "Jadi Mba Tari akan tetap menghindari saya? Akan tetap mengingkari janji?" "Nggak. Bukan seperti itu maksud saya," elakku. Aku memang bingung harus membuat alasan apa.Reyno pun nampak langsung merogoh saku celananya. Dia langsung mengambil ponselnya kemudian menyodorkan layar benda pipih itu kehadapanku. Segera, Reyno memutar rekaman audio suaraku, ketika aku mengucapkan janji dan kesepakatan bersamanya tempo lalu.Deru napas langsung terasa lemas. Rupanya tanpa sepengetahuanku, Reyno memiliki bukti rekaman percakapan kami berdua
Read more

Bab 97 Ada Yang Marah

Melihat Bastian menatap tajam wajah Reyno bagaikan singa yang hendak menerkam mangsa, seketika aku langsung berdiri di tengah-tengah keduanya. Menghalangi mereka berbuat sesuatu yang berlebihan."Stop!"Kedua tanganku berada diantara Bastian dan Reyno."Kalian tidak pantas beradu mulut di sini. Gak ada masalah yang mesti kalian ributkan sekarang," tegasku pada keduanya."Tapi Om ini tidak sopan, Mba." Reyno bersi kukuh."Heh, Bocah! Tutup mulut kamu ya! Masih berani panggil saya Om!" sentak Bastian segera."Sudah, cukup!" Aku sampai mengeraskan volume suara, guna menghentikan pertikaian mereka.Pandanganku teralih pada Reyno yang nampaknya tak bisa mengendalikan emosinya. "Rey, jika kamu menganggap Bastian lebih dewasa dari kamu, tolong hargai dia. Kamu mengalah dan pulang ya. Nanti kita akan bicara lagi di lain kesempatan," pintaku padanya."Tari, kamu gak perlu membela dia." Suara Bastian terdengar geram."Terima saja, Om. Saya memang pantas dibela oleh Mba Tari. Calon istri yang ba
Read more

Bab 98 Kacau

Beberapa hari berlalu setelah adu mulut antara Bastian dan Reyno di ruanganku.Aku tak lagi melihat Bastian. Sahabatku itu tak pernah terlihat lagi datang ke ruanganku. Entah kenapa aku merasa ada yang berbeda ketika Bastian tak menemuiku.Aku berinisiatif menelepon Bastian duluan. Kusingkirkan rasa malu. Kutekan kontak bernama Bastian kemudian segera kutekan tombol berwarna hijau pada layar ponselku.Suara panggilan terhubung langsung kudengar ketika benda pipih milikku kutempelkan pada telinga. Namun, sambungan telepon dariku tak kunjung dijawab oleh Bastian.Isi dadaku dibuat resah. Apa Bastian benar-benar marah? Lalu, apa salahku?Tak gentar. Aku terus berusaha menelepon Bastian. Hingga pada percobaan ke lima kalinya, sambungan telepon dariku akhirnya dijawab oleh Bastian."Hallo!" sapa Bastian begitu singkat dari seberang sana.Aku menyeringai. Menghela napas lega setelah mendengar suara Bastian dari balik telepon."Hallo, Bas. Kenapa sulit sekali menghubungi kamu? Apa kamu benar
Read more

Bab 99 POV Bastian

Aku mengakhiri sambungan telepon. Isi dadaku terasa panas bagai terbakar api yang menyala-nyala.Mengapa Tari terus saja memikirkan bocah tengil itu? Apalagi dia sampai membahas masalah pernikahan. Apa maksud keterangannya tadi? Tak bisa kubiarkan. Aku harus segera menemui bocah tengil itu. Namun terlebih dahulu aku menelepon seseorang yang biasa kumintai bantuan."Hallo, Pak Bastian. Ada yang bisa saya bantu?" Seseorang menyapaku dari balik telepon."Saya minta kamu mencari keberadaan Reyno saat ini. Saya akan menemui bocah itu sekarang," titahku pada pria suruhanku."Baik, Pak. Agar lebih tepat, saya minta gambar pria yang Pak Bastian maksud.""Baik saya akan kirim kebetulan saya mengetahui akun sosial medianya. Saya akan kirim poto Reyno padamu." Aku dengan yakin."Baik, Pak," balas pria suruhanku itu.Gegas kuturunkan ponsel pintarku dari telinga. Aku langsung mencari gambar wajah Reyno pada akun sosial medianya. Setelah berhasil kudapatkan, langsung kukirim pada orang suruhanku.
Read more

Bab 100 Kembali Ke POV Lestari

Setelah Bu Yunita mengirimkan lokasi terkini keberadaan Bastian saat ini, aku pun segera melanjutkan perjalanan menuju lokasi tersebut.Isi dadaku bergetar resah, sebab lokasi keberadaan Bastian terletak di sebuah kafe dekat kampus Reyno."Sepertinya Bastian benar-benar akan menemui Reyno." Aku berdesis sendirian.Dalam hati sudah sangat cemas bercampur resah. Namun pandanganku tetap fokus ke jalan raya. Ketika telah sampai di depan lokasi tujuan. Terlihat dengan jelas mobil Bastian dan Reyno terparkir di depan kafe. Gegas aku melangkah dengan cepat, masuk ke dalam kafe.Kuedarkan pandangan ke sekeliling area kafe. Hingga pandangan menangkap dua pria yang tengah berbincang serius di kursi paling pojok. Aku tercengang karena tentu mereka adalah Bastian dan Reyno.Aku segera menghampiri mereka. Belum sempat aku menyapa, Bastian dan Reyno sudah menyadari kedatanganku."Tari!" Raut wajah Bastian terlihat sendu. Dia beranjak dari tempat duduk ketika menyambut kedatanganku.Berbeda dengan
Read more
PREV
1
...
789101112
DMCA.com Protection Status