Semua Bab BUKAN IPAR SEMBARANGAN: Bab 31 - Bab 40

47 Bab

Bab 31

“Gimana Mama yakin kalau Mas Wisnu yang menghamili Bella? Apa Mama melihatnya? Enggak ‘kan? Gimana kalau orang lain?” tanyaku dengan menaik turunkan satu alis. “Orang lain? Siapa? Kamu juga gak bisa bicara tanpa bukti!” ketus Mama Rida. “Oh, ya? Mama pikir, aku gak punya bukti? Sayangnya, aku memang gak mau tunjukkin ini pada Mama sendiri! Aku ingin menunjukkannya di depan semua orang! Jadi, kuharap Mama bersabar, ya!” tukasku pelan sambil tersenyum pasti. Aku masih punya bukti dan saksi kunci. Mereka tak akan bisa mengelak lagi. “Jangan ngada-ngada kamu, Nika! Gak mungkin Bella berbuat seperti itu dengan orang lain. Dia hanya cinta sama Wisnu!” sanggahnya. Sikapnya sudah mulai menunjukkan aslinya, tak santun seperti biasa dan terkesan arogan. Aku membuang napas kasar. Lalu beranjak meninggalkan Mama Rida dan mengibaskan tangan.Mama Rida menatap Mas Wisnu lalu memanggilnya. Terjeda lagi deh obrolan kami yang sedang membahas masalah Bella.Mereka pergi keluar kamar. Sementara itu,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-12
Baca selengkapnya

Bab 32

"S--Sayang … tolong, jangan bawa-bawa Papa dalam masalah ini!” Wajahnya menegang. Dia tampak tak suka ucapanku barusan. Hatiku sudah terasa panas. Lalu, aku pun menarik napas dalam-dalam. Jangan sampai karena masalah ini, aku dan Mas Wisnu malah bertengkar. Masih banyak hal yang harus kami selesaikan. “Oke, Mas. Aku minta maaf. Aku kebawa emosi! Habisnya kamu kek gitu,” tukasku pada akhirnya. Tak mau lama-lama memendam masalah. Namun, tetap saja kutekuk wajah, sebal. “Aku gak suka kalau kamu bawa-bawa Papa.” Dia bicara dengan nada masih tak enak didengar. Aku diam sambil memberengut. “Dasar lelaki, emang menyebalkan,” batinku meracau. Namun, di wajah, aku coba memasang senyuman. “Iya, sorry … aku minta maaf. Aku salah.” Pada akhirnya, aku kembali membujuknya dengan kata maaf. Dia terdiam. Lalu kudengar dia bicara, tapi entah padaku atau bukan. Tak terlalu jelas juga. Aku diamkan saja. Beberapa meniy, hening. Lalu kudengar dia bicara. “Mas juga minta maaf,” tukasnya
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-12
Baca selengkapnya

Bab 33

Benar saja, sopir Mas Wisnu sudah menjemputku. Dia sigap membukakan pintu dan dengan sopan menyapaku. “Dengan Bu Arunika?” tanyanya. “Betul, Pak! Ini Pak Yoyo?” tanyaku. Ingat pada nama yang diberikan Mas Wisnu tadi dalam chat. Katanya Pak Yoyo namanya sopir yang akan menjemputku.“Betul, Bu! Mari! Kita jalan, ya!” tukasnya sopan. Perawakan tak terlalu tinggi, tubuh agak gemoy seperti kurang olah raga, itulah penampakkanya. Aku pun lekas duduk. Pak Yoyo melajukan mobil dengan kecepatan sedang. “Pak, bisa cepetan?” “Pak Wisnu suruh saya hati-hati, Bu!” “Ya ‘kan saya gak minta gak hati-hati, minta dicepetin saja!” “Oh, baik, Bu!” tukasnya. Lalu dia menambah kecepatan laju mobil, tapi tak lama, baru beberapa menit, sudah kembali tersendat. Jalanan padat. “Macet ya, Pak?” “Anu, Bu! Ada perbaikan jalan!” Aku berulang kali melihat jam tangan. Sudah lima belas menit, mobil hanya bergerak sedikit demi sedikit. “Pak, ada jalan tikus? Kita bisa terlambat!”“Anu, Bu! Dari sini ada jug
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

Bab 34

“Ini fitnah! Itu pasti editan! Dia hanya tak ingin membiarkan Mas Wisnu bertanggung jawab atas janin yang kukandung!” Aku terkejut, rupanya Bella masih punya nyali. Dia masih berusaha memutar balikkan fakta dan membela diri. Namun, tunggu sebentar … aku punya bukti lain. Kubiarkan saja dulu dia mengoceh. Kutahu, pasti semua ini terlalu mengejutkan dan memalukkan untuknya. Setelah video tak senonoh itu selesai. Lekas aku mengklik file lain di sana terdengar jelas suara penjaga Villa yang telah tak berdaya itu memberikan kesaksian. Kali ini, bukan hanya Bella, tapi Mama Rida terlihat lebih shock. Bagaimana tidak, dalam rekaman ituu disebutkan jika awalnya rencana itu untuk menjebakku. Bahkan Papa Hutama tampak terkejut juga. Namun, Mama Rida memang pintar. Dia masih bisa menguasai diri. Dia pun bangun dan berjalan mendekat. Aktingnya seperti biasa, selalu sempurna. “Nika, Sayang … tolong jangan seperti ini … kamu boleh gak setuju dan kecewa sama pernikahan Bella dan Wisnu, tapi gak b
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

Bab 35

Malam harinya, Papa Hutama memanggilku dan Mas Wisnu. Kami berada di ruang kerjanya sekarang. Aku dan Mas Wisnu duduk bersisan. Di depanku duduk Papa Hutama. Pada ujung meja dan, duduk Mama Rida. Papa Hutama pun mulai membuka suara. “Papa dan Mama minta maaf atas semua kericuhan ini, Nika, Wisnu! Mama kamu sudah hubungi nomor penjaga villa itu. Dia bilang cuma salah paham. Orang penjaga villa itu pun meminta maaf. Dia bicara seperti itu hanya karena kesal sama Mama kamu. Soalnya dia mau pinjam uang, sama Mama kamu gak dikasih!” jelas Papa Hutama. Sudah kubaca, pastinya Papa Hutama lebih percaya pada istrinya dari pada rekaman itu. “Papa kenapa bisa seyakin itu kalau Mama tak bersalah! Kalau salah paham, terus buat apa penjaga villa itu menjual nama Mama? Apa dia gak takut kita laporkan ke polisi! Ini sudah pencemaran nama baik! Lagipula, sudah jelas bukti rekaman itu! Kurang jelas apa lagi?!” Mas Wisnu mendebat penuturan Papa Hutama. Mama Rida yang tengah duduk di sampingnya terseny
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

Bab 36

Setiap hari, selama menunggu pindah ke rumah baru. Tekanan demi tekanan dari Mama Rida, Maria dan Sandy, makin kerap kurasakan. Mereka kini sudah terang-terangan bersikap judes padaku jika Mas Wisnu dan Papa Hutama tidak ada.Bahkan beberapa kali, aku mendapati cairan licin di lantai, tangga, dekat wastafel. Seperti sengaja agar aku terpeleset dan jatuh. Ketika kuakses dari CCTV, pasti kameranya yang bagian area itu sedang mati. Bahkan di menu masakanpun, aku sekarang sangat berhati-hati. Tak pernah aku memakan menu yang katanya dikhususkan untukku sendiri. Aku selalu membiarkan mereka mengambil lebih dulu dari piring mana. Barulah aku mengikutinya. Yang mereka tak makan, aku tak akan menyentuhnya.Jadi, cukup lelah! Memang sudah saatnya aku keluar dari rumah ini.Karena hal itulah, meskipun badanku terasa lemah. Akhirnya aku memilih berangkat kerja. Dari pada setiap hari bertemu dengan ketiga makhluk yang membuatku mual. Duh, jangan sampai anakku mirip mereka.Sudah dua minggu ini,
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-18
Baca selengkapnya

Bab 37

Sudah tak bisa lagi mengelak. Aku tersenyum saja dan menarik napas. Aku yakin, ikatan di antara kami sudah kuat. Ini hanya tentang pengakuan dan kejujuran. “Aku memang sudah ingin cerita lama! Hanya saja, kita masih harus fokus sama Mami kamu, Mas.” “Ya, ceritalah ….” “Tak ada yang kusembunyikan, hanya belum kuceritakan!” “Ya, Mas tahu … istri Mas memang pintar, cerdas dan unik! Karena itu Mas ingin dengerin langsung kamu cerita sama Mas.” “Baiklah … jadi … gini ….” Aku pun mulai menceritakan hal-hal yang selama ini masih kusembunyikan. Mas Wisnu duduk sambil manggut-manggut. Dia cukup terkejut ketika aku bilang, orang tuaku punya hektaran kebun sawit di Riau. Dia mengira, selama ini, aku hanya orang biasa. Karena yang dia lihat hanya rumah sederhana yang nenek tempati di Bandung. Dia tahu aku kuliah, tapi kubilang memang memakai beasiswa. Aku memang mendapat beasiswa, tapi bukan karena aku susah, tapi karena prestasi yang aku dapatkan. Aku bercerita semua, tak ada lagi yang ku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-19
Baca selengkapnya

Bab 38

Hmmm … tapi kalau bukan itu masalahnya, apa, ya? Kenapa Papa Hutama tiba-tiba sampai manggil pengacara juga?Sekitar satu jam, pengacara Papa Hutama baru datang. Hanya saja, dia memintaku dan Mama Rida keluar ruangan. Mama Rida tampak kesal. Namun, dia tetap menurut pada suaminya itu. Kami tengah duduk di depan ruangan rawat inap ketika tiba-tiba ponsel Mama Rida berdering. Wajahnya yang sedang ditekuk dan kusut, semakin semrawut. Aku baru melihat ekspresi aktor yang biasanya ulung ini terlihat tertekan. Jemari Mama Rida lekas menekan tombol tolak. Namun, tak lama sepertinya pesan masuk. Sepasang mata Mama Rida membeliak. Lalu bahunya melorot. Tak lama, ponselnya berbunyi lagi. “Uangnya sudah saya kasih kemarin? Kurang apa lagi, hah?!” bentaknya. Dia menahan suaranya dan berjalan menjauh. Namun, mendengar penggalan kalimat itu, jujur, aku jadi penasaran. Aku pun menoleh ke dalam kamar rawat Papa Hutama. Di dalam hanya berdua. Aku pun berjalan mencari keberadaan Mama Rida. Hampir ke
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-19
Baca selengkapnya

Bab 39

“Lalu anak siapa mereka? Selama ini, saya lihat, Mama Rida cinta mati sama Papa ….” Mas Wisnu menerawang. “Entah, yang jelas … lelaki yang Pak Hutama minta selidiki itu bernama Berry!” Prang!Kami terkejut dengan suara benda terjatuh. Ketika kami menoleh, Mami Ratna tampak gemetar dan mematung kaku. Sepasang bibirnya terdengar lirih berucap, “B--Berry? … di--dia … m--masih hidup?”“Bu Ratna!”“Mami!” Serempak aku, Mas Wisnu dan Pak Benny menoleh ke arah Mami Ratna. Dia terlihat pucat dan tangannya terlihat tremor. Mas Wisnu bergegas menghampirinya. Lalu kulihat dia membimbingnya ke dalam. Aku pun berdiri dan berpamitan pada Pak Benny. Aku harus memastikan kondisinya Mami baik-baik saja. Bi Asih tampak tergesa menuju teras. Dia sibuk membersihkan tumpahan kopi dan serpihan beling yang berserakan. Sementara itu, aku duduk di dekat Mami Ratna yang tengah minum air bening. Mas Wisnu menyimpan gelas itu ke atas meja. “Mami kenapa? Apa yang Mami tahu tentang Om Berry?”Mami Ratna menar
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya

Bab 40

Pak Benny masuk ke dalam ruang kerja Papa Hutama. Setengah jam setelah Mas Wisnu memanggilnya dia datang. Papa Hutama tak mau ditemani siapapun, termasuk Mama Rida. Aku melihat, Mama Rida agak gelisah. Namun, dia tak bisa berbuat apa-apa. Papa Hutama sendiri yang tak membolehkannya. Tak berapa lama, Pak Benny keluar dengan Papa Hutama. Lelaki itu mendorong kursi roda yang diduduki Papa Hutama. Mama Rida bangun dari duduknya dan mendekat. Namun, sorot mata dingin Papa Hutama membuat wajah Mama Rida tampak heran.“K--Kamu kenapa, Pa?” tanya Mama Rida. Dia berusaha meraih Papa Hutama, tetapi lengan lelaki itu menepisnya.“Mulai hari ini, detik ini, saya jatuhkan talak tiga padamu, Rida!”“A--Apa, Pa? T--talak tiga?” “Ya, talak tiga dan silakan kemasi barang-barang kamu! Pergi dari rumah ini!” Suara Papa Hutama bergetar. Wajah Mama Rida tampak pucat. Bibirnya bergetar dan dia tampak menelan saliva. “Kamu kenapa, Pa? Kenapa tiba-tiba menceriakan aku tanpa sebab? Apa karena Maria dan S
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-08-20
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status