Semua Bab Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih: Bab 61 - Bab 70

89 Bab

Bab 61 ~ Rasa Bersalah

“Apa yang terjadi?” tanya Aerline sangat terkejut melihat apa yang terjadi dengan kaca mobil Joel yang retak dan pecah. “Joel, ini-?” Aerline menoleh ke arah Joel yang tak bereaksi di sana. “Ini ulah Gisela,” gumam Joel. “Kita naik mobil kantor saja. Aku akan hubungi montir untuk memperbaiki mobilnya,” ucap Joel yang seakan tidak mempermasalahkan hal yang terjadi. Aerline masih mematung di tempatnya, matanya menatap kaca mobil yang pecah dengan bingung. “Gisela? Kenapa dia melakukan ini?” tanyanya, suaranya mengandung nada ketidakpercayaan.Joel menarik napas panjang, lalu menggeleng pelan. “Dia mungkin kecewa dan marah padaku. Mungkin karena aku membatalkan pernikahan kami,” ucapnya dengan nada datar, seakan hal itu adalah sesuatu yang biasa terjadi.Aerline diam, dia tidak tau harus berkomentar apa. Dia sendiri bisa memahami perasaan Gisela yang merasa terkhianati dan dikecewakan. “Ayo, ke mobil kantor saja,” ajak Joel berjalan ke area lain dan Aerline mengikutinya dari belakang
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Bab 62 ~ Alasan Dibalik Perjodohan

Saat ini, Joel dan Aerline menikmati makan malam mereka di balkon, dengan pemandangan langit malam yang indah dan sebuah kolam renang di lantai bawah. Menu seafood yang spesial yang dimasak oleh Aerline. Joel dan Aerline duduk berhadapan di meja balkon yang diterangi oleh cahaya lembut dari lampu dinding yang tidak terlalu terang. Angin malam yang sejuk membawa suasana menjadi lebih romantis dan aroma wangi dari menu seafood yang disiapkan Aerline. Di langit, bulan bersinar terang, menambah keindahan malam mereka. Cahaya bulan yang lembut memantul di permukaan kolam renang, menciptakan suasana romantis yang sempurna di balkon itu.Aerline menatap Joel dengan penuh harap sambil menopang dagunya di tangan. "Gimana masakannya, enak?" tanyanya dengan senyum malu-malu.Joel mengangguk sambil menyuapkan potongan makanan lagi ke dalam mulutnya. "Ya, ini sangat enak," jawabnya tulus, lalu menambahkan, "Kamu benar-benar berbakat, Aerly. Ini salah satu hidangan seafood terbaik yang pernah aku
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-27
Baca selengkapnya

Bab 63 ~ Gisela yang Mabuk

“Sampai kapan kamu akan minum? Sudah cukup, Gisela. Kamu sudah sangat mabuk,” cegah Kyle menahan gelas Gisela yang ingin kembali menuangkan vodka ke dalam gelasnya.“Cukup!” Kyle menahannya dengan segera.“Apa sih? Jangan menggangguku, aku ingin minum!” ucap Gisela dengan sangat kesal dan menatap Kyle di depannya dengan sorot mata tajam penuh permusuhan.Kyle menghela napas panjang, mencoba menahan kesabarannya. Ia menatap Gisela yang wajahnya mulai memerah, efek alkohol sudah jelas terlihat. Tangannya tetap memegang gelas Gisela erat, tidak berniat menyerah begitu saja.“Gisela, lihat dirimu sekarang,” ucap Kyle dengan suara tegas tapi penuh kepedulian. “Kamu bahkan tidak bisa berdiri dengan benar. Apa kamu ingin membuat masalah untuk dirimu sendiri?”Gisela mendengus, menarik tangannya dari Kyle dengan kasar. “Kamu pikir kamu siapa? Aku bisa mengurus diriku sendiri, Kyle. Jangan bertindak seperti kamu peduli!” Seruan itu diiringi dengan tawa getir yang jelas mencerminkan kepedihan di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 64 ~ Bukan Teman yang Buruk

“Um… “ Gisela membuka matannya cukup lebar karena terkejut saat menyadari, ruangan yang dia tempati bukanlah kamarnya. Dia bangkit dari posisinya sambil membuka selimut dan melihat pakaiannya yang ternyata masih lengkap. “Ternyata masih lengkap,” gumamnya bernapas lega. Dia menoleh ke sampingnya dan betapa terkejutnya Gisela di sana sampai dengan spontan menedang tubuh Kyle hingga jatuh berguling ke lantai. “Argh!” ringisnya saat tubuhnya membentur lantai dan terasa sakit. “Ke… kenapa kita ada di sini berdua?” tanya Gisela menatap Kyle dengan tatapan tajam penuh emosi. Kepala Kyle muncul di sana dan menatap Gisela dengan tatapan sayu. “Apa seperti ini, caramu mengucapkan terima kasih?” sindir Kyle.Kyle mengusap punggungnya yang sakit akibat terjatuh, sambil tetap menatap Gisela dengan ekspresi campuran antara lelah dan geli. “Aku menyelamatkanmu tadi malam, tahu? Dan balasannya, aku ditendang ke lantai seperti karung beras. Bagus sekali,” gumamnya dengan nada penuh sindiran.G
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-28
Baca selengkapnya

Bab 65 ~ Canggung

“Pagi, Lin!” sapa Maya membuat Aerline tersenyum padanya. “Pagi, Maya.” Mereka berdiri di depan pintu lift yang ada di lobi untuk menuju ke ruangan kerjanya. Saat sedang berdiri di sana, Leon tiba dan menyapa mereka berdua. “Pagi, Bu Maya, Hai, Lin,” sapa Leon tersenyum merekah pada Aerline. “Hai, Le.” Aerline berusaha memalingkan wajahnya, dia merasa tidak enak hati pada Maya yang terlihat menundukkan kepalanya saat Leon menunjukkan sapaan yang berbeda. Leon menyapa Aerline dengan begitu akrab, sedangkan menyapa Maya dengan formal. Aerline merasa suasana menjadi sedikit canggung. Ia melirik Maya, yang masih menundukkan kepala, lalu kembali tersenyum tipis pada Leon, mencoba meredakan ketegangan."Jadi, kalian berdua ada jadwal rapat hari ini?" tanya Leon, nada suaranya tetap ceria. Namun, matanya lebih sering tertuju pada Aerline.Aerline menanggapi dengan anggukan singkat. "Iya, nanti siang. Rapat proyek baru di lantai 10."Maya ak
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 66 ~ Meeting Produk Baru

Siang itu, semuanya berkumpul di ruang meeting. Joelio, Aerline, Maya, BM Heiner, Leon dan Manager divisi keuangan, pengadaan, divisi produksi dan divisi pemasaran. Untuk membahas proyek baru perusahaan mereka yang bergerak di bidang skincare. Ruang meeting itu dipenuhi suasana profesional, dengan semua pihak yang terlibat duduk mengelilingi meja besar. Beberapa presentasi sudah dimulai, tetapi Aerline bisa merasakan ketegangan kecil di udara, terutama dengan kehadiran semua pihak yang terlibat dalam proyek baru ini.Joelio duduk di ujung meja, dengan sikap tenang dan penuh kewibawaan, sementara BM Heiner yang berdiri di depan mereka menjelaskan dengan antusias mengenai perkembangan terbaru proyek mereka. Leon duduk dengan santai, sesekali melirik Aerline, tapi lebih banyak memperhatikan presentasi BM Heiner. Maya tampak serius, namun matanya sesekali melirik ke arah Leon. Begitu juga dengan manager divisi lainnya, yang tampaknya tengah mencatat dengan seksama setiap detail yang dib
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-29
Baca selengkapnya

Bab 67 ~ Tekanan

“Kamu sudah tiba, Joel. Duduklah,” ucap Abraham membuat Joel duduk dihadapan Abraham. Saat ini, mereka berdua berada di ruang pribadi sebuah restoran. Terlihat ada berbagai menu lezat tertata di atas meja dengan sangat menggugah. Tetapi tidak berlaku untuk Joel yang terlihat tidak berselera makan. “Kenapa memanggilku datang?” tanya Joel tanpa basa-basi. “Kamu masih bersikap dingin pada Ayahmu. Kita sudah lama tidak makan bersama, Joel. Duduklah, dan kita nikmati makan malam bersama,” ujar Abraham duduk di kursi. Joel pun mengambil duduk di hadapan Abraham. “Setelah Anda menikah dengan Bailee... hubungan kita tidak pernah akur. Jadi, langsung pada intinya saja, kenapa Anda memanggil saya kemari?” tanya Joel. Abraham menghela napas, tatapannya melembut namun penuh kewaspadaan. “Joel, aku tahu hubungan kita tidak lagi seperti dulu. Tapi aku tetap ayahmu, dan ada hal penting yang perlu kita bicarakan.”Joel menyilangkan tangan di
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-11-30
Baca selengkapnya

Bab 68 ~ Jadi taruhan

“Pagi... “ sapa Aerline tersenyum melihat Joel yang sedang sibuk menyajikan sarapan di atas meja. Terlihat dua piring berisi roti isi sayur, beef, telur, sosis, alpukat dan toping lainnya. “Pagi,” sapa Joel. “Duduklah, kita sarapan bersama.” Aerline tersenyum tipis dan mendekat ke meja makan. Ia menarik kursi dan duduk, sementara Joel dengan cekatan meletakkan secangkir kopi hangat di hadapannya.“Kamu memasak sendiri?” tanya Aerline sambil melirik piring yang terlihat begitu rapi dan menggugah selera.“Ya, tentu saja,” jawab Joel santai sambil duduk di kursi seberangnya. “Bukankah ini lebih spesial dibanding sarapan di restoran?”Aerline terkekeh kecil. “Ya, kurasa masakanmu jauh lebih baik dibanding makanan di restoran,” gurau Aerline.Joel tersenyum kecil, menyandarkan tubuhnya ke kursi. “Apa kamu sedang mengejekku?” tanya Joel yang sudah duduk dihadapan Aerline.Aerline hanya tertawa kecil, “Mana mungkin aku berani mengejek bosku sendiri,” kekehnya.Ia mengambil roti is
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 69 ~ Bertemu Gisela

Ddrrttt... Aerline menatap layar ponselnya saat ponselnya berdering dan nomor asing muncul di sana. “Siapa, ya?” gumamnya. Aerline pun menerima panggilan tersebut tanpa menaruh kecurigaan apa pun. "Halo... " "Tinggalkan Joelio, atau kau akan mati!" Degh! Aerline tertegun di sana saat mendengar suara pria menakutkan di seberang sana. Tubuhnya bergetar hebat dan jantung berdebar sangat cepat.Aerline terdiam, tangannya yang memegang ponsel gemetar. Ia mencoba menarik napas dalam-dalam untuk menenangkan diri, meskipun suara ancaman itu masih terngiang di telinganya.“Siapa ini? Apa maksudmu?” tanya Aerline, suaranya bergetar namun tetap mencoba terdengar tegas.“Bukan urusanmu siapa aku. Ini peringatan terakhir. Tinggalkan Joelio, atau aku pastikan kau tidak akan selamat,” suara itu kembali terdengar, tajam dan penuh ancaman, sebelum sambungan terputus begitu saja.Aerline menatap ponselnya dengan mata meleba
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-01
Baca selengkapnya

Bab 70 ~ Salahkah Kalau Egois?

“Hai, Lin… “ Leon menyapa Aerline yang hendak pergi ke mejanya. “Hai, Le.” Aerline hanya melihat sekilas dan memalingkan wajahnya. Tanpa kata, Aerline berjalan melewati Leon, tetapi pria itu menahan pergelangan tangan Aerline di sana. “Ada apa?” tanya Aerline masih berusaha menghindari tatapan Leon. Pria itu menyampaikan rambut Aerline yang menutupi area pipinya dan terlihat memar di sana. “Siapa yang melakukannya, Lin?” tanya Leon. “Bukan urusanmu!” ucap Aerline menepis tangan Leon dan berusaha pergi tetapi Leon tidak menyerah dan kembali memegang lengan Aerline. “Aku tanya sekali lagi, siapa yang melakukannya?” tanya Leon penuh penekanan. Aerline terdiam sejenak, menundukkan wajahnya untuk menyembunyikan ekspresi yang sulit ia kendalikan. Ia menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan air mata yang mulai menggenang. “Leon, lepaskan aku. Aku tidak ingin membicarakan ini,” ujarnya dengan suara lirih, nyaris seperti bisikan.Leon menghela napas, menatap Aerline dengan sorot mata y
last updateTerakhir Diperbarui : 2024-12-03
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status