All Chapters of Jadi yang Kedua: Jerat Pesona Mantan Kekasih: Chapter 41 - Chapter 50

54 Chapters

Bab 41 ~ Masih Merasa Takut

“Sudah selesai bicaranya?” Aerline menolehkan kepalanya saat mendengar itu. Dia mun berjalan mendekati Joel dengan senyuman terukir di bibirnya. “Sudah selesai,” jawab Aerline. “Apa semua baik-baik saja?” tanya Joel membelai rambut Aerline lembut. “Ya. Semua baik-baik saja,” jawab Aerline tersenyum manis. “Kalau begitu, habiskan makanannya.”Joel dan Aerline kembali ke meja makan. Di sana Aerline kembali menikmati makanannya, sedangkan Joel duduk memperhatikan Aerline dengan meneguk minumannya. “Yang barusan menghubungimu, Freyya teman sekolahmu?” tanya Joel. “Ya, benar. Dia merantau lebih dulu ke sini, dan aku mengikutinya sambil ambil kuliah s2 di sini,” jawab Aerline membuat Joel menganggukkan kepalanya. “Kelihatannya, dia sangat mengkhawatirkanmu,” ujar Joel. “Ya, dia memang selalu seperti itu. Sangat heboh dan berisik, tapi dia paling mengerti dan menyayangiku,” jawab Aerline. Joel tersenyum di sana. “Syukurlah, kamu memiliki sahabat yang baik.” Joel tersenyum sambil men
Read more

Bab 42 ~ Kembali Bekerja

“Aku naik duluan, ya.” Aerline melepaskan sabuk pengamannya. “Nggak bareng?” tanya Joel. “Mama mungkin? Akan ada banyak yang curiga. Aku turun di sini saja,” ucap Aerline membuka pintu mobil dan memastikan tidak ada siapa pun di sekitar sana. Setelah itu, Aerline menutup pintu mobil dan berjalan pergi dengan terburu-buru. Dia tidak sadar, kalau di Leon baru saja menuruni mobilnya dan melihat Aerline turun dari mobil Joel. “Arlin dan Pak Joelio?” gumam Leon mengernyitkan dahinya. “Apa mereka kebetulan bertemu, ya?”Leon pun berjalan menuju ke lift. Sampai di ruangan sekretaris, Aerline tersenyum saat beberapa rekan kerja menyapanya. “Kamu sakit, Lin?” tanya Maya di sana. “Oh, tidak,” jawab Aerline meletakkan tas tangannya di atas meja. “Tapi kenapa memakai syal? Padahal cuaca sedang panas,” tanya Maya. “Oh, aku alergi makanan, leherku merah-merah akibatnya,” jawab Aerline yang tidak mau mengatakan yang sebenarnya. Dia tidak mau membuat heboh semua rekan kerjanya dan jadi mengk
Read more

Bab 43 ~ Salah Sasaran

“Aerline!” panggil Leon saat mereka bertemu di pantry. “Oh, Leon. Kamu mau buat kopi juga?” tanya Aerline yang sedang membuat kopi di mesin kopi. “Ya.” Leon tersenyum kecil di sana. “Biar aku buatkan sekalian.” “Makasih, Lin.” Leon tersenyum di sana dan memandangi Aerline di sana. “Kamu sedang sakit?” tanya Leon. “Oh, ya. Aku terkena alergi,” jawab Aerline tersenyum di sana. “Apa sudah pergi berobat? Apa alerginya membuatmu sesak?” tanya Leon terlihat begitu peduli dan perhatian. “Oh, tidak sampai separah itu. Hanya merah-merah dan ruam saja,” jawab Aerline tersenyum. “Udah di balur salep, kan?” tanya Leon. “Oh, ya. Sudah,” ujar Aerline. “Ini punyamu.” Aerline memberi gelas berisi kopi pada Leon. “Makasih, Lin. Aromanya wangi sekali,” ujar Leon menghirup aroma kopi itu. “Ya, wangi ya menenangkan,” jawab Aerline menyeruput nya sedikit. “Ngomong-ngomong tadi kamu berangkat bersama pak Joel?”Oho! Oho! Oho! Aerline tersedak kopinya dan batuk di sana cukup keras. “Minum dul
Read more

Bab 44 ~ Rasa Bersalah

"Joel, maafkan aku," gumam Aerline, suaranya bergetar menahan rasa bersalah yang dalam. Saat ini, dia duduk di samping ranjang IGD, matanya tak lepas dari wajah Joel yang masih terpejam. Kecemasan menguasai dirinya. Joel masih belum sadarkan diri sejak kejadian itu, ketika alat kejut yang dipegang Aerline tanpa sengaja menempel pada tubuh Joel.Dia menggenggam erat tangan Joel, berharap ada keajaiban yang bisa membangunkannya. Hatinya dipenuhi penyesalan. Seharusnya dia lebih berhati-hati.Aerline menarik napas dalam, mencoba menenangkan dirinya yang dihantui oleh rasa bersalah. Suara mesin yang berdetak pelan di ruangan IGD menjadi latar suara yang semakin membuatnya tersadar akan konsekuensi dari tindakannya. "Joel... aku benar-benar tak sengaja," bisiknya pelan, berharap meski dalam ketidaksadarannya, Joel bisa mendengar suaranya. "Kamu tahu, aku tak pernah ingin melukaimu."Tangan Aerline yang menggenggam tangan Joel terasa dingin dan gemetar. Ia menyadari bahwa tak ada yang bis
Read more

Bab 45 ~ Memenuhi Undangan

“Apa ini, Sayang?” tanya Aerline saat melihat kardus putih yang diikat dengan pita pink yang cantik.“Seperti yang aku janjikan padamu, bukalah,” ucap Joel.Saat ini, mereka ada di rumah Joel. Aerline duduk di soda dan mulai menarik ikatan simpul pita di bagian atasnya. Setelah itu, dia juga membuka penutup kardus. “Ini?”“Itu gaun yang aku janjikan untukmu. Gaun dengan warna pastel sangat cocok denganmu, seperti karaktermu yang soft dan ceria,” ujar Joel membuat wajah Aerline merona mendengarnya.“Manisnya, kesayangan aku,” kekeh Aerline.“Cobalah,” perintah Joel.“Oke, sebentar aku coba dulu.” Aerline membawa kotak itu dan masuk ke dalam kamarnya.Aerline masuk ke kamarnya dengan senyum yang tak bisa disembunyikan. Rasa penasaran dan kebahagiaan bercampur di wajahnya. Ia membuka kotak itu perlahan, mengangkat gaun yang tersimpan rapi di dalamnya. Gaun itu memang indah, dengan potongan sederhana namun elegan. Warna pastel lembut menghiasi kainnya, dengan detail renda halus di bagia
Read more

Bab 46 ~ Rasa Kecewa

“Mereka benar-benar pasangan yang serasi, ya,” ucap Agnes menatap ke arah Joel dan Gisella yang sedang menyapa tuan rumah di sana. Aeline beggerak menjauh dari kerumunan sambil mengambil satu gelas sampanye. Dia memilih di sudut ruangan yang cukup sepi. “Dia datang ke sini dengan tunangannya. Bahkan memakai dasi senada, padahal tadi Aerline menyarankan warna dasi lain pada Joel. Kalau dia memang akan datang bersama tunangannya, lalu kenapa harus berbohong padaku?” batin Aerline. Ini adalah balasan yang harus diterima Aerline. Cepat atau lambat, dia akan mengalami hal ini dan menyadari posisinya. Bagaimana pun, Aerline hanya wanita simpanan Joel yang tidak akan pernah terlihat sampai kapanpun juga. Aerline meneguk sampanye dalam diam, merasakan cairan itu mengalir melewati tenggorokannya seperti pengingat pahit akan kenyataan. Pandangannya tak bisa lepas dari Joel dan Gisella, yang tampak sempurna dalam balutan pakaian senada. Joel sedang berbincang dengan para tamu, sementara Gisel
Read more

Bab 47 ~ Sahabat Sejati

Tok! tok! tok!“Ya, sebentar,” jawab Freyya berjalan membuka pintu apartemennya. Dia cukup terkejut melihat siapa yang berdiri di depan pintu.“Lin?” panggil Freyya.Aerline berjalan mendekati Freyya dan memeluk sahabatnya dengan perasaan sakit bukan main. Walau dia sadar, hal ini pasti terjadi, tetapi entah kenapa rasanya jauh lebih sakit dari yang dibayangkan.Freyya yang mengetahui apa yang terjadi, hanya diam dan mengelus punggung Aerline dengan lembut di sana.“Kita masuk, ya,” ucap Fretta membuat Aerline menganggukkan kepalanya.Freyya menutup pintu perlahan setelah Aerline masuk ke apartemennya. Ruangan itu hangat, namun suasana yang dibawa Aerline terasa berat, seolah setiap langkahnya meninggalkan jejak kesedihan. Freyya memandu Aerline menuju sofa di ruang tengah. “Duduklah dulu,” ujar Freyya lembut, sambil menuangkan segelas air untuk Aerline. Dia meletakkannya di meja dan duduk di sebelah sahabatnya.Aerline menghela napas panjang, mencoba menenangkan diri, tetapi matanya
Read more

Bab 48 ~ Rasa Cemburu dan Kesal Joel

“Kamu yakin akan masuk kerja?” tanya Freyya saat Aerline sudah bersiap dengan setelan kerjanya. Dia memakai pakaian milik Freyya yang memang seukuran dengannya.“Ya, aku akan masuk kerja. Gimana pun, aku tidak bisa terus menerus menghindar. Aku harus menghadapinya,” ujar Aerline. “Baiklah, kalau memang sudah merasa lebih baik,” ujar Freyya. “Ya, seharian kemarin aku sudah menenangkan diri. Dan kurasa, aku akan bisa dan sanggup menghadapinya sekarang,” ujar Aerline. “Apa rencanamu selanjutnya? Apa kamu akan kembali tinggal bersamanya?” tanya Freyya. “Tidak. Aku sudah pernah memutuskan kalau aku hanya tinggal di sana selama tiga hari. Lalu pindah ke sini,” ucap Aerline. “Ya, lebih baik begitu. Setidaknya, menjaga jaraklah, supaya Joel bisa lebih melihatmu,” ujar Freyya membuat Aerline terdiam. “Sarapan dulu sebelum berangkat. Aku sudah membuatkan roti panggang isi,” ujar Freyya. Mereka pun berjalan menuju mini bar dan duduk berhadapan. Aerline melihat piring berisi roti panggang
Read more

Bab 49 ~ Permintaan Joel

Aerline membuka laptopnya, jemarinya dengan cekatan mengetikkan beberapa dokumen yang perlu disiapkan untuk meeting Joel bersama Manager. Tatapannya fokus, sesekali dia memeriksa ulang setiap detail untuk memastikan semuanya sempurna. Setelah selesai, dia menekan tombol *print* dan mendengar suara lembut printer yang mulai bekerja.Tumpukan kertas hasil cetakan segera ia ambil, lalu ia beranjak dari kursinya. Langkah Aerline terarah menuju ruang fotokopi, sebuah ruangan kecil yang terletak di sisi kosong dekat gudang kantor. Suasana di sana terasa sepi, hanya terdengar bunyi halus pendingin ruangan dan deru mesin penghancur kertas yang baru saja digunakan oleh seseorang.Aerline menyalakan mesin fotokopi dan mulai menggandakan dokumen-dokumen yang tadi diprint. Sambil menunggu, pikirannya sedikit melayang ke kejadian saat Joel bersama Gisella yang tampak serasi. Hal itu, seakan membuat Aerline sadar, kalau Joel lebih cocok dengannya dibanding dengan Aerline. “Apa kamu akan terus men
Read more

Bab 50 ~ Bertemu Kembali

“Hei, Lin. Ada apa denganmu? kedua matamu sembab, apa kamu habis menangis?” tanya Agnes. “Aku baik-baik saja,” jawab Aerline di sana. “Aku hanya merasa sedih saja.” “Apa kamu ada masalah? katakanlah, jangan memendamnya sendiri,” ucap Agnes. “Bukan hal besar. Hanya merasa kecewa karena orang yang sangat kupercaya membohongiku,” ucap Aerline.Agnes menatap Aerline dengan penuh perhatian. Ia bisa melihat dengan jelas bahwa ada sesuatu yang mengganggu temannya. Meski Aerline mencoba tersenyum, matanya yang sembab dan wajah yang tampak lelah mengkhianati perasaan yang sebenarnya."Lin, kamu tahu kan aku selalu ada buat kamu? Kalau kamu mau cerita, aku siap mendengarkan," ujar Agnes lembut, mencoba membuat Aerline merasa nyaman.Aerline menghela napas panjang, pandangannya menerawang ke arah jendela. "Bukan hal besar, Agnes. Aku hanya... kecewa," ucapnya dengan nada datar, meskipun rasa sakit di hatinya terdengar jelas dalam suaranya.Agnes mengerutkan alis. "K
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status