“Raya,” lirih Mas Bima seperti kehabisan kata-kata. “Sudahlah, Mas. Aku sudah ikhlas kalau memang jodoh kita tidaklah panjang. Aku tahu, soal hati tidak bisa dipaksakan.”“Tidak, Raya. Aku sungguh masih cinta sama kamu.” “Tapi kamu tidak secinta itu sama aku, Mas. Kalau kamu sungguh mencintai aku sebesar yang kamu bilang, gak akan pernah ada Cantika di antara kita.” “Aku minta maaf, Raya. Ini diluar kendaliku.” “Aku sudah memaafkanmu, Mas.” “Itu artinya, kamu mau menerima Cantika sebagai istri keduaku, kan?” Aku tertawa mendengar pertanyaan bodoh yang dilontarkan Mas Bima. Sepertinya Mas Bima salah persepsi. Memaafkan dan membiarkan diriku dimadu, tentu saja dua hal yang berbeda. Aku memang sudah memaafkan kesalahan Mas Bima, tetapi bukan berarti aku rela dimadu. Apalagi madu pahit seperti Cantika yang serakah dan tidak bisa
Last Updated : 2024-06-03 Read more