Share

Bab 38. Perjanjian

Entah mengapa, melihat sikap Mas Bima yang seolah-olah tidak menginginkan calon putri ketiga kami membuat hatiku sangat sakit. Bahkan mungkin rasa sakitnya melebihi saat pertama kali melihat Mas Bima sedang memadu kasih dengan Cantika dengan mata kepalaku sendiri.

Air mata sampai mengalir dengan sendirinya, meskipun aku sudah menahan dan mencoba menghentikannya, supaya tidak membuat Astuti dan Andini khawatir. Nyatanya, aku tetap tidak kuasa menahan tangis.

“Ibu….” panggil Andini lirih saat melihatku menangis.

“Bapak kenapa, sih? Mau Adik nanti cewek atau cowok sama aja, Pak. Kenapa Bapak malah bikin Ibu jadi sedih?” protes Astuti ikut bersuara.

Anak kecil itu makin hari memang terlihat makin dewasa pemikirannya. Dia bisa membaca situasi dan lebih sensitif perasaannya.

Aku jadi makin bersedih karena masa kanak-kanak yang harusnya dilalui putriku dengan suka cita, harus ternoda dengan p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
raya anjing!!! kau memang lebih bodoh dari binatang. penulis bodoh menghasilkan tokoh cerita bodoh. seakan2 poligami itu hal yg legal. kpdate isi kepala kau klu menulis cerita njing!!!
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status