All Chapters of Membungkam Mulut Tetangga Julid: Chapter 31 - Chapter 40

58 Chapters

Ganti Rugi

Hari-hari dijalani Dewi dengan penuh kejutan. Sikapnya yang tidak mau kalah dari orang lain, beberapa kali memicu pertengkaran dengan tetangganya. Terlebih lagi, anak-anak kecil di sana sering menyelinap masuk jika ia lengah tidak menutup rapat pintu depan. Bukan sekali ia menemukan barangnya diacak-acak oleh mereka. Tidak bisa berbuat banyak, dia pun hanya bisa menuruti ucapan suaminya untuk selalu mengunci pintu jika sedang ada di rumah. “Kita pindah aja, sih, Pa. Nggak betah Mama. Berisik banget tetangga sebelah. Mana anak nya banyak, kecil-kecil suka nyelonong masuk,” cerocos Dewi saat benar-benar merasa lelah dengan kondisi di kontrakan barunya. “Nggak bisa, Ma. Ini udah yang paling pas sama budget kita. Sabar-sabarin lah,” sahut Azam yang tidak peduli dengan keluhan istrinya. “Papa sih, enak, main bilang sabar. Yang di rumah kan Mama. Capek tau, Pa.” La
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Hati-hati

Tinggal bersebelahan dengan penjual bubur ayam, membuat hari-hari Dina akrab dengan aroma masakan. Tidak masalah bagi wanita hamil itu, sebab saat masih lajang pun ia pernah bekerja paruh waktu di warung makan. Setidaknya ini jauh lebih baik daripada menghirup asap rokok seperti tempo hari. Ia yang dulu mengenal Lila sambil lalu, kini terlihat sering mengobrol di teras. Ya, sambil menemani anak-anak bermain. Soal gerobak yang pernah dirisaukan oleh Nia beberapa waktu lalu, tidak menjadi masalah bagi Dina, sebab Gema menempatkan gerobak tersebut di ujung halaman. Pintu pagar baru itu juga seperti memiliki kehidupan semenjak Gema dan keluarga kecilnya tinggal di sana. Mereka, semua penghuni bebas menggunakan dengan leluasa, tidak seperti ketika Dewi yang tinggal di sana, yang justru menjadikan pintu itu sebagai hak miliknya. .
last updateLast Updated : 2024-06-13
Read more

Tamu Istimewa

Jarum jam menunjuk angka sembilan malam, saat Deny memberi kabar kalau mereka akan kedatangan tamu agung."Dek, besok Nenek ke sini. Sekarang lagi di jalan. Ini tadi barusan nelpon bapak."Dina menghentikan kegiatannya melipat pakaian. Nenek yang dimaksud adalah orang tua Deny, ibu mertua Dina. Menghela nafas panjang, menghembuskannya kemudian. 'Sepertinya harus begadang buat bereskan semua ini.' Dina berdialog sendiri."Iya, Mas. Semoga perjalanan ibu lancar, selamat sampai di sini," sahut Dina yang kemudian menyapu pandang ke seluruh ruangan.Mainan berserakan dari ujung pintu masuk hingga pintu dapur. Keranjang baju kotor penuh. Cucian piring menumpuk. Sisa jajanan tadi sore berserakan di dapur. Sungguh, ini seperti kapal pecah. Belum lagi kompor yang entah kapan terakhir dilap. Dina memandangi anaknya yang sudah terlelap. Sang suami juga beranjak tidur, pasti lelah sudah bekerja seharian. Ia juga mengantuk karena hari
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Kejutan

Hari kedua di rumah Dina, Bu Sari pamit untuk jalan-jalan seorang diri. "Ibu mau lihat-lihat daerah sini. Kalian berdua nggak usah kuatir ibu tersesat. Oke?" ucap wanita paruh baya itu dengan penuh percaya diri.Deny mengiyakan, karena percuma melarang jika sang ibu sudah punya keinginan. Dua jam kemudian, Bu Sari pulang ke kontrakan Dina. Namun, ia tak sendiri."Ayo, Pak, tolong bawa masuk sini," ucap Bu Sari pada orang yang datang bersamanya.Ibu mertua Dina itu membuka pintu pagar di depan kamar Dina."Baik, Bu." Nampak dua orang mengangkat sebuah kardus besar."Assalamu'alaikum, Dina. Ibu pulang, Nak," ucap Bu Sari saat sudah ada di depan pintu yang ternyata dalam kondisi terkunci."Wa'alaikumsalam. Iya, Bu. Tunggu sebentar,” sahut Dina dari dalam kamar sambil berjalan menuju ke mana ibu mertuanya berada.Dina membuka pintu yang dikunci. Ia memang berada di rumah berdua saja dengan Putri, sementara Deny pam
last updateLast Updated : 2024-06-14
Read more

Pinjam Bentar

"Cieee ... Punya mesin cuci sama kulkas baru nih, ye ...."Lila, istri tukang bubur, menyambut Dina saat ia baru saja membuka pintu pagar.'Bagaimana ia bisa tau?' Dina bertanya dalam hati.Apa mungkin kemarin dia lihat pas ibu pulang bawa kotak besar itu ya? Atau suara mesinnya terdengar ke rumah dia? Bisa jadi …, kan kemarin sore dicoba. Mbak Lila kepo, ah.Dina masih berdialog dalam diam, sebelum akhirnya menyapa tetangganya."Eh, ada Mbak Lila." Wanita yang tengah menggendong anak sulungnya itu tidak langsung menanggapi ucapan Lila saat ia baru datang tadi."Udah pulang Embahnya Putri ya, Tante?" tanya Lila basa-basi, padahal sudah melihat kepergian ibu mertua Dina tadi."Udah, Mbak. Maaf saya masuk dulu, ya?" jawab dan pamit Dina yang ingin segera masuk untuk istirahat."Iya, Tante. Entar boleh ya minjem mesin cuci barunya?"Ucapan Lila menghentikan langkah Dina. "Hah?” Ibu dari
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

Dimanfaatkan?

Dina terheran-heran melihat kedatangan Lila. 'Jadi yang tadi dia bilang itu beneran?' Dina bertanya-tanya sendiri. Mau menolak juga tak enak, sedangkan cucian sudah dibawa ke depan pintunya, seakan tak boleh ditolak permintaannya. "Oh … iya, Mbak. Sini, bawa masuk." Merasa serba salah, pada akhirnya Dina mengijinkan juga, sebab pernah merasakan di posisi Lila.Gegas meminta ijin melalui pesan singkat yang segera diiyakan oleh sang suami."Oke, Tante. Makasih, ya. Nanti ajari ya, gimana pakainnya." Lila berkata setelah membawa ember besarnya masuk."Iya, Mbak." Dina membuka tabung pengering, mempersilakan Lila menggunakannya. "Masukkan ke sini ya, Mbak. Nanti ditutup dulu pakai ini, setelah rapat baru yang ini. Jangan kepenuhan ya, nanti nggak bisa muter dia kalau kebanyakan." Dina menunjukkan cara menggunakan pengering cucian."Oke, Tante," jawab Lila sambil mengacungkan jempol."Enak banget deh, Tante.
last updateLast Updated : 2024-06-15
Read more

POV Bu Sari

POV Bu SariAku baru saja menerima sejumlah uang hasil panen di sawah. Alhamdulillah kali ini hasil panen melimpah. Tiba-tiba saja aku ingin menengok cucuku yang jauh di ibukota bersama anak dan menantuku. Sudah lama aku tak menggendong cucu pertamaku.Selama ini, jika sedang kangen, aku hanya bisa mendengar suaranya melalui sambungan telepon. Hanya ada fotonya saat bayi yang bisa kupandangi. Aku juga sering 'meminjam' anak tetangga yang seumuran dengan cucuku sebagai pengobat rindu.Tak menunggu lama, aku bergegas menuju agen tiket bus ke ibukota. Beruntung sekali tiket hari itu tersedia. Dengan membawa selembar tiket setelah membayarnya, aku berangkat seorang diri hari itu juga saat sore menjelang magrib. Aku baru memberi kabar kepada anakku saat sudah dalam perjalanan ke sana. Aku tak bisa memejamkan mata selama dalam perjalanan. Selama itu pula hanya bisa menikmati kelap-kelip lampu di waktu malam.Jam tiga dini hari, bus yang kami n
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Demi Kewarasan

Aku mencari info lagi mengenai Dina ke tetangga sekitar kontrakan saat mengajak Putri, cucuku berjalan-jalan kaki di sore hari. Aku mendapat banyak info mengenai Dina. Termasuk tentang Dewi yang pernah melemparkan barang-barang yang ada di teras rumah Dina ke halaman. Aku benar-benar tak menyangka ada orang bar-bar seperti Dewi. Aku justru semakin penasaran dan ingin melihat, seperti apa sih, orangnya?Dina juga bercerita kalau awal mula tinggal di sana, hubungan mereka baik-baik saja. Bahkan Dina juga diberi rak piring, piring dan mangkok yang masih dipakai sampai sekarang. Namun, lama kelamaan malah renggang bahkan cekcok karena hal sepele.Yaa, setidaknya orangnya sudah tidak tinggal di sana. Sedikit lega lah aku. Kalau tetangga yang lain, kurasa aman lah. Aku berencana membelikan mesin cuci setelah mendengar cerita yang masuk ke telingaku. Itu supaya ia tak perlu menunggu jemurannya tak menetes baru dikeluarkan. Oleh sebab itu kees
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Pinjam Mangkuk

"Wah, Dek … tadi aku ketemu sama tetanggamu." Deny memulai obrolan dengan istrinya selepas membersihkan diri. Pria itu baru saja pulang kerja. Wajahnya masih terlihat lelah."Tetangga yang mana, Mas?" tanya Dina dengan mengernyitkan keningnya."Ya, itu … Dewi, sama Sultan.""Oh ... Ketemu di mana?""Di pertigaan jalan sana yang tadi Bapak lewat. Wah … ngeri, Bu. Si Sultan lagi tantrum. Entah minta apa sampai guling-guling di pinggir jalan. Kayaknya emaknya sudah nggak tau mau bujuk gimana. Kayak bingung gitu mukanya." Deny bercerita panjang pendek sambil teringat kejadian yang baru dialami dalam perjalanan pulang ke rumah. Sang istri justru terkekeh mendengarnya, membuat Deny keheranan."Anak itu memang unik kalau minta sesuatu terus nggak dituruti,” ucap Dina yang mengerti arti tatapan mata suaminya. “Maklumi saja, Mas. namanya anak tunggal, nggak ada saingannya," lanjut Dina yang menanggapi dengan tersenyum
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more

Uniknya Tetanggaku

"Pinjem aja satu, ya," jawab Dina yang tersenyum-senyum saja."Oke, tunggu bentar ya, Tante." Meskipun belum mengerti apa yang dimaksud Dina karena ini di luar kebiasaannya, Lila tetap beranjak ke dapur dan mengambil mangkuk. "Ini, Tante," ucap Lila sambil mengangsurkan sebuah mangkuk bergambar ayam jago. Dina pamit setelah mengucap terima kasih."Dapat, Dek?" Tanya Deny saat melihat istrinya kembali dengan sebuah mangkuk di tangan."Dapat dong, nih." Dina memamerkan sebuah mangkuk bergambar ayam jago. Mangkuk yang sama seperti yang dipakai Gema berjualan bubur ayam. Ia isi dengan kolak yang masih panas."Aku antar dulu ya, Mas." Dina memberi alas piring plastik supaya tidak kepanasan saat mengantar kolak."Iya, Sayang," jawab Deny yang ikut senang melihat istrinya suka berbagi."Mbak, ini mangkoknya saya kembalikan," ucap Dina masih mengulas senyum saat sampai di depan rumah Lila."Owalah … ternyata
last updateLast Updated : 2024-06-18
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status