All Chapters of Membungkam Mulut Tetangga Julid: Chapter 11 - Chapter 20

58 Chapters

Kena Lagi

Sejak kejadian hari itu, aku lihat kondisi selalu aman. Jemuran basah yang seakan menyambut ketika aku hendak mengantar jagoan kecilku ke sekolah, tidak lagi kutemukan.Manjur juga ngomelin Dina. Tau gitu kan dari dulu aja. Nggak perlu aku pakai payung segala kalau mau lewat situ. Iya, kan?Hari ini aku ingin pulang lebih cepat setelah mengantar sekolah. Ingin segera rebahan dan nonton Drakor. Namun, lagi-lagi pemandangan yang mengesalkan itu sudah tersaji begitu saja.Dari kejauhan, aku lihat si Dina lagi manjat kursi sambil tangannya naruh jemuran. Huh, pasti bakal kena tetesan air lagi ini. Awas aja kalau aku udah sampai, dia belum turun. Aku tabrak aja kali, ya, biar hilang juga tuh, janinnya. Kesel melulu bawaannya kalau lihat dia.Rupanya dia tau kalau aku datang. Belum juga kubuka pintu pagar, dia sudah buru-buru turun. Baguslah kalau tau diri. Pas lewat, aku lihat masih ada setengah ember jemuran dia. Kan, kena air lagi kan aku?
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Penjual Minuman

Dewi kembali berselancar mencari lowongan kerja melalui internet. Ia cari yang lokasinya paling dekat dengan rumah. Ini karena ia harus mengantar jemput anak semata wayangnya ke sekolah. Banyak yang menarik, tapi terkendala usia. Saat masih sibuk menelusuri lowongan demi lowongan, ada satu yang menarik perhatian Dewi. Sebuah produk susu yogurt membuka cabang baru, butuh sales untuk meningkatkan penjualan. Sedangkan umur tak jadi masalah. Tak menunggu lama, ia menyiapkan segala persyaratan untuk melamar kerja. Pagi ini, setelah mengantar Sultan ke sekolah, Dewi bergegas menuju kantor cabang susu yogurt untuk memenuni panggilan interview. Seperti kebanyakan orang yang baru melamar kerja, Dewi juga merasakan dag dig dug. Ada perasaan kuatir jika tak diterima, apalagi melihat orang yang datang tidak sedikit. Namun, Dewi tetap optimis jika dirinya akan diterima bekerja. Dewi diterima kerja setelah melalui proses interview. Tentu saj
last updateLast Updated : 2024-05-31
Read more

Ada yang niat

Pagi hari yang cerah, Dina bermaksud keluar rumah untuk mengeluarkan jemuran setelah mendengar suara motor Dewi keluar pagar. Ibu satu anak itu membuka pintu terlebih dahulu untuk memudahkan mengeluarkan keranjang cucian. Namun sesampainya di depan pintu, wanita itu sangat terkejut ketika melihat pintu gerbang yang ada di sebelah kiri rumahnya dalam keadaan terbuka. Selama ini, jika Dewi keluar atau masuk, pasti menutup kembali pintu itu meski tidak dikunci. Dina hampiri pintu itu bermaksud untuk menutupnya. Namun, lagi-lagi Dina dikejutkan oleh kenyataan bahwa pintu itu dikunci menggunakan rantai yang biasa dipakai untuk mengunci sepeda ontel. Bagaimana bisa ditutup kalau dirantai begitu? 'Astagfirullah ... perbuatan siapa ini?' Dina bertanya dalam hati. "Kenapa, Mbak?" tanya Bu Yati yang tiba-tiba muncul di depan rumah. Ia hampiri Dina yang masih berdiri di dekat pintu pagar di depan rumah Dewi. "Itu kok, kebuka pintunya?" tanya Bu Yati lagi. "Iya nih, Bude. Dikunci l
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Tetangga Unik

"Yah … berkurang satu dong, teman main Putri,” sahut Dina serupa keluhan setelah beberapa saat terdiam dan sibuk dengan pikirannya.. Putri dan Hana memang seumuran, Hana lahir satu bulan lebih awal dari Putri. Bisa dikatakan mereka berteman sejak masih dalam kandungan. “Jadi gimana? Kalau di sana kan lumayan tinggi, tuh. Aman lah dari banjir,” desak Bu Maya "Mau aja sih, kalau cocok, tapi tetap tanya bapak dulu. Ya kan, Nak?" Kali ini Dina mengajak bicara anaknya. Putri yang belum mengerti hanya senyum-senyum sambil memainkan boneka jerapah. "Iya lah, wajib itu, kan nanti yang nempati sama-sama." Bu Maya membenarkan ucapan Dina. "Emang mau pindah ke mana?" Dina bertanya keheranan. "Itu di seberang jalan raya, dekat jalan yang dilewati kalau pijat bayi," jawab Bu Maya. "Wah, daerah sana kan dekat juga sama tempat kerja bapaknya Putri," ucap Dina. "Lalu nenek bagaimana?" tanya Dina lagi. Beberapa hari sebelumnya, Bu Maya pernah bercerita kalau cekcok dengan ibu suami
last updateLast Updated : 2024-06-01
Read more

Proposal

"Kalau di situ nggak banjir ya, Bu?" Dina bertanya untuk memastikan.Deretan rumah bu Maya memang lebih tinggi dari jalan raya, juga dari lapangan. Ada setengah meter selisihnya. Jadi halaman rumah Bu Maya juga agak miring menyesuaikan jalan. Sementara halaman rumah Bu Yana lebih datar."Banjir juga waktu itu yang pas tinggi banget, sampai mata kaki aja, sih Teh," jawab Bu Maya.'Yah, sama aja banjir, dong,' ucap Dina dalam hati."Kalau di situ, tiap tahun naik Teh, ya seratus dua ratus naiknya. Makanya kalau mau, nanti saya antar biar nggak dinaikin kalau ada yang bawa. Soalnya kalau enggak, nanti keduluan orang, kalau di sini kan cepet laku kontrakannya. Kayak yang rumah di situ kan baru berapa hari udah keisi." "Iya juga, sih," jawab Dina melihat ke arah rumah yang dimaksud oleh Bu Maya."Nanti deh, ya, tanya bapak dulu,” sambung Dina, yang tidak mau mengambil keputusan sendiri. Lagi pula, banjir masih jadi pertimbangannya.
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Diajak Arisan

Deny melihat sedikit senyum di wajah Dina saat menyampaikan perihal pindah rumah. Ya, meski masih mengontrak, setidaknya butuh tempat tinggal yang nyaman, bukan?Sebagai suami, dia mengerti ketidaknyamanan istrinya selama tinggal di rumah yang sekarang mereka tempati. Terlebih mendengar cerita semalam, soal pintu pagar yang sengaja dibuka oleh tetangga sebelah, semakin menambah daftar waspada saat mengasuh anak pertama mereka."Ya, lihat dulu dalamnya. Kalo kamu cocok … ya, ayok pindah nggak apa-apa malah dekat."Deny akhirnya menjawab setelah mengamati wajah sang istri. Wajah yang menggambarkan antara senang ada peluang pindah kontrakan, dan sedikit kerutan di kening, seakan ada hal yang ia khawatirkan."Tapi, dia bilang airnya susah, soalnya buat delapan keluarga."Kali ini Dina menjawab dengan suara melemah. Sementara itu, Deny terkejut mendengarnya."Lah … ya repot dong, kalau air aja susah. Air itu penting. Gimana kalau tiba
last updateLast Updated : 2024-06-02
Read more

Melihat Rumah Hana

Dina membawa Putri ke luar setelah tenang. Ia lihat ke rumah Bu Yati, nenek Ida sudah tidak ada di sana. Tinggal Bu Yati yang sedang asyik melihat anak-anak kecil bermain di lapangan. Dina Pun membawa Putri ke halaman Bu Yati karena melihat Keysha juga sedang bermain."Gimana Mbak, jadi ikut?" tanya Dina pada Bu Yati."Enggak ah, Tante, kayak nggak meyakinkan." Bu Yati berkata sambil menggelengkan kepalanya, lalu berkata, “Tante tertarik? Tapi kayak geleng-geleng tadi?”Dina tersenyum sambil menggelengkan kepala, lalu menjawab, "Kalau aku memang nggak tertarik sama arisan-arisan gitu sih, Mbak. Mending nabung. Sama aja kan, hasilnya." "Iya sih, Tante," ucap Bu Yati. "Eh, Itu ayah pulang tuh, Dek."Tiba-tiba Bu Yati menunjuk ujung jalan, di mana sudah ada Deny di sana. Dina reflek menoleh, kemudian tersenyum saat melihat sang suami sudah pulang kerja. Sementara Deny yang melihat istri dan anaknya malah melambaikan tangan dada-dada.
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Apa Keputusannya?

Sebenarnya Dina enggan melihat ke sana setelah mengetahui bahwa air di sana susah. Namun, demi menghargai suami yang meminta untuk melihat dalamnya, Dina menurut saja. Rumah Hana menghadap ke arah barat, tepat di pertigaan jalan yang menjadi lalu lintas pengendara bermotor maupun para pedagang. Termasuk gerobak sampah juga lewat sana, sebab TPA tepat ada di sebelah Utara perkampungan yang ditinggali Dina.Meski kecil, jalan di sana selalu ramai dilalui kendaraan bermotor. Siang hari sampai sore jika cuaca cerah, maka panas sekali di depan rumah. Itu sebabnya Dina jarang melihat pintu rumah mereka terbuka di saat siang sampai sore.Dina meminta ijin pada Bu Maya untuk melihat ke dalam rumah. Dengan senang hati Bu Maya mengiyakan. Saat baru masuk, Dina melihat tumpukan baju yang terbungkus rapi dalam plastik. Nampaknya pakaian keluarga Bu Maya yang baru diambil dari laundry. Dina juga melihat banyak kardus di sana."Maaf ya, rumahnya berantakan. In
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

POV Nia

Aku tinggal di kontrakan Bu Rini satu minggu lebih lama dari Tante Dina. Sebelumnya aku tinggal di rumah mertua. Setelah proses ijin yang alot, kami diijinkan tinggal di kontrakan. Bersyukur sekali dapat ijin dari mertua untuk tinggal di kontrakan, meski beliau sering datang menengok kami. Pertama kali datang aku sudah suka dengan suasana di sekitar kontrakan. Apalagi setelah tau tetangga kontrakan baik seperti keluarga sendiri.Umur anak pertamaku saat itu baru sembilan bulan, baru belajar jalan. Aku lihat Tante Dina sayang sekali dengan Kiki, anakku. Ia sering mengajak main bahkan digendong untuk dibawa pulang."Gendong terus, Tan, biar ketularan," ucapku waktu itu, sebab tau kalau dia penganten baru. Dia hanya senyum-senyum saja.Aku bahkan sering menitipkan Kiki jika sedang repot. Tante dengan senang hati menyanggupi. Efeknya, Kiki jadi dekat dengan Tante dan Om Deny, suami Tante Dina. Bahkan malam hari pun, jika suamiku belum pulang, Kiki mi
last updateLast Updated : 2024-06-04
Read more

Gaji Delapan Juta

Aku pikir, setelah Teh Dewi kerja, suasana bakalan aman, adem ayem gitu. Rupanya, salah besar. Emang, sih, dia udah jarang muncul di rumah. Kewarasanku sebagai emak dua anak yang lahirnya jarak dekat, lumayan terjaga lagi. Nggak kayak sebelumnya waktu dia sering ke rumah sama anaknya. Hanya saja, masalah baru muncul sama pintu pagar yang baru dibuat. Pintu yang sebenarnya nggak perlu amat, dibuat cuma buat nurutin satu orang yang rusuh dan nggak seneng lihat orang lain seneng. Seperti siang ini. Aku baru masuk sebentar mau nerima telpon yang menjerit-jerit. Aku tinggalin dua anakku di depan. Udah kasih pesen supaya anteng di sana. Pas aku keluar, lah ... itu si Kakak udah nggak ada. Duh, aku kuatir banget. Mana jalanan depan itu lagi rame, banyak motor lewat. Aku periksa pintu pagar depan rumah, nggak kebuka. Lalu anakku ke mana? Pas lihat ke rumah Tante, te
last updateLast Updated : 2024-06-05
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status