Home / Romansa / Aku Juga Keturunan Jenderal / Chapter 71 - Chapter 80

All Chapters of Aku Juga Keturunan Jenderal: Chapter 71 - Chapter 80

690 Chapters

Bab 71

Pria itu memungut kantong bir di tanah, membukanya dan menciumnya. Mata pria itu berbinar dan penuh kegirangan. Namun, dia malah membentak, "Kurang ajar! Beraninya kamu menyembunyikan bir di kamp militer? Kusita!"Kemudian, pria itu pergi.Intan berjongkok di tanah sambil menggosok hidungnya. Dengan mata yang berlinang air mata, dia hanya samar-samar melihat seorang pria jangkung bergegas kembali ke tenda panglima."Disita Panglima," kata Wandi dengan lesu. Lalu, dia mengembuskan napas. "Andai aku bisa minum seteguk saja. Buat apa main-main? Sekarang sudah disita."Marsila juga tidak menyangka panglima akan datang. Dia terkekeh-kekeh. "Memangnya aku hanya simpan satu kantong bir di tasku yang besar itu?"Wandi dan Ranto bergegas menyusul ke dalam sambil bersorak. Mereka berlima menghabiskan sekantong bir yang lain.Nikmat!Peperangan babak kedua dimulai. Kuda-kuda berderap, seperti hendak meratakan tanah air.Raja Aldiso memberi perintah bahwa tujuan peperangan kali ini adalah melukai
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 72

Rambut Intan berantakan dan menjadi lengket karena darah musuh yang terciprat. Ada yang menjadi gulungan, ada yang mencuat ke luar, bahkan lebih kacau daripada kandang ayam.Baju pelindung bambu yang dipakai Intan rusak di banyak tempat dan berlumuran darah. Wajahnya juga dikotori oleh darah dan tanah.Sudah berhari-hari Intan tidak mandi. Intinya, pengemis di jalanan bahkan tampak lebih bersih dari Intan."Masih kuat tidak?" Raja Aldiso teringat akan gadis yang antusias, aktif dan leluasa yang dia temui saat mengunjungi Taliani setiap tahun. Kini, Intan berubah drastis."Lapar!" jawab Intan dengan bibirnya yang kering.Kumis Raja Aldiso bergetar. "Ya, semuanya lapar, tahan.""Capek!" Intan berkata dengan lemas, "Berdiri saja sudah capek.""Intan Belima!" Ekspresi mata Raja Aldiso menjadi serius. "Apa kamu tahu? Sejak Negara Runa berdiri, tidak pernah ada jenderal yang mampu membunuh musuh sebanyak ini saat pertama kali maju ke medan perang, sekalipun ayahmu. Kamu sangat hebat. Jadi, k
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 73

Malam ini, Intan tidak bisa terlelap.Setelah sekian hari di medan perang, selain bisa makan kenyang di hari pertama dan hari ini, Intan pada dasarnya tidur dengan lelap walau dalam keadaan setengah lapar.Namun, usai makan malam hari ini, Intan tidak bisa tidur.Kehidupan di medan perang sangat sukar. Intan kagum pada ayah dan kakak-kakaknya yang bisa bertahan selama bertahun-tahun.Tentu saja Intan juga bisa bertahan. Intan hanya galau karena belum memberitahukan kondisinya dengan Rudi kepada panglima dan paman-paman jenderal yang lain.Akan tetapi, bagaimana cara memberitahukan hal itu? Mengatakan bahwa Rudi sang menantu yang dipilihkan oleh ibu mencampakkannya setelah mencetak prestasi perang dan ingin menikahi Jenderal Linda?Semua orang akan berpikir Intan maju ke medan perang Manuel karena enggan dan ingin membuktikan dirinya lebih unggul daripada Linda.Intan tidak peduli apa yang dikatakan oleh warga ibu kota.Namun, ini adalah medan perang, tempat di mana ayah dan kakak-kakak
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 74

Intan langsung meneteskan air mata. "Kamu tidak bisa menegurnya lagi. Aku adalah satu-satunya yang bertahan hidup dari keluargaku."Intan tidak memberitahukan hal itu kepada teman-teman. Dia tidak berani memberitahukan luka hatinya. Hati Intan sangat amat sakit ketika mengungkit hal itu.Ranto dan Wandi langsung menyibak tirai. Dalam kegelapan, mata mereka yang penuh kekagetan bertatapan dengan Sherli dan Marsila. Mereka serempak bertanya, "Apa?"Intan menyandarkan kepalanya ke lutut dan menangis. "Mereka dibunuh oleh pengintai Biromo yang bersembunyi di ibu kota. Seluruh pengintai Biromo membantai Keluarga Bangsawan Belima. Saat itu, aku masih jadi istri Rudi dan tinggal di Kediaman Jenderal. Itulah yang membuatku lolos dari pembantaian tersebut. Tapi, kalau aku di rumah ... kalau aku tidak menikah, mereka tidak akan mati."Mereka terkesiap.Pembantaian seluruh keluarga adalah kemalangan yang sangat besar.Mereka berempat maju untuk memeluk Intan dan menangis bersamanya. Sherli menang
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 75

Di dalam tenda panglima di luar Kota Tar, Raja Aldiso menyangga kedua tangan di meja dan mencondongkan tubuhnya yang jangkung ke depan. Matanya berbinar seperti bintang di langit."Sampaikan perintahku, kita menyerang kota di subuh hari. Kalau berhasil taklukkan Kota Glasier, kita bisa makan sepuasnya, makan daging sebanyak-banyaknya. Mantel katun, selimut dan persediaan perang lain, semuanya ada. Orang Biromo sangat kaya. Mereka datang ke Manuel dengan beberapa kereta berisi makanan."Mata semua orang bersinar ketika mendengar ada daging. Pasukan Aldiso telah lama haus akan daging, bahkan bisa menelan musuh hidup-hidup.Raja Aldiso membuka peta, lalu menunjuk suatu titik di Kota Glasier dengan jarinya yang ramping dan hitam. Dia mengisyaratkan Intan untuk maju ke depan. "Sersan Intan, setelah kota berhasil diterobos, bawa tiga ribu tentara ke Lindir. Makanan dan persediaan perang disimpan di sana. Saat ini, sebagian besar tentara Negara Lonis dan Biromo terluka. Begitu kota berhasil d
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 76

Raja Aldiso sangat sigap.Pasukan Runa baru saja menyerang kota hari ini. Pasukan sekutu Biromo-Lonis tidak akan menyangka pasukan Runa akan menyerang Kota Glasier lagi di subuh hari.Mesin panah diaktifkan, pemanah siap di posisi. Api unggun dinyalakan di atas benteng kota, tetapi pasukan Runa tidak menyalakan api.Artinya, Pasukan Aldiso menyerang pasukan sekutu dengan taktik gerilya, secara diam-diam.Intan dan empat temannya menunggang kuda dengan kecepatan penuh. Saat hampir tiba di depan gerbang kota, mereka langsung terbang ke atas benteng kota. Intan menusuk tentara yang mengoperasikan mesin panah menggunakan Tombak Bunga Persik, lalu menghancurkan mesin panah.Pemanah membidik Intan.Tepat saat itu, Raja Aldiso terbang ke atas benteng kota. Api unggun memantulkan baju pelindung emas yang dipakai oleh Raja Aldiso. Seseorang berteriak, "Itu Raja Aldiso, bunuh dia, bunuh dia."Semua pemanah membidik Raja Aldiso. Raja Aldiso mengayun pisau emas untuk melawan hujan panah yang terus
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 77

Keringat bercampur darah menetes dari kepala dan segera membeku di cuaca yang dingin. Hawa panas belum mereda, sudah digantikan oleh hawa dingin yang menusuk tulang."Intan ...." Wandi terengah-engah. Kepingan salju jatuh ke bulu matanya. "Kita ... kita benaran tidak bantu mereka? Hanya tunggu di sini?""Laksanakan perintah! Kita diminta untuk menjaga gudang makanan, maka kita harus menjaga gudang makanan." Intan bersandar di dinding. Walau memakai baju pelindung, ada dua luka di lengannya, tidak berdarah maupun sakit. Namun, rasa lengket yang bercampur dingin sangat tidak nyaman bagi Intan.Intan melihat teman-temannya yang terluka, baju pelindung mereka juga acak-acakan. Pertempuran tadi sungguh berat."Apa kalian baik-baik saja?"Marsila melambaikan tangan, tidak kuat untuk berbicara.Dari tumpukan mayat di samping, ada mayat musuh, ada mayat rekan mereka. intan dan empat temannya sangat sedih.Pasukan musuh terus menyerang. Intan melompat berdiri dan berteriak, "Mereka datang lagi,
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 78

Raja Aldiso berucap, "Intan, kamu pulang dulu, mandi, dan ganti pakaian. Aku akan membawamu ke satu tempat."Intan mendongak dan bertanya, "Ke mana?"Raja Aldiso menjawab, "Kamu akan tahu setelah sampai. Semuanya, bubar. Aku juga harus mandi dan ganti pakaian."Intan dan para jenderal menyahut, lalu keluar.Untuk mandi di cuaca dingin, harus masak air panas yang banyak. Untungnya, persediaan kayu bakar di Kota Glasier mencukupi. Saat berkemah di luar Kota Tar, minum air hangat pun susah.Mandi pun menjadi sebuah kemewahan.Kini, Intan sudah menjadi sersan. Raja Aldiso mengirim seorang budak tahanan untuk melayani Intan.Budak tahanan itu bernama Ningsih, berumur sekitar 40 tahun dan bau. Sebelumnya, Ningsih menjalankan bisnis kecil di Kota Horia. Dalam suatu sengketa bisnis, Ningsih menghantam kepala saingan dengan sebuah vas bunga. Saingan itu tidak mati, tetapi cacat mental.Ningsih divonis menjadi budak dan diasingkan ke kamp militer selama dua belas tahun. Sekarang, sudah sebelas t
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 79

Tempat tujuan mereka adalah perbukitan. Dedaunan pohon sudah gugur, juga tidak ada tanaman lain di bukit. Hanya tampak jalan setapak berliku-liku yang mengarah ke puncak gunung.Angin berderu dengan kencang, seperti tangisan para hantu.Alfred berdiri di bukit dengan kedua tangan di belakang badan. Dia menerawang jalan setapak di sebelah kiri. Sebuah nisan tak bernama berdiri di sisi jalan setapak itu.Alfred berkata pada Intan, "Nisan tak bernama itu dibuat oleh warga Kota Glasier untuk ayahmu. Dia mengadang jalan setapak itu dan tertusuk banyak panah, tapi tetap berdiri dengan bantuan pisaunya."Intan berlinang air mata. Intan sudah membuat persiapan batin karena menduga Raja Aldiso akan membawanya ke tempat kematian ayah, tetapi hatinya tetap sangat amat sakit."Saat itu, dia memimpin pasukan ke sini dan mencegat makanan yang dikirim ke Kota Glasier oleh Negara Lonis. Dia ingin berjuang mati-matian. Sayangnya, pasukan sangat lelah setelah beberapa penyerangan berturut-turut. Saat it
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more

Bab 80

Kaisar Roni sangat bersemangat sejak menerima laporan militer pertama.Intan Belima, anak perempuan dari Marko Belima, putri dari Keluarga Adipati Belima. Tak disangka Intan akan begitu unggul, bahkan lebih unggul dari Linda.Ketika menerima laporan tentang penaklukkan Kota Glasier, Kaisar Roni menepuk meja dan tertawa terbahak-bahak. "Bagus, bagus, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."Kaisar Roni langsung memanggil Perdana Menteri dan Kepala Departemen Militer, lalu memperlihatkan laporan itu pada mereka. Rahman meneteskan air mata kegirangan. "Glasier berhasil diduduki. Intan telah memberi kontribusi yang sangat besar dengan mengambil alih gudang makanan dan menjaganya. Kita bisa mengurangi subsidi, serta mengurangi pengeluaran Negara Runa. Saudara Marko, apa kamu lihat? Putrimu hebat sekali, tidak mencemari kehormatan Keluarga Belima."Kepala Departemen Militer, Daniel Limanta, juga bergidik kegirangan. "Dulu, Negara Runa punya Marko, lalu Raja Aldiso. Sekarang, Negara Runa punya I
last updateLast Updated : 2024-06-17
Read more
PREV
1
...
678910
...
69
DMCA.com Protection Status