Share

Bab 75

Author: Nanda
last update Last Updated: 2024-06-17 16:56:55
Di dalam tenda panglima di luar Kota Tar, Raja Aldiso menyangga kedua tangan di meja dan mencondongkan tubuhnya yang jangkung ke depan. Matanya berbinar seperti bintang di langit.

"Sampaikan perintahku, kita menyerang kota di subuh hari. Kalau berhasil taklukkan Kota Glasier, kita bisa makan sepuasnya, makan daging sebanyak-banyaknya. Mantel katun, selimut dan persediaan perang lain, semuanya ada. Orang Biromo sangat kaya. Mereka datang ke Manuel dengan beberapa kereta berisi makanan."

Mata semua orang bersinar ketika mendengar ada daging. Pasukan Aldiso telah lama haus akan daging, bahkan bisa menelan musuh hidup-hidup.

Raja Aldiso membuka peta, lalu menunjuk suatu titik di Kota Glasier dengan jarinya yang ramping dan hitam. Dia mengisyaratkan Intan untuk maju ke depan. "Sersan Intan, setelah kota berhasil diterobos, bawa tiga ribu tentara ke Lindir. Makanan dan persediaan perang disimpan di sana. Saat ini, sebagian besar tentara Negara Lonis dan Biromo terluka. Begitu kota berhasil d
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 76

    Raja Aldiso sangat sigap.Pasukan Runa baru saja menyerang kota hari ini. Pasukan sekutu Biromo-Lonis tidak akan menyangka pasukan Runa akan menyerang Kota Glasier lagi di subuh hari.Mesin panah diaktifkan, pemanah siap di posisi. Api unggun dinyalakan di atas benteng kota, tetapi pasukan Runa tidak menyalakan api.Artinya, Pasukan Aldiso menyerang pasukan sekutu dengan taktik gerilya, secara diam-diam.Intan dan empat temannya menunggang kuda dengan kecepatan penuh. Saat hampir tiba di depan gerbang kota, mereka langsung terbang ke atas benteng kota. Intan menusuk tentara yang mengoperasikan mesin panah menggunakan Tombak Bunga Persik, lalu menghancurkan mesin panah.Pemanah membidik Intan.Tepat saat itu, Raja Aldiso terbang ke atas benteng kota. Api unggun memantulkan baju pelindung emas yang dipakai oleh Raja Aldiso. Seseorang berteriak, "Itu Raja Aldiso, bunuh dia, bunuh dia."Semua pemanah membidik Raja Aldiso. Raja Aldiso mengayun pisau emas untuk melawan hujan panah yang terus

    Last Updated : 2024-06-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 77

    Keringat bercampur darah menetes dari kepala dan segera membeku di cuaca yang dingin. Hawa panas belum mereda, sudah digantikan oleh hawa dingin yang menusuk tulang."Intan ...." Wandi terengah-engah. Kepingan salju jatuh ke bulu matanya. "Kita ... kita benaran tidak bantu mereka? Hanya tunggu di sini?""Laksanakan perintah! Kita diminta untuk menjaga gudang makanan, maka kita harus menjaga gudang makanan." Intan bersandar di dinding. Walau memakai baju pelindung, ada dua luka di lengannya, tidak berdarah maupun sakit. Namun, rasa lengket yang bercampur dingin sangat tidak nyaman bagi Intan.Intan melihat teman-temannya yang terluka, baju pelindung mereka juga acak-acakan. Pertempuran tadi sungguh berat."Apa kalian baik-baik saja?"Marsila melambaikan tangan, tidak kuat untuk berbicara.Dari tumpukan mayat di samping, ada mayat musuh, ada mayat rekan mereka. intan dan empat temannya sangat sedih.Pasukan musuh terus menyerang. Intan melompat berdiri dan berteriak, "Mereka datang lagi,

    Last Updated : 2024-06-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 78

    Raja Aldiso berucap, "Intan, kamu pulang dulu, mandi, dan ganti pakaian. Aku akan membawamu ke satu tempat."Intan mendongak dan bertanya, "Ke mana?"Raja Aldiso menjawab, "Kamu akan tahu setelah sampai. Semuanya, bubar. Aku juga harus mandi dan ganti pakaian."Intan dan para jenderal menyahut, lalu keluar.Untuk mandi di cuaca dingin, harus masak air panas yang banyak. Untungnya, persediaan kayu bakar di Kota Glasier mencukupi. Saat berkemah di luar Kota Tar, minum air hangat pun susah.Mandi pun menjadi sebuah kemewahan.Kini, Intan sudah menjadi sersan. Raja Aldiso mengirim seorang budak tahanan untuk melayani Intan.Budak tahanan itu bernama Ningsih, berumur sekitar 40 tahun dan bau. Sebelumnya, Ningsih menjalankan bisnis kecil di Kota Horia. Dalam suatu sengketa bisnis, Ningsih menghantam kepala saingan dengan sebuah vas bunga. Saingan itu tidak mati, tetapi cacat mental.Ningsih divonis menjadi budak dan diasingkan ke kamp militer selama dua belas tahun. Sekarang, sudah sebelas t

    Last Updated : 2024-06-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 79

    Tempat tujuan mereka adalah perbukitan. Dedaunan pohon sudah gugur, juga tidak ada tanaman lain di bukit. Hanya tampak jalan setapak berliku-liku yang mengarah ke puncak gunung.Angin berderu dengan kencang, seperti tangisan para hantu.Alfred berdiri di bukit dengan kedua tangan di belakang badan. Dia menerawang jalan setapak di sebelah kiri. Sebuah nisan tak bernama berdiri di sisi jalan setapak itu.Alfred berkata pada Intan, "Nisan tak bernama itu dibuat oleh warga Kota Glasier untuk ayahmu. Dia mengadang jalan setapak itu dan tertusuk banyak panah, tapi tetap berdiri dengan bantuan pisaunya."Intan berlinang air mata. Intan sudah membuat persiapan batin karena menduga Raja Aldiso akan membawanya ke tempat kematian ayah, tetapi hatinya tetap sangat amat sakit."Saat itu, dia memimpin pasukan ke sini dan mencegat makanan yang dikirim ke Kota Glasier oleh Negara Lonis. Dia ingin berjuang mati-matian. Sayangnya, pasukan sangat lelah setelah beberapa penyerangan berturut-turut. Saat it

    Last Updated : 2024-06-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 80

    Kaisar Roni sangat bersemangat sejak menerima laporan militer pertama.Intan Belima, anak perempuan dari Marko Belima, putri dari Keluarga Adipati Belima. Tak disangka Intan akan begitu unggul, bahkan lebih unggul dari Linda.Ketika menerima laporan tentang penaklukkan Kota Glasier, Kaisar Roni menepuk meja dan tertawa terbahak-bahak. "Bagus, bagus, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."Kaisar Roni langsung memanggil Perdana Menteri dan Kepala Departemen Militer, lalu memperlihatkan laporan itu pada mereka. Rahman meneteskan air mata kegirangan. "Glasier berhasil diduduki. Intan telah memberi kontribusi yang sangat besar dengan mengambil alih gudang makanan dan menjaganya. Kita bisa mengurangi subsidi, serta mengurangi pengeluaran Negara Runa. Saudara Marko, apa kamu lihat? Putrimu hebat sekali, tidak mencemari kehormatan Keluarga Belima."Kepala Departemen Militer, Daniel Limanta, juga bergidik kegirangan. "Dulu, Negara Runa punya Marko, lalu Raja Aldiso. Sekarang, Negara Runa punya I

    Last Updated : 2024-06-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 81

    Intan diangkat menjadi jenderal bintang lima, lalu dijanjikan posisi jenderal bintang empat. Dapat dilihat bahwa Kaisar Roni menaruh harapan tinggi pada Intan.Rahman tidak berkomentar karena Intan pantas mendapatkan promosi pengecualian tersebut.Rahman berkata, "Pasukan tambahan masih belum sampai. Waktu yang dijanjikan oleh Jenderal Linda sudah lewat."Kaisar Roni agak kesal, tetapi mencari alasan untuk mereka. "Memang sulit untuk menempuh perjalanan di tengah salju."Daniel berkata, "Kaisar, Intan diangkat menjadi jenderal bintang lima pangkat satu, tapi Jenderal Rudi dan Jenderal Linda hanya jenderal bintang lima pangkat dua sekarang. Pangkat mereka lebih rendah dari Jenderal Intan."Sejatinya, Rudi dan Linda telah mencetak prestasi besar, yaitu menandatangani perjanjian perdamaian dengan Biromo, menghentikan peperangan dan menetapkan garis perbatasan. Prestasi tersebut jauh lebih besar daripada prestasi Intan dalam membantu Raja Aldiso menaklukkan sebuah kota.Oleh karena itu, Da

    Last Updated : 2024-06-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 82

    Rudi dan Linda maju untuk memberi hormat, "Rudi Wijaya, hormat pada Panglima!""Linda Ismail, hormat pada Panglima!"Alfred mendongak dan tersenyum saat berkata, "Akhirnya kalian sampai."Rudi berucap, "Kami terlambat karena jalanan ditutupi oleh salju. Panglima, mohon maaf.""Takdir tidak merestui, ini bukan salah Jenderal Rudi dan Jenderal Linda." Alfred menoleh pada Intan. Intan hanya melirik mereka sekilas, tetapi tidak berjalan ke sana. Alfred merasa pasti telah terjadi sesuatu di antara mereka.Sementara itu, Teddi dan Rizki yang adalah mantan bawahan jenderal Keluarga Belima mengamati Rudi. Rudi memang tampan, energik dan gagah. Mereka sangat puas.Rudi adalah menantu yang dipilih oleh Nyonya Marisa. Bagaimana mungkin Rudi adalah pria yang buruk?Teddi maju dan menepuk Rudi, lalu tertawa terbahak-bahak. "Jenderal Rudi, akhirnya bisa bertemu denganmu hari ini. Kamu beruntung sekali bisa memiliki istri yang begitu unggul."Rizki juga tersenyum seraya berucap, "Jenderal Rudi, selam

    Last Updated : 2024-06-17
  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 83

    Alih-alih marah, Intan tersenyum setelah mendengar omongan Linda. Dia berkata, "Itu hanya masalah sepele, tidak perlu diperbincangkan."Teddi termangu. "Cerai? Kenapa bisa cerai?"Linda menjawab, "Setelah kemenangan Kota Uldi, Yang Mulia menikahkanku dengan Jenderal Rudi sebagai istri kedua. Nona Intan tidak bisa menerima kehadiranku, maka dia memohon dekret untuk cerai."Itu adalah kenyataan, tetapi bukan keseluruhannya.Linda tidak memberitahukan bahwa mereka telah menukar prestasi perang dengan dekret pernikahan supaya para jenderal berasumsi Intan menolak dekret pernikahan dari Kaisar karena cemburu, lalu meminta dekret talak.Bagaimanapun, Intan adalah putri dari Keluarga Adipati Belima. Namun, Intan bukan siapa-siapa di medan perang Manuel.Intan menatap Linda dan berucap, "Kalian telah menukar prestasi yang kalian peroleh dari Kota Uldi dengan pernikahan kepada Kaisar. Begitu pulang, Jenderal Rudi langsung memintaku untuk merestui kalian. Kurasa aku memang seharusnya merestui ci

    Last Updated : 2024-06-17

Latest chapter

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 690

    Dayang Erika segera mengejar Tuan Putri setelah mendengar Jihan akan dimasukkan ke dalam penjara bawah tanah, "Tuan Putri, apakah Anda berubah pikiran?"Putri Agung merasa isi pikirannya sangat kacau, "Kurung dia di penjara bawah tanah dulu dan nanti baru bicarakan hal ini lagi.""Baik, Anda jangan marah dan melukai tubuh Anda sendiri," bujuk Dayang Erika."Tidak ada seorang pun yang bisa dibandingkan dengan Marko, Jihan tetap bukan Marko meski punya tampang yang sama. Jihan sama sekali tidak bisa membuatku menyukainya dan aku malah marah saat melihat wajahnya."Putri Agung kembali ke kamarnya dengan amarah di matanya dan tetap merasa kesal meski sudah duduk, "Pelayan, bawakan air dan sabun. Aku mau cuci tangan."Semua pelayan sedang sibuk bekerja pada saat ini, Putri Agung mencuci tangan bekas menyentuh Jihan berulang kali, seperti setiap kali dia sehabis berhubungan badan. Putri Agung akan merendam dirinya di dalam ember yang berisi dengan air panas untuk menghilangkan aroma yang men

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 689

    Jihan berusaha untuk berdiri, tapi Jihan sama sekali tidak memiliki kekuatan di dalam tubuhnya seolah-olah dia sedang sakit parah.Jihan segera menoleh setelah mendengar suara pintu terbuka dan terdapat seseorang yang berjalan masuk setelah melewati pembatas ruangan.Rambutnya disanggul dan dihiasi oleh pita, wanita ini mengenakan pakaian berbahan satin yang berwarna putih dan hijau. Wanita ini terlihat berusia sekitar 40 tahun yang tidak terdapat kerutan apa pun di wajahnya. Tapi ekspresi wanita ini sangat serius dan memiliki aura intimidasi dari seseorang yang berkuasa.Terdapat seseorang yang mengikuti di belakang wanita dan memindahkan kursi ke samping tempat tidur. Wanita itu duduk dengan perlahan dan menatap mata Jihan yang terlihat cemas serta curiga."Si ... siapa kamu?" Jihan tidak pernah melihat Putri Agung, tapi mengetahui identitasnya pasti tidak sederhana.Putri Agung melihat kepanikan di mata Jihan dan hatinya berada di tingkat ekstrim, seolah-olah terdapat air yang menyi

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 688

    Sebuah kereta kuda meninggalkan kota dan Jihan sedang bergegas untuk pergi ke Jinbaran karena terdapat masalah pada pabrik di Jinbaran. Ayahnya menyuruh Jihan untuk pergi ke sana secara pribadi meski masalahnya tidak terlalu serius.Sebenarnya Jihan telah tinggal di Jinbaran untuk waktu yang lama, tapi Jihan mengantar istrinya ke ibu kota untuk melakukan persalinan karena istrinya sedang hamil. Jihan bisa menyerahkan masalah di sana pada pengurus toko setelah masalah di Jinbaran diselesaikan, selain itu Jihan juga berencana untuk melakukan bisnis yang lain dalam perjalanannya kembali ke ibu kota.Jihan sudah lama menjadi seorang ayah, karena dia menikah saat masih berusia 20 tahun dan sudah memiliki dua putra pada saat ini. Jadi dia berharap istrinya bisa melahirkan seorang anak perempuan untuknya.Tidak terlalu banyak orang yang memiliki selir di keluarga mereka dan Jihan juga tidak memiliki satu pun selir. Jihan memiliki hubungan yang sangat harmonis dengan istrinya dan selalu membaw

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 687

    Pangeran Rafael bersedia bekerja sama demi hal ini, karena anak ini akan memiliki nama belakang Gunawan dan pasti akan berada di pihak Keluarga Bangsawan Gunawan."Aku akan memberi tahu mereka saat kembali," ujar Pangeran Rafael.Putri Agung bertanya, "Sebentar lagi upacara pemberkatan orang meninggal sudah tiba, apakah kamu sudah mengundang Guru Boni?""Sudah aku undang, ada 8 biksu yang datang bersama Guru boni. Aku akan jemput mereka secara pribadi pada hari pertama."Putri Agung mengangguk kecil dan berkata, "Panggil ibumu datang, tapi kamu harus bilang kalau ibumu harus bergadang dan tidak perlu datang kalau tidak bisa melakukannya.""Tentu saja ibuku bisa melakukannya, ibuku telah menjadi penganut Buddha selama bertahun-tahun dan selalu ingin mengikuti upacara ini," ujar Pangeran Rafael dengan cepat. Terdapat Nyonya Clara, Nyonya Thalia, Nyonya Besar Arni, Nyonya Besar Mila dan lain-lain yang mendatangi upacara pemberkatan orang meninggal. Mereka semua adalah nyonya atau nyonya b

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 686

    Keluarga Salim masih tidak memberi jawaban apa pun, tapi desakan berulang kali dari Putri Agung membuat Nyonya Mirna mau tidak mau harus mendatangi Kediaman Keluarga Salim secara pribadi.Nyonya Mirna baru mengetahui jika Vincent sedang pergi ke Cunang dan berada di Perkemahan Pengintai Tujuvan karena terjadi sesuatu pada Waldy, jadi Vincent pergi ke sana untuk mengunjunginya bersama dengan Charles, yang merupakan anak angkat Keluarga Akbar.Viona berkata dengan nada meminta maaf, "Seharusnya masalah ini sudah diputuskan sejak awal, tapi Vincent bersikeras mau pergi menemui teman seperjuangannya dan baru memutuskan hal ini. Aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia pikirkan, tapi aku sangat menyukai Nona Reni. Kamu sendiri juga tahu kalau aku sangat menyukainya pada pertemuan pertama kami dan sangat ingin segera menjadikannya sebagai menantuku."Viona berkata dengan tulus dan Nyonya Mirna percaya karena Viona memang menunjukkan kesukaannya pada Reni pada hari itu, kemudian berkata

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 685

    Merpati milik Paviliun Prumania terus beterbangan untuk bertukar pesan dan tiba di ibu kota pada dua malam sebelum upacara pemberkatan orang meninggal setelah beterbangan selama beberapa hari. Surat-surat itu baru dibawa ke Kediaman Aldiso setelah Metta dan yang lain menyusunnya menjadi sebuah surat yang lengkap di malam hari.Metta memberi surat ini pada Marsila, tapi Marsila tidak membukanya, melainkan memanggil semua orang ke ruang kerja dan menyerahkan surat itu pada Tuan Axel, karena hal ini berhubungan dengan Jenny dan sebaiknya membiarkan Tuan Axel membukanya terlebih dahulu.Terdapat urat yang menonjol di dahi Tuan Axel setelah membaca ini, "Sungguh tidak masuk akal. Ini benar-benar merupakan sebuah konspirasi, apa itu utang budi karena telah menyelamatkannya, ini semua adalah rencana yang dibuat dengan teliti."Alfred mengambil surat itu dan berkata secara garis besar setelah membacanya, "Pembuat onar itu adalah preman lokal yang buat masalah setelah terima uang dari orang lai

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 684

    Tentu saja Edi tidak mengetahui jika Nona Nesa datang ke sini deminya. Edi tidak hanya akan menjadi menteri Departemen Konstruksi jika dia adalah orang yang pintar.Semua orang masih belum makan dan sedang menunggu Edi, Edi menyerahkan pangsit pada pelayan dan meminta mereka untuk merebusnya sesegera mungkin, agar mereka semua bisa makan selagi masih panas.Yanti berkata dengan nada bercanda, "Ternyata kamu pulang terlambat karena beli pangsit? Edi, sekarang perhatianmu hanya terpusat pada istrimu dan tidak ada ibumu lagi, kamu bahkan tega membiarkan ibumu kelaparan menunggumu kembali."Edi segera meminta maaf dan tidak bisa menahan diri untuk mengeluh, "Sebenarnya aku bisa pulang lebih awal, tapi Joko menyiapkan pangsitnya dengan lambat dan Nona Nesa juga menyela antrean. Nona Nesa Warda bilang dia sangat lapar dan menyuruhku untuk mengalah pada mereka berdua, jadi aku pulang terlambat hari ini.""Nona Nesa Warda?" tanya Yanti. Yanti sangat mengenal adik iparnya yang jarang berhubunga

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 683

    Pangsit kuah yang panas disajikan, wangi sekali. Nona Nesa mengucap terima kasih pada Edi, "Terima kasih atas kebaikan Tuan Edi. Kalau Tuan Edi beli daun teh di tokoku lagi, aku akan beri sedikit diskon."Edi menatap Nona Nesa. "Diskon berapa?"Nona Nesa mengedipkan mata, tampak sangat lincah. "Tuan Edi mau diskon berapa?"Nona Nesa memiliki tampang yang manis dan lugu. Terutama saat mengedipkan mata, senyuman yang tersungging di bibir seperti bunga anggrek yang mekar di malam hari. Pria pasti akan terpukau padanya.Akan tetapi, Edi seakan-akan tidak melihat kecantikan dan kecentilan Nona Nesa. Dia hanya peduli berapa banyak diskon dari daun teh. "Samakan saja dengan diskon yang Nona Nesa berikan pada Tuan Warso."Nona Nesa tertawa. Matanya sangat indah. "Bagaimana bisa? Aku harus membalas kebaikan Tuan atas pemberian pangsit ini. Kalau Tuan Edi datang sendiri, aku beri seperempat kilo untuk pembelian setengah kilo. Bagaimana?"Edi berseru dengan girang, "Sepakat.""Sepakat!" Nona Nesa

  • Aku Juga Keturunan Jenderal   Bab 682

    Pada petang hari, Edi keluar dari kantor Departemen Konstruksi. Sudah ada kereta kuda yang menunggu di luar. Sebelum naik, Edi berpesan, "Pergi ke ujung Jalan Sejahtera. Dua hari lalu, Nyonya bilang mau makan Pangsit Joko. Beli yang mentah untuk masak di rumah nanti.""Sekarang sepertinya belum buka," jawab pak kusir.Pangsit Joko mulai berjualan pada malam hari. Ibu Kota Negara Runa makmur. Jalan Sejahtera dan Jalan Taraman sangat ramai di malam hari."Itu sebentar lagi, tunggu saja di sana," kata Edi.Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Tuan Edi benar-benar sayang Nyonya Sanira."Edi mengetuk kepala pak kusir dengan kipas yang dia pegang. Dia tersenyum dan berujar, "Sanira menikah denganku dan sudah melahirkan anak untukku. Tentu saja aku sayang dia. Kamu juga, harus perlakukan Elmi dengan baik."Pak kusir tersenyum seraya berkata, "Aku tahu."Pak kusir adalah keturunan pelayan Keluarga Widyasono, sedangkan Elmi sudah dibeli oleh Keluarga Widyasono ketika masih kecil. Dua tahun lalu

DMCA.com Protection Status