Di dalam tenda panglima di luar Kota Tar, Raja Aldiso menyangga kedua tangan di meja dan mencondongkan tubuhnya yang jangkung ke depan. Matanya berbinar seperti bintang di langit."Sampaikan perintahku, kita menyerang kota di subuh hari. Kalau berhasil taklukkan Kota Glasier, kita bisa makan sepuasnya, makan daging sebanyak-banyaknya. Mantel katun, selimut dan persediaan perang lain, semuanya ada. Orang Biromo sangat kaya. Mereka datang ke Manuel dengan beberapa kereta berisi makanan."Mata semua orang bersinar ketika mendengar ada daging. Pasukan Aldiso telah lama haus akan daging, bahkan bisa menelan musuh hidup-hidup.Raja Aldiso membuka peta, lalu menunjuk suatu titik di Kota Glasier dengan jarinya yang ramping dan hitam. Dia mengisyaratkan Intan untuk maju ke depan. "Sersan Intan, setelah kota berhasil diterobos, bawa tiga ribu tentara ke Lindir. Makanan dan persediaan perang disimpan di sana. Saat ini, sebagian besar tentara Negara Lonis dan Biromo terluka. Begitu kota berhasil d
Raja Aldiso sangat sigap.Pasukan Runa baru saja menyerang kota hari ini. Pasukan sekutu Biromo-Lonis tidak akan menyangka pasukan Runa akan menyerang Kota Glasier lagi di subuh hari.Mesin panah diaktifkan, pemanah siap di posisi. Api unggun dinyalakan di atas benteng kota, tetapi pasukan Runa tidak menyalakan api.Artinya, Pasukan Aldiso menyerang pasukan sekutu dengan taktik gerilya, secara diam-diam.Intan dan empat temannya menunggang kuda dengan kecepatan penuh. Saat hampir tiba di depan gerbang kota, mereka langsung terbang ke atas benteng kota. Intan menusuk tentara yang mengoperasikan mesin panah menggunakan Tombak Bunga Persik, lalu menghancurkan mesin panah.Pemanah membidik Intan.Tepat saat itu, Raja Aldiso terbang ke atas benteng kota. Api unggun memantulkan baju pelindung emas yang dipakai oleh Raja Aldiso. Seseorang berteriak, "Itu Raja Aldiso, bunuh dia, bunuh dia."Semua pemanah membidik Raja Aldiso. Raja Aldiso mengayun pisau emas untuk melawan hujan panah yang terus
Keringat bercampur darah menetes dari kepala dan segera membeku di cuaca yang dingin. Hawa panas belum mereda, sudah digantikan oleh hawa dingin yang menusuk tulang."Intan ...." Wandi terengah-engah. Kepingan salju jatuh ke bulu matanya. "Kita ... kita benaran tidak bantu mereka? Hanya tunggu di sini?""Laksanakan perintah! Kita diminta untuk menjaga gudang makanan, maka kita harus menjaga gudang makanan." Intan bersandar di dinding. Walau memakai baju pelindung, ada dua luka di lengannya, tidak berdarah maupun sakit. Namun, rasa lengket yang bercampur dingin sangat tidak nyaman bagi Intan.Intan melihat teman-temannya yang terluka, baju pelindung mereka juga acak-acakan. Pertempuran tadi sungguh berat."Apa kalian baik-baik saja?"Marsila melambaikan tangan, tidak kuat untuk berbicara.Dari tumpukan mayat di samping, ada mayat musuh, ada mayat rekan mereka. intan dan empat temannya sangat sedih.Pasukan musuh terus menyerang. Intan melompat berdiri dan berteriak, "Mereka datang lagi,
Raja Aldiso berucap, "Intan, kamu pulang dulu, mandi, dan ganti pakaian. Aku akan membawamu ke satu tempat."Intan mendongak dan bertanya, "Ke mana?"Raja Aldiso menjawab, "Kamu akan tahu setelah sampai. Semuanya, bubar. Aku juga harus mandi dan ganti pakaian."Intan dan para jenderal menyahut, lalu keluar.Untuk mandi di cuaca dingin, harus masak air panas yang banyak. Untungnya, persediaan kayu bakar di Kota Glasier mencukupi. Saat berkemah di luar Kota Tar, minum air hangat pun susah.Mandi pun menjadi sebuah kemewahan.Kini, Intan sudah menjadi sersan. Raja Aldiso mengirim seorang budak tahanan untuk melayani Intan.Budak tahanan itu bernama Ningsih, berumur sekitar 40 tahun dan bau. Sebelumnya, Ningsih menjalankan bisnis kecil di Kota Horia. Dalam suatu sengketa bisnis, Ningsih menghantam kepala saingan dengan sebuah vas bunga. Saingan itu tidak mati, tetapi cacat mental.Ningsih divonis menjadi budak dan diasingkan ke kamp militer selama dua belas tahun. Sekarang, sudah sebelas t
Tempat tujuan mereka adalah perbukitan. Dedaunan pohon sudah gugur, juga tidak ada tanaman lain di bukit. Hanya tampak jalan setapak berliku-liku yang mengarah ke puncak gunung.Angin berderu dengan kencang, seperti tangisan para hantu.Alfred berdiri di bukit dengan kedua tangan di belakang badan. Dia menerawang jalan setapak di sebelah kiri. Sebuah nisan tak bernama berdiri di sisi jalan setapak itu.Alfred berkata pada Intan, "Nisan tak bernama itu dibuat oleh warga Kota Glasier untuk ayahmu. Dia mengadang jalan setapak itu dan tertusuk banyak panah, tapi tetap berdiri dengan bantuan pisaunya."Intan berlinang air mata. Intan sudah membuat persiapan batin karena menduga Raja Aldiso akan membawanya ke tempat kematian ayah, tetapi hatinya tetap sangat amat sakit."Saat itu, dia memimpin pasukan ke sini dan mencegat makanan yang dikirim ke Kota Glasier oleh Negara Lonis. Dia ingin berjuang mati-matian. Sayangnya, pasukan sangat lelah setelah beberapa penyerangan berturut-turut. Saat it
Kaisar Roni sangat bersemangat sejak menerima laporan militer pertama.Intan Belima, anak perempuan dari Marko Belima, putri dari Keluarga Adipati Belima. Tak disangka Intan akan begitu unggul, bahkan lebih unggul dari Linda.Ketika menerima laporan tentang penaklukkan Kota Glasier, Kaisar Roni menepuk meja dan tertawa terbahak-bahak. "Bagus, bagus, buah jatuh tidak jauh dari pohonnya."Kaisar Roni langsung memanggil Perdana Menteri dan Kepala Departemen Militer, lalu memperlihatkan laporan itu pada mereka. Rahman meneteskan air mata kegirangan. "Glasier berhasil diduduki. Intan telah memberi kontribusi yang sangat besar dengan mengambil alih gudang makanan dan menjaganya. Kita bisa mengurangi subsidi, serta mengurangi pengeluaran Negara Runa. Saudara Marko, apa kamu lihat? Putrimu hebat sekali, tidak mencemari kehormatan Keluarga Belima."Kepala Departemen Militer, Daniel Limanta, juga bergidik kegirangan. "Dulu, Negara Runa punya Marko, lalu Raja Aldiso. Sekarang, Negara Runa punya I
Intan diangkat menjadi jenderal bintang lima, lalu dijanjikan posisi jenderal bintang empat. Dapat dilihat bahwa Kaisar Roni menaruh harapan tinggi pada Intan.Rahman tidak berkomentar karena Intan pantas mendapatkan promosi pengecualian tersebut.Rahman berkata, "Pasukan tambahan masih belum sampai. Waktu yang dijanjikan oleh Jenderal Linda sudah lewat."Kaisar Roni agak kesal, tetapi mencari alasan untuk mereka. "Memang sulit untuk menempuh perjalanan di tengah salju."Daniel berkata, "Kaisar, Intan diangkat menjadi jenderal bintang lima pangkat satu, tapi Jenderal Rudi dan Jenderal Linda hanya jenderal bintang lima pangkat dua sekarang. Pangkat mereka lebih rendah dari Jenderal Intan."Sejatinya, Rudi dan Linda telah mencetak prestasi besar, yaitu menandatangani perjanjian perdamaian dengan Biromo, menghentikan peperangan dan menetapkan garis perbatasan. Prestasi tersebut jauh lebih besar daripada prestasi Intan dalam membantu Raja Aldiso menaklukkan sebuah kota.Oleh karena itu, Da
Rudi dan Linda maju untuk memberi hormat, "Rudi Wijaya, hormat pada Panglima!""Linda Ismail, hormat pada Panglima!"Alfred mendongak dan tersenyum saat berkata, "Akhirnya kalian sampai."Rudi berucap, "Kami terlambat karena jalanan ditutupi oleh salju. Panglima, mohon maaf.""Takdir tidak merestui, ini bukan salah Jenderal Rudi dan Jenderal Linda." Alfred menoleh pada Intan. Intan hanya melirik mereka sekilas, tetapi tidak berjalan ke sana. Alfred merasa pasti telah terjadi sesuatu di antara mereka.Sementara itu, Teddi dan Rizki yang adalah mantan bawahan jenderal Keluarga Belima mengamati Rudi. Rudi memang tampan, energik dan gagah. Mereka sangat puas.Rudi adalah menantu yang dipilih oleh Nyonya Marisa. Bagaimana mungkin Rudi adalah pria yang buruk?Teddi maju dan menepuk Rudi, lalu tertawa terbahak-bahak. "Jenderal Rudi, akhirnya bisa bertemu denganmu hari ini. Kamu beruntung sekali bisa memiliki istri yang begitu unggul."Rizki juga tersenyum seraya berucap, "Jenderal Rudi, selam